Akhir

41 3 2
                                    

Maaf baru publish hari ini :(
Semoga kalian suka bagian ini dan selamat membaca ;)

******

Mia POV

Tak terasa sudah dua tahun lebih aku menjadi seorang siswi SMA. Setelah menghadapi UN, ujian sekolah dan ujian praktek, aku belajar dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan ujian SBMPTN bulan depan. Saat ini, aku hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.

"Nomor 7 jawaban yang betul itu C."

Kutolehkan wajahku menatap soal biologiku memastikan jawabanku kembali.

"Jawabannya bukannya B?" koreksiku pada pernyataannya barusan.

"Kecuali loh Mia," jawabnya seraya menggaris bawahi kata kecuali di lembar soalku.

Aku tersenyum kikuk menyadari ketidak telitianku lalu mengganti jawabanku menjadi C.

"Makasih," ujarku seraya tersenyum padanya.

Aidan membalas senyumanku dan kembali mengerjakan lembar soal miliknya. Sering kali kami berdiskusi menjawab soal-soal latihan SBMPTN bersama-sama.

Pagi tadi, aku memberanikan diriku untuk mengajak Aidan belajar bersama di perpustakaan umum. Mengetahui bahwa sebentar lagi kami akan berpisah, aku mencoba untuk lebih dekat dengannya dengan alasan bingung mengerjakan soal matematika berhubung aku tidak ikut les privat atau bimbel seperti yang lainnya dan juga karena ia termasuk orang yang sangat pintar di bidang matematika. Lalu, mengapa kami mengerjakan soal-soal biologi?

Sesuai ajaran ratu modus alias Geby, manfaatkanlah waktu yang kau punya sebaik mungkin. Semakin lama, semakin baik. Di samping memintanya mengajariku matematika, aku membalasnya dengan mengajarinya biologi, dengan ini kita jadi impas. Taktik yang cerdas Mia. Dibandingkan dengan gadis lainnya yang mendekati Aidan dengan agresif, aku lebih memilih untuk mendekatinya secara cerdas dan berkualitas tidak seperti mereka yang menurunkan harga diri mereka dengan rayuan dan paras cantik.

"Minggu depan, kamu datang dengan siapa?" tanya Aidan begitu kami selesai mengerjakan soal-soal biologi.

Minggu depan tepatnya pada malam minggu merupakan malam perpisahan. Dimana pada malam itu akan diadakan serangkaian acara perpisahan kami yang akan meninggalkan SMA kami sebagai alumni.

"Pinginnya sih sama Papa dan Mama ... Tapi Papa ada di Singapura mulai minggu depan. Sedangkan Mama harus mengisi acara seminar dan pekerjaan lainnya di Jakarta. Mungkin aku bakal dianter sama Mang Japri," jawabku sedih.

Aidan terdiam mendengarkan jawabanku.

"Kalo kamu ditemani siapa?"

"Mama," jawabnya yang kubalas dengan anggukan mengerti.

Semenjak kejadian waktu itu, aku tak berani menatap wajah tante Ayu. Meskipun masalah pertunangan palsu itu berakhir, namun dapat kurasakan tatapan menusuk setiap kali aku tersenyum padanya. Entah nasib atau sial, akhir-akhir ini aku sering bertemu dengan tante Ayu di waktu dan situasi yang tidak tepat. 

Aku berpapasan dengannya di jalan saat sedang mengupil. Seketika aku menghentikan aktivitasku untuk menyapanya. Meskipun ia tak mengucapkan apa pun, dari ekspresi wajahnya yang menatapku jijik saja aku sudah tahu isi pikirannya. Pertemuan selanjutnya malah lebih parah lagi. Saat hujan, aku berjalan di trotoar menggunakan payungku hendak membeli beberapa snack kesukaanku yang sedang diskon di supermarket dekat rumah. Awalnya semuanya baik-baik saja, namun sebuah mobil sedan putih melintasi jalan yang tergenang air hujan menyipratkan genangan tersebut hingga mengotori bajuku. Tanpa berpikir panjang, aku menyumpahinya dan menyebutkan nama-nama binatang dengan lantang. Tak disangka mobil sedan putih itu berhenti setelah aku selesai mengeluarkan sumpah serapahku. Kupercepat jalanku menghampiri mobil sedan putih sialan itu lalu mengetuk kacanya tak sabar. Mulutku terbuka dan siap untuk mengatakan kekesalanku pada pengemudi ka****t itu. Namun tak satu kata pun yang berhasil kuucapkan ketika melihat wajah dari pengemudi yang kukatai barusan. Yah ... Setelah kejadian itu, aku tidak yakin jika aku bisa membalas tatapan matanya.

SOBA NI ITAI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang