Geby POV
Tanganku terulur mengambil dasi berpola garis merah cokelat di hadapanku.
"Wah! Selera kamu bagus yah. Mama jadi gak sabar pingin liat Papa pake dasinya. Kesannya jadi seksi deh kayaknya," puji Mama menatap dasi pilihanku puas.
"Aidan, coba lihat! Geby pinter yah. Seleranya bagus. Mama suka," puji Mama mengedipkan sebelah matanya padaku.
Aku memperhatikan wajah Aidan menanti reaksinya.
"Iya. Bagus," pujinya tersenyum padaku seperti biasa.
Senyuman lembutnya mengingatkanku pada ucapan Mia tadi. Aidan memang pria baik yang tak dapat ditebak isi pikirannya. Selalu bersifat sopan pada siapapun bahkan pada Dion, lekong rempong yang suka ngomong bohong dan sering umbar janji kosong. Kenapa juga dulu aku mau jadi pacarnya? Dasar lekong sok kecakepan! Berhentilah memikirkan mantanmu itu La!
Mending mikirin rencana untuk meluluhkan hatinya Aidan.Kuputuskan untuk menguncir rambutku yang tergerai meperlihatkan telinga dan leherku dengan meninggalkan beberapa helai rambut agar terkesan casual dan seksi.
"Aidanhh...," panggilku meniru suara artis yang sering dijuluki princess di TV.
"Iya?"
"Hari minggu kamu ada waktu gak?"
"Ada sih. Kenapa?"
"Ayah ngasih aku tiket ke Trans Studio. Kamu mau gak?"
Aidan menatapku curiga. Dahinya berkerut tampak memikirkan sesuatu.
Aduh! Gawat nih. Cintah mulai curiga.
"Em ... Aku dapet 4 tiket. Satu buat aku, satu buat Mia, satu buat kamu, dan yang satunya lagi buat temen cowok kamu. Gimana? Mau gak? Mau yah," tanyaku memasang wajah memelas.
"Iya. Aku mau."
Seperti mendapat durian runtuh. Aku tersenyum Pepsoden menampakkan gigi putih berkilauku. Ingin rasanya memeluk pangeran tampan di depanku ini. Tapi mengingat keberadaan Mama di belakangku, bisa dijewer Ibu kalo sampe Mama cerita. Mulut ibu-ibu mah gak bisa dipercaya. Sekalinya ngumpul, boom! Terbongkarlah sudah aib-aib anaknya. Heran, tak ada topik menarik lainkah selain gosipin aib orang? Ckckck.
"Mama mau ke kasir dulu yah."
"Biar Lala aja Ma yang ngantri di kasir."
"Makasih ya sayang. Udah cantik, baik, lucu lagi. Ya kan Aidan?"
Aidan hanya tersenyum menatap Mama tanpa mengatakan apapun.
Senyum lagi, senyum lagi. Emang sih senyum itu ibadah. Tapi, sekali-sekali ngomong apa kek. Jawab apa gitu kek. Irit banget ngomongnya. Hati ini lelah menerka-nerka isi hati kang mas. Eneng lelah kang ... Lelah.
"Ini uangnya. Mama tunggu di sini yah."
"Iya Ma," jawabku mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan di tangannya.
"Aidan, kamu temenin Lala ya. Sekalian bantu bawain barang belanjaannya."
Aidan mengangguk dan berjalan di belakangku.
******
Mia POV
Bagus! Tu anak dari dulu seneng banget ngaret kayak gini. Bagus! Mana kaki pegel lagi berdiri terus dari tadi.
Nada dering Hp-ku berbunyi dari dalam kantong celana jeans-ku.
"WOI! Kamu di mana sih Geb? Pegel nih kaki. Udah 15 menit berdiri di pintu masuk kayak anak hilang tau gak!" omelku.

KAMU SEDANG MEMBACA
SOBA NI ITAI √
RomanceTerjebak dalam cinta sepihak hanya akan membuatmu terluka. Namun, bodohnya hati ini tak ingin berpaling...tetap bertahan dengan berpegang pada harapan semu. Harapan untuk bisa bersamamu... I Want To Be With You❤ cover by @hfaistyles dan @Eziall