Qing's POV
Aku tetap diam dengan mata tertutup. Aku tau Vea sedang memperhatikanku sekarang. Namun lama-kelamaan aku mendengar dengkuran halus, dia sudah tidur lagi. Aku membuka mataku dan bangkit lalu duduk. Aku melihatnya yang begitu tenang saat tidur. Empat tahun sudah aku melakukan ini saat malam hari tiba, dan baru sekarang aku bisa memeluknya dan menenangkannya saat ia terbangun dan menangis di malam hari karena mimpi buruk. Aku tetap diam memperhatikan wajahnya, tadi ia mimpi buruk dan terbangun ditengah malam begini, sebenarnya aku sangat khawatir, tapi aku berusaha tenang agar aku bisa menenangkannya.
Tadi aku bilang aku selalu memperhatikannya selama empat tahun bukan? Dan aku juga tau semua kejadian-kejadian menyakitkan dalam hidupnya, seperti saat ia di bully tiga orang gadis centil itu.
Seorang gadis dengan kacamata berbingkai hitam dan rambut panjang yang bergelombang, berjalan melewati lorong besar yang di penuhi loker siswa dan siswi. Mata abu-abunya melihat loker-loker berwarna biru donker yang terpampang dikanan-kiri lorong. Ia terus berjalan sampai ia berhenti di depan salah satu loker dengan nomor 502. Aku melihatnya yang membuka loker itu dan memasukkan buku-buku berat dan tebal yang tadi ia bawa. Lalu ia mengambil sesuatu dari dalam loker itu, dan keningku berkerut saat melihat kertas berbentuk persegi panjang dengan gambar tiga orang berdiri disana. Oh itu adalah foto dia dan kedua orang tuanya. Setelah itu dia memasukkan foto itu, dan beberapa buku kecil kedalam ransel pinknya. Ia menutup loker dan menguncinya, lalu pergi meninggalkan loker itu. Namun tiba-tiba tiga orang perempuan dengan rambut blonde dan highheels tinggi, menghadangnya. Salah satu perempuan yang berdiri diantara dua temannya menampar Vea lalu membanting kacamatanya, lalu temannya lagi menginjak kacamata Vea sampai hancur. Aku ingin sekali menolong Vea tapi tidak bisa, karena aku hanya ditugaskan untuk mengawasinya, dan menolongnya jika keadaan benar-benar mendesak. Perempuan itu mendorong Vea hingga jatuh dan menendang kakinya. Vea meringis kesakitan dan berteriak kecil, ia mengerang dan setelah itu tiga perempuan itu pergi, dan Vea menangis sesenggukan. Aku yang melihatnya, merasa bersalah karena tidak bisa menolongnya. Ia mengambil kacamatanya yang sudah hancur, lalu mencoba berdiri, dan berjalan dengan satu kaki pincang. Aku yakin kaki kanannya itu lebam dan sangat sakit.
Aku meringis mengingat kejadian itu, pasti itu sakit. Aku melihat wajahnya yang pulas dan tenang. Aku berdiri dan mendekatinya, aku menyibak selimut yang menutupi kakinya lalu mengusap pergelangan kaki kanannya yang pernah ditendang perempuan berambut blonde itu. Aku mengusapnya dan memperhatikannya, untungnya luka lebam itu tidak berbekas. Aku kembali menyelimuti kakinya, dan beralih kewajahnya. Aku tersenyum melihat wajah damainya, lalu mengusap pipinya.
"Good night." Gumamkh sambil tersenyum. Setelah itu aku berjalan ke pintu. Aku menatapnya sebentar lalu berjalan keluar dan menutup pintu.
••
Vea's POV
Aku mengerjap saat cahaya dengan nakalnya menghampiri mataku. Sebelumnya kudengar seseorang menyibak gorden, dan aku menggeliat. Aku membuka mataku dan mendapati Qing sedang duduk di sofa sambil membaca buku. Aku duduk dan menyibak selimut yang kupakai, lalu duduk di pinggir ranjang. Qing menyadari bahwa aku sudah bangun, dan ia menoleh, lalu pandangan kami bertemu.
"Kau sudah bangun?" Tanyanya sambil menatapku dingin. Seperti biasa, dia selalu menatapku datar dan bersikap dingin.
"Hemm..." jawabku seadanya, lalu berjalan menuju kamar mandi. Aku menggosok gigi dan mencuci muka. Lalu mengambil handuk di gantungan dan menghidupkan shower. Aku menutup pintu kamar mandi, lalu melepaskan pakaian ku.
"Aku dan Mom menunggumu di bawah untuk sarapan." Kata Qing dari luar. Dan aku mengangguk, namun aku baru sadar bahwa ia tidak akan melihat anggukanku, jadi aku menjawabnya.
"Iya!" Teriakku menjawab ucapannya. Aku mulai membasahi tubuhku dan mandi.
••
Aku mengambil skiny jeans, dan sweater rajut polos berwarna tosca yang sedikit kebesaran. Aku mengucir kuda rambutku, lalu berjalan meninggalkan kamar dan berjalan kelantai bawah. Aku langsung menuju keruang tengah dan kemeja makan, kemudian duduk di sebelah Qing. Lalu mulai memakan sarapanku.
"Kapan kau akan pergi ke istana Ve?" Tanya suara lembut itu dengan senyum manis yang selalu melekat diwajahnya.
"Em..mungkin besok?" jawabku tidak yakin sambil menatap Mom dengan mulut penuh yang sedang mengunyah makanan lezat.
"Hemm, oke..." balasnya lalu menatap makanannya lagi. "Lalu apa yang akan kalian lakukan hari ini?" Tanya Mom pada kami berdua, yaitu aku dan Qing. Aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi aku hanya diam.
"Melatih kekuatan Vea." jawab Qing sambil menatapku. Aku yang mendengarnya, sontak tersedak dan terbatuk-batuk, sampai Mom harus memberiku air minum.
"Kekuatan apa?" Tanyaku bingung pada mereka berdua. Wajah Mom terlihat khawatir, sedangkan wajah Qing tetap datar.
"Tentu saja kekuatan dan wujud Evergenity mu Vea."
••
Aku mengikuti Qing berjalan kebelakang rumah. Aku baru tahu kalau dibelakang rumah Qing ternyata ada kandang kuda. Qing mengeluarkan dua ekor kuda, satu berwarna coklat, dan satunya berwarna hitam pekat. Yang berwarna coklat rambut nya panjang dan indah, sedangkan yang hitam sangat menawan karena terlihat gagah.
"Si hitam jantan ini, bernama Clord." Kata Qing seraya menatap dan mengelus kuda hitam itu. "Dan si cantik betina ini, bernama Clory. Mereka berdua bersaudara, Clord kakaknya, dan Clory adiknya. Orang tua mereka mati saat perang dulu." Lanjutnya lagi yang kini menatap dan mengelus kuda yang coklat. Aku hanya tersenyum dan ikut mengelus Clory dan Clord.
"Nama yang bagus, dan kuda yang indah." jawabku sambil terus tersenyum dan mengelus dua kuda ini.
"Kita akan pergi ke tempat pelatihan dengan kuda ini. Tempat pelatihan itu berada dekat dengan Istana." ucap Qing lalu menaiki Clord.
"Tempat pelatihan?" Tanyaku bingung dan mengangkat satu alisku.
"Ya, tempat pelatihan para Evergenity. Jangan banyak bertanya, cepat naik ke punggung Clory, dan ikuti aku." jawabnya.
"Tapi aku tidak bisa menaiki kuda." kataku dan dia mendengus lalu menatapku malas.
"Sudah naiki saja. Clory tidak akan lari dan membuatmu jatuh. Tenang saja, dia akan menurut dan mengikutiku, karena aku akan memegang talinya." jawabnya. Aku mengangguk dan mencoba naik. Namun aku malah jatuh karena tidak bisa mencapai punggung Clory. Aku mencoba lagi, dan hasilnya tetap sama, sampai tiba-tiba sebuah tangan memegang pinggangku dan mengangkatku, membuatku bisa duduk di punggung Clory. Ternyata Qing yang mengangkatku, rupanya ia turun dari punggung Clord, dan membantuku naik. Aku menatap mata coklat kemerahannya yang sedang menatapku datar, membawa ku hanyut kedalamnya.
Aku berdeham, dan menggaruk tengkukku yang tidak gatal, aku jadi salah tingkah begini bertatapan lama dengan nya.
"Ayo kita berangkat." katanya setelah menaiki kudanya. Lalu ia memegang tali kudaku, dan menjalankan kudanya. Sehingga saat Clord jalan, maka Clory akan berjalan mengikutinya.
•••
By Rainytale
Senin, 18 Januari 2016
![](https://img.wattpad.com/cover/58570778-288-k518354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evergenity
Фэнтези"Karena hanya kau yang bisa mengalahkan mereka." kata-kata itu terngiang di kepalaku, menjadi motivasi agar aku bisa menjadi yang terkuat. -Vea Sage Makhluk baru di Dunia yang diciptakan oleh Penyihir hitam untuk kepentingannya. Mereka diubah menja...