Rencana

84 12 2
                                        

Yamaken POV

"Maaf nomor yang anda tuju-"
Kuputuskan sambungan teleponku kecewa. Mataku menatap layar Hp-ku memikirkannya.

Apa ini yang ia rasakan setiap kali aku menghiraukannya dulu? Mia ... Maafkan aku.

Kumasukkan kembali handphone milikku ke dalam saku dan kembali memikirkan menu makanan untuk acara ulang tahun si tua menyebalkan itu beberapa hari lagi. Hah, aku tidak suka ini. Apa yang dia inginkan dariku?

Cukup lama aku bekerja di ruanganku. Tenggorokanku mulai terasa kering. Aku bangkit dari dudukku mengambil segelas air dan menegaknya cepat.

Kupejamkan mataku memijat lembut kedua pelipisku yang berkedut. Aku teringat wajah Mia yang cemberut setiap kali aku mengatainya gadis menyebalkan. Wajah itu ... Aku ingin melihat ekspresi itu sekali lagi.

Kembali kurogoh sakuku meneleponnya lagi. Siapa tau handphone-nya sudah ia charge.

"Di mana kamu? Aku nungguin kamu tauk," Omelnya padaku yang tak kutahu alasannya.

"Kamu nungguin aku? Kalo emang nungguin, kenapa tadi gak bales SMS-ku?" tanyaku heran.

"Hah~ kirain sapa, ternyata si u-," ucapnya terhenti.

"Hai Yamaken," sapanya ramah membuat kedua alisku terangkat.

"Udah lama ya gak ketemu. Iya, aku baik-baik aja kok."

Perasaan aku gak nanyain kabar dia? Ini, si Mia kenapa?

"Kamu sakit? Tumben ramah," sindirku.

"Apa? Sibuk? Ya uda deh. Aku telepon balik aja nanti malem. Dah Yamaken,"

Hah~ selalu saja seperti ini. Mengapa sulit sekali untuk mendekatimu Mia? Aku tau ini salahku.

Jika tau akan seperti ini, aku tidak akan bersikap cuek pada Mia dulu.

Nada dering handphone-ku berbunyi. Terdapat nama Kacchan di sana.

"Kacchan?"

"Mmm, bagaimana harimu di Jakarta?"

"Sangat melelahkan. Maaf, aku tidak bisa menepati janjiku. Seharusnya aku menepatinya dan membawamu kemari."

"Hahaha. Tak apa. Aku juga berpikir, aku hanya akan merepotkanmu saja di Jakarta. Apa ada sesuatu yang ingin kau beritahu padaku?"

Aku menghela napasku. Tak mungkin aku menceritakan ulah si tua bangka penyebab dari migren yang selalu kualami karena ketidak teraturan jadwal tidurku.

"Hah~ semuanya baik-baik saja. Aku hanya merasa lelah karena terlalu sibuk akhir-akhir ini. Itu saja."

"Kau yakin hanya itu saja?"

Berbohong pada Kacchan adalah tindakan sia-sia. Entah mengapa dia selalu tahu ketika aku menyembunyikan sesuatu darinya.

"Maaf aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan sesuatu darimu. Hanya saja ...," ucapku menggantung bingung menjelaskannya pada Kacchan.

"Aku tau."

"Maksudnya?"

Kacchan terdengar menghela napasnya di seberang telepon lelah membuatku khawatir akan apa maksud dari ucapannya barusan.

Apa mungkin ....?

"Aidan?" tanyaku hati-hati.

"Ya. Aidan menghubungiku. Ia memintaku untuk datang ke pesta ulang tahun ayahmu."

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang