Manajer Kece

121 14 4
                                    

Geby POV

Subhanallah. Ya Allah terima kasih atas nikmat yang engkau berikan kepada hamba-Mu ini. Emang rezeki anak cantik kali ya bisa deket sama Kak Yamato. Cakepnya gak ketulungan euy, batinku menelan air liur yang siap menetes. Ingat La! Kamu udah punya Aidan, nasehat hati kecilku. Tenang aja, Aidan selalu di hati kok. Kalo Kak Yamato sebagai pencuci mata aja. Kapan lagi bisa ngeliat bule kece macam Kak Yamato?

Wajahnya yang serius membaca dokumen yang aku tak tau apa isinya itu, benar-benar menyejukkan mata dan pikiran. Kira-kira dia udah punya pacar gak ya?

Cubitan kecil di pipiku mengembalikanku ke dunia nyata.

"Ayah~ gak usah nyubit-nyubit gitu. It's hurt," keluhku manja pada ayahku yang iseng.

"Hmh, dari tadi Ayah panggil gak nengok-nengok. Liatin siapa sih?" tanyanya melihat ke arah Yamato.

"Ayah, Kak Yamato udah punya pacar gak?" tanyaku antusias.

Ayah tersenyum mengacak rambutku.

"Kamu ini. Kemarin-kemarinnya seneng banget bisa jalan bareng Aidan. Eh, ketemu yang lebih cakep dikit udah lupa sama Aidan. Jadi milih Aidan atau Yamamoto?" ledek Ayah melirikku jengah.

"Yee~ aku kan cuma nanya doang Ayah. Bukan berarti naksir juga. Aidan tetap di hatilah," jelasku.

Alunan lagu instrumental terdengar dari kantong celana Ayah.

"Halo? Iya. Saya akan datang dalam waktu 20 menit lagi. Tolong urus dokumen-dokumennya ... Baiklah," ucapnya mengakhiri panggilan teleponnya.

Lagi-lagi, bahkan di saat liburan pun Ayah masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Dalam satu tahun, bisa mengobrol langsung dan menghabiskan waktu bersama dengan Ayah bisa dihitung dengan jari. Aku cemberut melihat Ayah membereskan beberapa dokumen di mejanya dan merapikan pakaiannya.

"Jangan cemberut gitu. Ayah benar-benar minta maaf sayang. Lagi-lagi, ada urusan yang harus Ayah selesaikan. Nanti Ayah telepon yah," bujuknya lembut mengusap rambutku.

Kuanggukkan kepalaku lesu. Aku tau ini semua dia lakukan untuk menghidupi keluarga. Jika menjadi orang kaya hanya akan membuatmu jarang berkumpul dengan keluarga, aku ingin menjadi anak di keluarga yang sederhana saja.

Ayah menghela napasnya melihatku yang terus menundukkan kepala.

"Is there something that i can do to make you happy?"

Pertanyaan Ayah memunculkan ide cemerlang di otakku. Mataku melirik Ayah penuh makna. Ia memutar bola matanya malas seperti mengerti arti dari senyuman miringku.

"Hah~ baiklah."

"Yeay! Thank you so much. Love you my handsome Father," sorakku girang memeluk Ayah lalu mencium pipi kanannya.

Ayah membalas pelukanku dan menciumi keningku.

Kuperhatikan Ayah yang berjalan menghampiri Kak Yamato. Mereka berbincang sebentar dan diakhiri dengan anggukan kepala Kak Yamato. Sempat kulihat ia melirik ke arahku dari tempatnya berdiri yang kubalas senyum tiga jariku.

Kuikuti Ayah keluar dari restoran menuju parkiran.

"Gimana?" tanyaku tak sabar.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang