Pahit!

95 13 0
                                    

Mia POV

Mulutku terbuka lebar diikuti mataku yang masih terpejam. Ini ketiga kalinya aku menguap. Kembali kukucek kedua mataku berusaha mengumpulkan kesadaranku yang belum utuh. Kusandarkan kepalaku ke jendela.

Tin tin

Suara klakson bus sekolah mengagetkanku.

Udah nyampek?

Kutengokkan kepalaku melihat keluar jendela.

Hmm? Cuma berhenti di halte.

Kembali kupejamkan mataku mencari posisi yang nyaman.

Dapat kurasakan seseorang duduk di kursi sampingku. Mungkin si Sherin, teman dudukku di dalam bus.

"Rin, pinjem bahunya yah. Ngantuk banget nih," ucapku menyenderkan kepalaku di bahunya tanpa membuka mata.

Postur tubuh Sherin yang lebih tinggi dariku sangat nyaman untuk disenderin. Sudah kebiasaanku menyenderkan kepalaku padanya saat tidur. Untung ni anak baik banget meskipun gak kalah jauh miripnya sama si Geby, sama-sama ratu modus. Kalo Geby tu modus sama manusia berspesies cogan. Nah, kalo si Sherin ni cuma modus sama Aidan, Dion, Aidan, Dion, Aidan. Ya, gitu aja terus. Ni kenapa aku jadi banding-bandingin Geby sama Sherin? Tidur lagi ah~.

Aroma parfum tercium dari dekatku. Aroma yang sangat familier untukku. Aroma yang sangat kusukai darinya. Aroma yang kurindukan selama liburan. Ini ... Aroma parfum Aidan. Mungkin dia sedang duduk di kursi depanku.

Biasanya aku langsung memperhatikannya. Namun, untuk saat ini ... Mataku tak bisa diajak kompromi. Aku mengantuk, sangat mengantuk karena nonton movie marathon bergenre comedy sepanjang malam. Ini gara-gara dapet kiriman foto selfie Geby dan Aidan yang bikin iri ... Iriiiii, IRIIII BANGET!!!! Hiks, hiks, jadi sedih lagikan. Udah ah, bete sama Aidan. Aku mau tidur. Gak bakalan deh mimpiin Aidan. Pokoknya gak bakalan Aidan aku ijinin mampir ke mimpiku! Ok Mia, have a nice dream.

Sentuhan lembut di kepalaku membuatku kembali dari dunia mimpi. Tuhkan dibilangin apa, kalo si Sherin ni baek banget. Dapat kurasakan tangannya menyibakkan rambutku yang menutupi wajahku. Hembusan napasnya mengenai dahiku karena jarak kami yang dekat. Ah ... Kalau saja si Sherin ni Aidan ... Tapi membayangkan adegan romantis bersama Sherin agak membuatku bergidik ngeri.

"Mia! Sampe kapan mau molor mulu? BANGUN WOI!" perintah Sherin terdengar kesal.

"Iya bentar, lagi pw," jawabku bergelanyut manja di bahunya.

Bahu Sherin sangat nyaman hari ini. Wangi. Hemmmh.

"Ish! Udah ah, biarin aja dia!" teriak Sherin.

Bahu yang kusandari seketika hilang membuat kepalaku terjun bebas ke kursi. Aku membuka mataku perlahan dan bangkit dari tempat duduk lalu keluar bus sambil memijit pelipisku yang agak pusing.

Gak jadi baek deh! Si Sherin kejem banget! Dasar! Uh, pusing mak.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang