Kenangan Terakhir

49 2 0
                                    

Mia POV

Aku tersenyum mendengar Yamaken bercerita tentang masa lalunya dengan Miazono, diriku yang dulu. Tak kusangka aku bisa seagresif itu ternyata. Kuperhatikan setiap foto yang ada di setiap lembar album foto pemberianku dulu. Sebagian besar foto Yamaken lebih mendominasi namun juga ada beberapa foto kami berdua. Di bawah foto juga terdapat tulisan-tulisan yang menjelaskan setiap foto seperti saat ulang tahun Yamaken, malam tahun baru, festival musim panas dan banyak kenangan lainnya. Tak kusangka kenangan indah itu menghilang dari ingatanku tanpa bekas sedikit pun. Aku percaya dengan semua cerita yang dikatakan oleh Yamaken. Semua foto yang kulihat sudah membuktikan semuanya. Hanya saja semuanya terasa asing bagiku. Entah mengapa Miazono terasa seolah-olah bukan aku dan hanya gadis kecil yang mirip denganku. Sifat kami sedikit berbeda karena jujur aku bukanlah gadis ramah yang periang seperti yang dikatakan oleh Yamaken. Aku mulai penasaran dengan kenyataan pahit yang selama ini mereka rahasiakan dariku. Sebegitu burukkah sehingga aku melupakan semua masa laluku tanpa tersisa sedikit pun termasuk semua moment bahagia yang pantas untuk kukenang.

"Jika dipikir-pikir ... Sikapmu saat masih remaja dulu persis dengan sikap Aidan yang dingin dan kejam padaku," candaku membuatnya tersenyum.

"Tentu saja. Mau bagaimana pun kami berdua adalah saudara kandung. Jadi, pantas saja jika ada sikap kami yang sama," jelasnya lalu duduk di sampingku.

"Apa aku harus bersikap dingin dan kejam seperti dulu agar kau menyukaiku?" tanya Yamaken.

"Kau pikir aku boneka yang bisa diperlakukan seenaknya," protesku sebal menanggapi candaannya.

Kami terdiam selama beberapa saat. Yamaken merebahkan tubuhnya di kasur yang kami duduki sedangkan aku masih terpaku dengan foto-foto yang berada di album foto milik Yamaken.

"Sebelum kami berpisah ... Aku berjanji pada Miazono untuk menemukannya dan memberikan kenangan indah lainnya. Karena janji itu lah, aku mencarinya dan selalu menunggu kehadirannya," ucap Yamaken lalu duduk dan menatapku hangat.

"Maafkan aku karena datang terlambat dan kehilanganmu untuk kedua kalinya," lanjutnya menatapku sedih.

Bisa kurasakan dari tatapannya padaku, dia mencari sosok Miazono yang telah menghilang dariku. Rasa bersalah di hatiku karena tak dapat mengingatnya kembali muncul. Hal menyakitkan selain cinta yang tak berbalas adalah cinta yang terlupakan. Itulah yang kulakukan pada Yamaken. Aku menyakiti perasaannya sekaligus. Yamaken terlihat sangat rapuh dan menyedihkan. Aku sudah membuat luka yang teramat dalam di hatinya.

Andai saja aku bisa membalas perasaannya ... Andai saja aku bisa berpaling dari Aidan ... Andai saja aku bisa mengingat semua kenangan indahku dengan Yamaken. Apakah kami bisa bahagia? Haruskah aku mencoba untuk berpaling dari Aidan dan menerima cinta Yamaken padaku? Semua pertanyaan di benakku membuatku bingung menentukan apa yang harus kulakukan.

Aku pernah membaca sebuah cerita romantis tentang perasaan yang tak akan pernah hilang.

'Seseorang bisa saja kehilangan ingatannya namun hatinya akan selalu mengingat siapa yang dia cintai.'

Kalimat itu masih terngiang di benakku. Jika memang benar begitu, mengapa sekarang aku justru menyukai Aidan? Memang hati seseorang bisa berubah-ubah begitu pula dengan rasa cinta yang dimiliki seseorang. Tak ada yang dapat menjamin cinta itu bisa bertahan selamanya. Namun tak kusangka secepat itu perasaanku pada Yamaken menghilang. Duniaku saat ini terasa jauh berbeda dengan dunia milik Miazono. Padahal aku dan Miazono adalah orang yang sama, namun Miazono seolah menghilang dari diriku selamanya.

"Maafkan aku ... Maaf karena telah melupakanmu hingga membuatmu hancur seperti ini. Aku benar-benar kehilangan semua ingatan yang dimiliki Miazono termasuk perasaannya padamu," ucapku sedih lalu memeluknya dengan erat berharap bisa meringankan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang