Author POV
Sinar matahari menerpa wajah Mia. Ia bergumam kesal lalu menarik selimut birunya sampai menutupi kepalanya. Mimpi indahnya bersama Aidan kembali terganggu karena beban yang menindih pinggulnya. Ia berdecak kesal untuk kedua kalinya. Dia tahu betul siapa yang sedang mendudukinya itu, siapa lagi kalau bukan ....
"ISH! BERAT WOI!" pekik Mia berusaha memukulnya.
Namun, usahanya tak berhasil karena tangan kanan Mia tak dapat menggapai kaki pria tersebut. Sedangkan tangan kirinya tertahan oleh genggaman tangan pria itu. Kamar yang awalnya tenang, Kini telah ramai dengan suara teriakan Mia dan tawa seorang pria.
"Huh~ tidak bisakah kalian tenang? Selalu saja ribut. Gigi Kakek yang sakit jadi tambah ngilu gara-gara kalian. Pusing Kakek dengernya," keluh Kakek.
"Kung~ Mia minta maaf," sesal Mia.
"Makanya jangan teriak-teriak," nasehat pria di sampingnya yang dibalas tatapan tajam Mia.
"HEH!OM! YANG BIKIN GARA - GARA SIAPA?" teriak Mia ke telinga pria di sampingnya itu.
"HAH!!!OM? Muka baby face gini dibilang om-om? Tampang kece gini pantesnya dipanggil cogan," ucapnya mengedipkan sebelah matanya menggoda.
Mia memasang ekspresi jijik yang dihadiahi jitakan dari pria di sampingnya itu.
"Kakek~ Kak Dewo nakal," rengeknya memeluk Kakek dari samping.
"Yee, ngadu aja terus! Dasar tukang ngadu!" gerutu Dewo melewati Kakek dan Mia.
Saat tatapan mereka bertemu, Mia memeletkan lidahnya ke arah Dewo yang menatapnya dengan tajam.
"Udah-udah, Kakek mau keluar dulu. Kamu mandi sana! Bau!" ledek kakek diikuti suara tawa Dewo dari dalam dapur.
Mia melepaskan pelukannya dari Kakek. Wajahnya cemberut memandang Kakek yang sedang menahan tawanya itu. Suara tawa Dewo yang masih belum reda membuatnya semakin jengkel dengan kakak sepupunya itu.
"BERISIK!" pekik Mia dibarengi suara hantaman pintu kamarnya.
******
Aroma masakan Kakek tercium dari halaman belakang. Mia bergegas keluar dari dalam kamar menuju halaman belakang.
"Wah~ harumnya enak banget. Gak sabar pingin nyicipin," serunya menghampiri Kakek di sebelah Dewo.
"Gak sabar sih gak sabar. Tapi, taruh dulu noh handuknya," ucap Dewo yang tak digubris oleh Mia.
Kakek mengambilkan beberapa daging yang sudah matang untuk Mia. Ia menerima semangkuk daging panggang dari Kakek dengan senang hati. Setelah meniup daging panggang yang baru matang itu, ia mencelupkan daging tersebut ke dalam saus buatan Kakek.
Mia memakan daging itu dengan sangat khusyuk menirukan ekspresi artis kuliner yang sering ia tonton ketika tak ada makanan enak di rumah saat orang tuanya di luar kota.
Menurutnya, meskipun hanya makan nasi dan telur rebus, rasanya akan terasa nikmat jika sambil melihat acara wisata kuliner."Em~ enak. Cak cak ck ck cak," ucap Mia yang mengunyah daging seperti anak kecil di depan wajah Dewo.
"APAAN SIH! Heh, Kebo! Liur lo muncrat tauk kena muka gue nih! Jorok banget sih jadi cewek," omel Dewo mendorong wajah Mia sekuat tenaga.
"Sakit Om."
"Awas ya panggil Om lagi!"
"Aduh~ atut." Mia memeletkan lidahnya membuat Dewo mengangkat tangan kirinya bermaksud menjitak Mia.
Tau apa yang akan dilakukan Dewo, dengan tangkas ia menepis tangan Dewo sebelum menyentuh kepalanya.
"Oh! Udah mulai cepet nih kebo. Kita lihat siapa yang lebih cepat," tantangnya menggenggam lengan Mia agar adik sepupunya itu tidak bisa kabur darinya.
Saat tangan kiri Dewo hendak menaruh kipas, tanpa sengaja minyak yang berada di dekat pemanggang tumpah mengenai api. Seketika api membesar mengagetkan semua orang. Untung saja Mama Mia dengan sigap memadamkan api dengan air.
"MIA! Kamu gak pa-pa sayang? Mia? MIA!" pekik Abel panik mendapati anaknya hanya terdiam menatap pemanggangan.
Keringat dingin mengucur dari dahi Mia, matanya terbelalak dan ekspresi wajahnya tidak berubah. Abel mengusap keringat Mia khawatir dengan keadaannya. Tak lama, Mia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya.
"Woah! Gede banget apinya, jadi kaget. Kak Dewo gak pa-pa?" tanya Mia khawatir.
Abel menghela napas lega, lalu memeluk anaknya itu erat.
"Mama kenapa?" tanya Mia membalas pelukan Mamanya.
"Gak pa-pa kok sayang," ucapnya melepaskan pelukannya lalu mengusap rambut Mia dengan lembut.
"Mia, lupain aja insiden yang tadi. Sekarang kita lanjutkan acara makannya," ujar Kakek memberikan semangkuk mie dan sumpit untuk Mia.
"OK!" jawab Mia semangat.
Semua orang kini meneruskan kegiatan makan mereka setelah membereskan kekacauan di pemanggangan. Mia terus memasang senyum lebarnya dan bersenda gurau dengan riang.
Melihat Mia yang baik-baik saja, rasa khawatir di hati mereka mulai menghilang. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikiran Mia yang tanpa sadar membuatnya termenung dan menatap kosong ke arah laut di hadapannya dengan tangan yang bergemetar.
Menakutkan.
******
Ngapain Nih orang di sini?
"Gitu amat neng ngeliatinnya. Masih marah ya sama akang?"
"..."
Haaaah~ dari semua tukang bebek di tempat ini, kenapa sih kakek langganan bebek di sini?, batin Mia.
"Ok, maaf! Seharusnya aku ngomong dari awal kalo aku gak buta. Waktu itu, aku baru selesai bawa rombongan bebek. Pas lagi bosen, aku jalan-jalan pakek kacamata item karena silau sambil bawa tongkat yang biasanya aku bawa kalo lagi nganterin bebek-bebek. Then, kamu triak heboh dari atas dan nyemplung deh."
Tetap tak ada respon dari Mia.
"Aku mau bilang kalo kamu salah sangka, terus waktu buka pintu kamar, kamu...," jeda Yamaken.
"Ok! Ok! Gak usah dilanjutin!" ucap Mia pada akhirnya.
Mia menghela napasnya lalu menatap Yamaken, "Ok, aku maafin. Eum Yamaken, aku beli telur bebeknya sekilo."
Yamaken tersenyum lebar melihat Mia yang kembali tersenyum padanya, menandakan bahwa gadis di hadapannya ini sudah memaafkannya.
Ucapan Mia saat pertemuan pertama mereka terlintas di benaknya.
"Kalau dia pergi, cari dia! Kalo udah ketemu, kamu minta maaf dan bawa dia kembali! Lalu, Jeng jeng jeng Mia telah kembali"
Ya, akan kubawa dia kembali. Tunggu saja ... Mia
******
Cie...pendek banget part yang ini!
Yang masih penasaran, tunggu aja lanjutannya! Tenang2 gak sependek part yang ini kok.
Maafkan diriku ini kawan :)
See you later :3
Jangan lupa untuk vote dan comment-nya yah :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SOBA NI ITAI √
RomanceTerjebak dalam cinta sepihak hanya akan membuatmu terluka. Namun, bodohnya hati ini tak ingin berpaling...tetap bertahan dengan berpegang pada harapan semu. Harapan untuk bisa bersamamu... I Want To Be With You❤ cover by @hfaistyles dan @Eziall