E-25

3.1K 375 13
                                    

"Avenda.." gumam Vea saat melihat seorang perempuan dengan mahkotanya duduk diatas kursi singgasana di sebuah ruangan besar dengan pilar-pilar tinggi berwarna putih.

Wanita itu tersenyum licik kearah Vea. "Halo manis." Sapanya dengan satu alis terangkat. Ratu black witch itu berdiri dan mendekati Vea yang kedua tangannya di borgol di belakang tubuhnya.

Avenda menyeringai saat jaraknya tinggal dua meter dari tempat Vea berdiri. "Aku akan menghancurkan rasmu." Ia mulai berjalan lagi sedikit demi sedikit mengitari Vea yang hanya diam menatap lantai marmer berwarna emas. "Bahkan kau yang akan memusnahkan mereka." Bisik Avenda tepat di telinga kiri Vea, membuat Vea langsung menoleh dan bertatapan dengan ratu black witch itu. Vea menatap penuh kebencian, "apa yang akan kau lakukan padaku?" Tanya Vea penuh penekanan di setiap kata-katanya. Avenda justru menjauhkan wajahnya dan tertawa. Ia kembali berjalan kearah singgasananya seraya terus tertawa. Baru tujuh langkah berjalan, ia berbalik masih dengan tawa liciknya, "apa yang akan aku lakukan padamu?" Satu alisnya terangkat dan senyum liciknya kembali tercetak di wajahnya. "Memperalatmu untuk menghancurkan bangsamu sendiri?" Ia kembali menyeringai, "sekarang kau akan tahu apa yang akan aku lakukan padamu." Lanjutnya kemudian menepuk kedua telapak tangannya.

Seketika lantai marmer yang dipijak Vea membentuk lingkaran radius dua meter dari Vea berdiri dan kemudian turun kebawah. Seperti lantai lift yang terus turun hingga sekelilingnya hanya tembok gelap dan permukaan lubang itu ditutup oleh sebuah tirai kaca. Lantai lingkaran itu berhenti, kemudian dari dasar-dasarnya mengeluarkan air berwarna hijau yang terus keluar mengalir memenuhi ruang kecil itu.

Vea panik, ia akan tenggelam dan kehabisan nafas jika tidak keluar dari ruang kecil itu.

Ia menendang tembok disekelilingnya, tak mungkin ada celah, ini seperti tembok beton yang sangat kuat dan kokoh. Ia mendongak, menatap permukaan lubang yang sudah tertutup oleh kaca tebal berwarna agak kehijauan. Ia tak mungkin bisa menghancurkan kaca itu dalam keadaan tangan diborgol, apalagi jarak dari ia berdiri ke permukaan sekitar 4 meter. Ia mulai frustasi sementara air sudah setinggi pinggangnya dan terus bertambah hingga mencapai dadanya.

"Bagaimana ini.." ia kelewat panik hingga bersender pada dinding. Air terus bertambah dan mencapai dagunya. Vea berjinjit namun air dengan cepatnya mulai menenggelamkan dirinya. Ia mencoba berenang keatas untuk mendapatkan oksigen, tapi tak bisa. Ia tenggelam.

Menahan nafas dengan sekuat tenaga terus menjaga kesadarannya. Ia mulai kehabisan nafas dan memejamkan matanya. Apa yang harus aku lakukan? Ia mulai kehilangan kesadarannya sedikit demi sedikit. Seolah dadanya telah terjepit lempengan baja besar membuatnya sesak dan benar-benar tak bisa bernafas lagi. Paru-parunya sudah bekerja sangat keras agar menyisakan ruang untuk bernafas, namun ia tetap mulai kehilangan kesadarannya.

Saat itu bayangan-bayangan masalalunya muncul. Seperti film hitam putih yang terus berganti-ganti slide, namun itu semua tentang Qing.

Mulai dari pertemuan awal mereka di hutan. Semua aksi heroik yang Qing lakukan pada Vea. Menjaga Vea, menemani Vea, melindunginya. Semuanya tergambar jelas di bayangannya sebelum semuanya benar-benar hitam.

**

"Aaarrgghhhh!" Qing memegangi dadanya yang terasa seperti tertekan benda yang besar dan sangat berat. Para medis sudah berusaha untuk menghilangkan sesak yang melanda Qing sedari tadi. Laki-laki itu terus mengerang diatas kasur putih di ruang kesehatan istana setelah tiba-tiba terjatuh di lapangan latihan dengan keadaan kesakitan.

"Sakit..aarrrghhhhh!!!" Ia berteriak sangat kencang seraya memegang dadanya dengan begitu kuat.

Setelah itu tubuhnya melemas. Keringat ditubuhnya mengalir deras, nafasnya tak teratur, entah apa yang menyebabkan ia kesakitan seperti ini. Ia masih dalam keadaan sadar, tapi ia sangat lemah dan menutup matanya.

Sekelebat bayangan wajah Vea tergambar jelas.

Senyum Vea yang menenangkan tergambar jelas di kepalanya. Qing perlahan tersenyum karena tubuhnya mulai tenang.

Namun tiba-tiba muncul bayangan Vea sedang kehabisan nafas karena tenggelam.

"Vea!" Qing langsung terduduk. Membuat orang-orang yang cemas di sekelilingnya kaget.

Sekarang Qing tahu, sakit atau sesak yang ia rasakan itu,

Adalah milik Vea.





•••
By Rainytale

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang