Mia Pov
Kulangkahkan kakiku perlahan menuju gerbang sekolah seraya menahan rasa sakit di pergelangan kakiku.
"Mia! Kemana aja lo kemarin? Tumben dianter," sapa Sherin saat berpapasan denganku di depan gerbang sekolah.
Mulutku terbuka hendak menjawab pertanyaannya, "A-."
"Kaki lo kenapa?! OMG, lo abis kecelakaan? Dimana?"
"Gak- ...."
"Ya ampun sampe diperban gitu. Lo gak pa-pa?" cerocosnya memotong ucapanku LAGI.
Kuhela napasku menatapnya jengah.
"Aku gak pa-pa, ini cuma kekilir bukan kecelakaan."
"Syukur deh kalo gitu," ucapnya lalu membantuku berjalan.
"Btw, kemaren lo dicariin sama Geby."
Seketika kuhentikan langkahku mendengar ucapan Sherin.
"Lo kenapa sih? Tiba-tiba berhenti gini," tanyanya kesal.
"Sherin. Aku kayaknya gak bisa sekolah deh hari ini. Aku ijin sakit yah. Bye!" ucapku lalu berjalan meninggalkan Sherin begitu saja.
"Kok tiba-tiba sih. Gue anter lo pulang deh."
"Gak usah! Aku pulang sama Mang Japri kok. Kamu cepetan ke kelas gih! Bentar lagi udah mau bel."
"Lo yakin?" tanyanya meragukan keputusanku.
"Iya. Udah gih sono."
"Ya uda deh. Get well soon yah."
Aku tersenyum membalas ucapannya lalu pergi meninggalkan koridor sekolah.
Parah. Aku lupa dengan Geby. Apa yang harus kulakukan? Aku harus ngomong apa nih?
Mentalku belum siap untuk bertemu dan berbicara padanya. Aku juga belum siap melihat wajahnya dan menghadapi amukan emosinya nanti. Entah apa yang ia pikirkan tentangku saat ini, sahabatnya yang tega menusuknya dari belakang. Sahabat macam apa aku ini yang tega mengambil tunangan yang ia sayangi di depan semua orang di saat pesta ulang tahun calon ayah mertuanya. Huwaaa ... Aku merasa hina dan berdosa.
Langkahku terhenti melihat Pak Judi, satpam galak yang sedang berdiri mengawasi siswa yang masuk melewati gerbang sekolah dengan tajam.
Mampus, kenapa yang jaga Pak Judi sih? Alamat gak bisa pulang nih.
Kuacak rambutku kesal akan nasib sialku. Sebuah ide muncul di benakku.
******
Brug.
"Aw! Aduh! ISH! NYEBELLIN!" teriakku kesal lalu melempar batu nakal yang membuatku tergelincir dan terduduk di tanah.
"Aw, aduh adu adu," ringisku menahan nyeri di pergelangan kakiku ketika mencoba untuk berdiri.
Kutepuk permukaan rok di pantatku yang penuh dengan tanah lalu kembali berjalan masuk ke bangunan besar tua di depanku.
Krieet.
Perlahan kubuka pintu besar bangunan tua tersebut melihat ke dalam dengan seksama.
"Permisi," ucapku sopan. Siapa tahu ada orang di dalam.
Kulangkahkan kakiku masuk sesembari melihat ke sekelilingku memastikan keadaan di dalam.
Tak ada seorang pun di sini. Baguslah, aku hanya ingin sendirian saat ini.
Aku tersenyum melihat patung Yesus yang bercahaya terkena sinar matahari. Meskipun sudah tua, gereja ini masih terawat dengan baik dan sangat bersih. Kira-kira dimana Paman Aaron sekarang? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SOBA NI ITAI √
RomanceTerjebak dalam cinta sepihak hanya akan membuatmu terluka. Namun, bodohnya hati ini tak ingin berpaling...tetap bertahan dengan berpegang pada harapan semu. Harapan untuk bisa bersamamu... I Want To Be With You❤ cover by @hfaistyles dan @Eziall