Karen-san

73 11 0
                                    

Geby POV

Aku menatap pantulan bayanganku di cermin lesu. Besok adalah hari yang sangat aku nantikan. Awalnya rasa senang membuatku tak sabar ingin cepat-cepat berganti hari. Namun, saat melihat tanda hati di kalenderku, aku baru sadar kalau hari di mana aku akan pergi mendatangi acara pesta ulang tahun Papa bertepatan dengan ulang tahun Mia. Sebenarnya hari itu bukanlah hari ulang tahun Papa. Berhubung hanya hari itu saja dia ada di Indonesia, Mama berinisiatif membuat pesta kejutan untuknya. Hatiku bimbang diliputi rasa bersalah pada Mia dan rasa kangen pada Aidan. Berhubung aku tidak sekelas dengannya dan akhir-akhir ini dia menghiraukanku begitu saja. Huft, aku harus bagaimana?

"Ngelamun terus nanti kesambet loh."

Suara Ibu mengagetkanku yang sejak tadi hanya duduk menatap pantulan bayanganku di cermin.

"Lala bingung Bu," rengekku manja.

Ibu menghela napas panjang melihat putri cantiknya yang sedang gundah gulana. Ia duduk di sampingku menatapku simpati.

"Udah, dari dulu kamu selalu ngerayain ulang tahun Mia. Kali ini aja ijin gak ikut dulu."

Ijin? Dikira sekolah apa pake ijin segala.

"Tapi kan ...."

"Ini acara penting La. Gak bisa ditinggal dan kamu juga harus dateng ke acara itu."

Alisku terangkat membuat dahiku berkerut tak mengerti ucapan Ibu. Sepenting itukah?

"Nanti ada acara tukar cincin kamu sama Aidan. Mengingat kalian sudah mulai dewasa, Ibu sama Mama Ayu udah sepakat buat ngeresmiin hubungan kalian."

Seperti tersambar peting di siang bolong, aku berteriak heboh mendengar penjelasan Ibu. 

"Really?!"

"Makanya apapun alasannya kamu harus dateng," tegas Ibu padaku.

******

Senyuman lebar tak henti menghiasi wajah cantik imutku. Sejak tadi pagi, aku sangat senang hingga tak bisa membuatku berhenti tersenyum. Aaaa~ kalo emang jodoh mah gak bakal ke mana.

"La, mau sampe kapan senyam-senyum gitu? Hayo lagi mikir yang enggak-enggak ya?" tuduh Ayah.

Aku menoleh menatapnya sembari mengedipkan mataku beberapa kali tersipu malu.

"Yah, kenapa kok tunangan dulu sih? Gak sekalian langsung nikah aja biar bisa kawin," candaku mendapat pelototan mata dari Ayah.

"Awwww! Sakit!" erangku saat tangan Ibu mencubit pipi imutku ini.

"Kalo ngomong itu yang bener. Jadi cewek ganjen amat sih. Punya mata juga harus dijaga! Gak boleh jelalatan gitu. Mana pikirannya jorok lagi," omel Ibu dari kursi belakang.

"Iya deh. Maaf, Lala juga cuma bercanda Bu gak usah dianggap serius."

"Hah~ lain kali, contoh Ibu yang gak jelalatan kayak kamu."

"Uhuk uhuk."

Ayah terbatuk mendengar nasehat Ibu. Sedangkan aku memalingkan wajahku menyembunyikannya dari Ibu sambil menahan tawa.

"Sayang kamu sakit?" tanya Ibu khawatir.

Aku dan Ayah tertawa bersama tak tahan melihat sikap Ibu yang tidak peka itu.

"Kok malah ketawa sih? Apanya yang lucu coba," ucapnya sewot menatap keluar jendela.

******

Kulangkahkan kedua kakiku dengan anggun dan memasang senyum lebar di wajahku. Tak bisa kubayangkan betapa cantiknya wajahku ini sampai Kak Yamato di hadapanku menatapku dan berjalan menghampiriku.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang