Ingatan

40 1 0
                                    

Mia POV

Aku termenung memandang lautan di hadapanku. Pikiranku kosong. Kilasan kejadian waktu itu masih terngiang-ngiang di benakku. Otakku masih perlu waktu untuk mencerna setiap hal yang baru saja kualami. Tidak kusangka Yamaken menciumku waktu itu. Bodohnya lagi aku hanya diam membiarkannya mentertawakanku saat mendapat ciuman darinya. Jujur ini pertama kalinya seorang pria mencium bibirku. Jelas-jelas aku tidak boleh melakukan hal itu dengan pria yang jelas-jelas bukan suamiku. Hal pertama yang kulakukan saat tersadar dari kekagetanku adalah berlari meninggalkan Yamaken.

"AAARGH!" teriakku frustrasi mengingat kejadian yang ingin kulupakan terus terngiang di benakku.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Kakek seraya memberikan setusuk ikan bakar yang sudah matang padaku.

Saat ini aku dan Kakek sedang bersantai menikmati pemandangan laut sambil membakar ikan hasil pancingan yang didapat setelah memancing di dermaga. Malam ini terasa begitu tenang dengan langit cerah bertabur bintang serta sinar rembulan yang tak terhalang oleh awan. Malam terasa hangat karena panas bara api yang menghangatkan udara di sekitarnya. Aku tersenyum memandang wajah Kakek seraya menggelengkan kepalaku menjawab pertanyaannya barusan lalu menerima ikan bakar yang ia berikan padaku.

"Apa kau sudah menghubungi Ken?" tanyanya yang membuatku tersedak dan terbatuk-batuk.

"Dasar. Makan lah dengan perlahan jangan terburu-buru seperti itu," nasehat Kakek seraya memberiku sebotol air yang langsung kuminum sampai habis tak tersisa.

Kulanjutkan makanku tanpa bermaksud menjawab pertanyaan Kakek. Sepertinya Kakek lupa dengan pertanyaannya barusan karena sekarang ia justru memakan ikan bakarnya dan bercerita tentang masa mudanya. Mungkin saja karena aku terbatuk-batuk barusan membuat perhatiannya teralihkan dari pertanyaan yang ia lontarkan. Syukurlah Kakek lupa. Mengingat kejadian itu, mana mungkin aku bisa menghubungi Yamaken. Membaca pesan darinya saja sudah membuatku kesal. Berani-beraninya dia mencuri ciuman pertamaku!

Aku bertekad untuk tidak membalas pesannya, mengangkat telepon darinya dan pastinya menghiraukannya sebagai aksi marahku.

Kilasan kejadian saat itu kembali terngiang di benakku. Aku teringat debaran jantungku yang berdetak begitu kencang saat menutup kedua mataku menanti hadiah apa yang ia berikan padaku. Pikiranku mulai menebak-nebak kemungkinan-kemungkinan hadiah yang ia berikan padaku. Mungkin saja ia ingin memberikanku kalung atau boneka atau bunga? pikirku saat itu. Jelas kurasakan hembusan napasnya mengenai pipiku namun kuputuskan untuk tak membuka kedua mataku yang terpejam. Sesaat kemudian sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Seketika aku membuka kedua mataku lalu mendapati wajah Yamaken tepat di depan mataku. Sontak kujauhkan wajahku menatapnya tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Melihat wajah kagetku ia justru tertawa dengan kurang ajarnya. Begitu menyadari wajahku memerah, aku berlari kencang menjauhinya tanpa berpikir terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian, aku menyesali tindakan bodohku begitu mengingat jarak dari pantai menuju rumah kakek yang lumayan jauh.

Jujur dari lubuk hatiku terdalam aku merasa senang sekaligus sedih. Entahlah rasanya begitu aneh karena perasaan itu membuatku menangis tanpa sebab. Seharusnya aku merasa kesal. Seharusnya aku refleks menjauhkan wajahku begitu menyadari wajahnya yang berada sangat dekat denganku. Namun, aku justru tetap diam membiarkannya menciumku seperti itu.

"Aakh!" erangku menahan rasa sakit di kepalaku.

"Mia? Kau tidak apa-apa?" tanya kakek khawatir lalu menghampiriku.

Kepalaku terasa sangat sakit hingga membuatku menjatuhkan ikan bakarku. Suara Kakek tak dapat terdengar olehku. Pandangan mataku terasa gelap dan akhirnya aku kehilangan keseimbanganku hingga membuatku terjatuh dan tak sadarkan diri.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang