Masa Lalu

46 3 2
                                    

Mia POV

"Gini kan enak. Gak usah pakek tarik-tarikan macam tadi. Sakit tauk."

Aku menatap jengah dua pria yang sedang berdiri berjauhan di hadapanku.

"Aidan, maksud kamu dateng tiba-tiba narik aku apa?"

"Ada hal penting yang ingin kutunjukkan padamu."

"Apa?"

"Kau akan tau jika sudah sampai disana."

Aku terdiam memikirkan keputusanku selanjutnya.

"Ikutlah denganku," ucap Aidan menggenggam pergelangan tangan kiriku.

"Saat ini Mia bersamaku. Kau tidak boleh membawanya pergi begitu saja," ucap Yamaken menggenggam tanganku yang satu lagi.

"Oh ya? Biar kutebak. Kau pasti membawanya kesini begitu kalian bertemu tanpa basa-basi," ucap Aidan sinis.

"Itu bukan urusanmu!" balas Yamaken sengit.

"Aku hanya mengikuti apa yang dicontohkan kakak. Kenapa kakak marah?" sindir Aidan seraya menarikku ke arahnya.

"Diam kau! Takkan kubiarkan kau membawanya pergi tanpa persetujuanku!" ucap Yamaken menarikku ke arahnya.

Tanganku terasa sakit dan nyeri karena sikap kekanak-kanakan kakak beradik sialan ini. Mereka menarikku seakan aku adalah sebuah mainan yang tidak bernyawa tanpa mempedulikan teriakanku sedari tadi.

"AAAAARGH!" pekikku kencang sukses menghentikan aksi tarik menarik mereka.

"Denger ya! Aku gak bakal ikut kalian. Aku mau pulang! Bye!" ketusku lalu berlari menghiraukan panggilan mereka.

Terserah mereka mau apa. Yang penting aku pulang. Bodo amat!

******

Kuhela napasku lega mendengar bunyi bel tanda ujian berakhir. Akhir-akhir ini, sulit rasanya fokus memikirkan pelajaran.

Entah mengapa, aku justru bersyukur disibukkan dengan kegiatan try out, ujian semester dan UN akhir-akhir ini. Setidaknya aku tidak perlu duduk sebangku dengan Aidan.

Aku berjalan cepat meninggalkan ruang ujian seperti biasanya. Meskipun hanya kekahwatiranku yang berlebihan, aku takut Aidan menghampiriku dan menanyai kejadian di pantai waktu itu.

Tanpa mengurangi kecepatan berjalanku, aku menelepon mang Japri untuk menjemputku. Untuk saat ini aku ingin fokus dengan akademikku. Tak kuhiraukan semua sms dan telepon kak Yamaken maupun Aidan, karena pada akhirnya mereka hanya akan menanyaiku hal-hal yang memusingkanku.

"Iya non?" sahut mang Japri dari seberang telepon.

"Mang jem- AAAGHM!" pekikku tertahan karena seseorang membekap mulutku seketika dari belakang saat ia menarikku kencang.

"Maaf paman. Ini saya, Aidan. Hari ini, Mia pulang dengan saya ... Iya. Saya pastikan dia sampai rumah dengan selamat ... Terima kasih paman," ucap Aidan lalu memutuskan sambungan telepon.

Ingin rasanya kugigit tangan sialannya itu hingga aku bisa melepaskan diri darinya. Namun, apa daya aku tak bisa.

Jujur dari lubuk hati terdalam, aku senang ia 'memelukku' dari belakang. Apakah ini hari sialku karena Aidan 'menculikku lagi' atau keberuntunganku? Dibandingkan kesal, saat ini aku merasa sangat senang bisa sedekat ini dengannya.

Aidan melepaskan bekapan tangannya dariku lalu menarikku menuju ke belakang sekolah.

"Aidan! Lepasin!" seruku terdengar kesal.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang