II - First Mission {Teror 1} -

1.8K 103 4
                                    

Aprilia Vallery

Buagh...buagh...buagh suara gedoran pintu dan pelakunya aku sendiri. "Mama!! Ma!!" Teriakku. "Jangan keluar!! Sembunyi Vall! Jangan pernah keluar sampai mama bilang boleh!" Teriak Mamaku. Aku terus menggedor pintu, tidak memperdulikan omongan Mama. Akhirnya pintunya terbuka dan aku segera berlari ke depan Mama. "Jangan pukul mama!!" Teriakku. Ayahku memukulku hingga membentur dinding. "Sayang! Kita cerai. Aku sudah nggak tahan!" Kata Mamaku setelah bisa berdiri tegak. "Oke, tidak masalah. Tapi Vallery ikut aku!" Balas Ayah lalu menghampiriku. Rambutku ditarik hingga aku ikut terseret. Aarrgghh...sakit!! Tiba-tiba muncul ide di otakku. Saat melewati meja tempat akuarium, aku mengambil gunting yang ada disitu lalu memakainya untuk menggunting rambutku. Segera aku berlari ke Mama. Saat tiba dipelukannya pandanganku mulai kabur dan semuanya gelap.

Hosh..hosh...hosh. Dasar mimpi sialan! Padahal aku ingin lupa, eh, malah diingatkan. Cih, kan jadi ngga lupa. Alhasil, tubuhku penuh keringat dari atas sampai bawah. Kulihat jam di hpku. Jam 3.30. Hah? Berarti aku tidur ngga sampai 4 jam. Huh, Ini gegara group bbm The Guardian School yang rame terus dan membuatku ngga bisa tidur saking serunya.

Kuputuskan membereskan ranjangku yang beneran berantakan banget. Mengambil hp lalu duduk di beranda sambil nge-game. Biasa lah, gamer gitu lho. Lagi serunya, eh, malah ada yang ganggu dan ternyata...telfon dari mama toh.
"Halo? Ada apa ma?"
"Vall, mama ngga jadi pulang besok. Nanti sore mama pulang. Nanti mama nginep sampai lusa. Nanti dirumah kan?"
"Hah? Beneran? Yeee...!! Ma, tapi kayaknya nanti aku ada kerja kelompok di rumahnya Shera. Ngga apa kan?"
"Ngga apa kok sayang. Kan besoknya kita masih bisa ngehabisin waktu. Oke?" Aku ngga yakin kalau besok aku senggang. Tapi aku usahakan.
"Iya"
"Udah dulu ya. Bentar lagi mama ada rapat penting. Nanti mama telfon lagi. Bye."

Besok senggang ngga ya? Halah, masa bodo, yang penting bisa ketemu Mama. Kan udah lama gitu lho. Terakhir ketemu kapan ya? Oh ya, 3 minggu lalu. Atau 4 ya? Entahlah, aku sendiri lupa.

Bisa dibilang Mamaku sibuk banget sejak ada perusahaannya bikin cabang baru di Jepang. Sebelumnya, nama perusahaan orang tuaku adalah Zeibernight Zodiac atau bisa disingkat ZeiZo atau ZZ. Nama yang aneh menurutku. Entah siapa yang punya ide menggabungkan nama perusahaan Papa (Zeibernight) dan Mama (Zodiac). Pertamanya aku ikut tinggal di Jepang. Tapi aku pengen balik ke Indonesia. Alhasil, aku berdua sama bibik di rumah, di Indonesia, dan orang tuaku pulang 2-3 hari sebulan. Dan itu artinya, aku bebas!! Muahahaha.

"Vall!!" Siapa lagi sih? Tunggu, ZIO!? Yakin? Ini masih jam 4 lho. Ngapain dia kesini? Tumben ngga bareng Kazu. Ternyata suaranya keras juga ya.
"Bentar, gue keluar!" Teriakku. Aku langsung mengambil jaketku di kursi lalu turun mencuci muka dan menghampiri Zio.

"Kok kesini?" Tanyaku kemudian.
"Hmm...jalan-jalan yuk. Gue nemu tempat bagus. Udaranya disana sejuk banget kalo pagi-pagi dan nanti bisa liat matahari terbit. Mau?" Heh? Emangnya ada tempat kayak gitu? Kukira hanya ada di anime-anime, atau drama. Yah, berhubung tempat kayak gitu minim banget. Kalian juga tau kan, banyak banget gedung yang ngehalangi pemandangan indah.
"Mau dong! Mangnya naik apa?"
"Tuh. Udah bilang sama mama lo?" Tanyanya.
"Hm..gue tinggal sendiri. Eh, ngga juga sih, ada bibik. Tapi dia dateng jam setengah 6 nanti."
"Orang tua lo kemana?"
"Kerja di luar negri." Dia hanya membalas dengan anggukan.
"Zio, kok tadi ngga ada suara motor lo?"
"Haha...lo aja yang ngga denger! Silahkan naik nona" katanya sok sopan. Dan aku naik ke motornya.

Kami melewati sungai di perumahan lalu belok ke kanan. Kiri, kanan, lurus, kanan, kiri, kanan, lurus, kanan, dan gitu aja terus sampai negara api menyerang. Kami sampai di bukit yang bisa kulihat dari beranda lantai 2 rumahku. Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi kalau jalan ke sana ya jauh. Sudah lama aku ingin kesana. Tapi ngga tau jalannya -,-. "Sudah sampai nona, silahkan turun" kata Zio. Aku pun turun lalu duduk di batu besar dekat motor Zio. Dia mengikuti dan duduk disebelahku.
"Beneran sejuk. Makasih udah ngajak gue kesini" kataku.
"Siapa dulu yang nemuin?" Katanha pongah.
"Lo lama-lama kaya Chiza aja" balasku dan kami tertawa. Menertawakan betapa lebaynya sahabat Nisha yang satu itu. "Tumben ngga bareng Kazu? Biasanya nempel terus kayak pinang dibelah dua pake kapak" tanyaku saking penasarannya.
"Kalau gue ajak dia, jadi ngga bisa berduaan dong. Lagian, mangnya gue homo!?" Protesnya. Aku mengabaikan kalimat pertama yang membuatku agak malu dan memilih kalimat terakhir.
"Tapi beneran lho. Kalian bagaikan Nisha dan Chiza yang tidak bisa dipisahkan. Kalian udah sahabatan sejak kapan?"
"Sejak kecil. Dan sejak saat itu kami selalu sekelas. Sampe bosen gue liatnya."
"Hahaha...Eh, mataharinya terbit tuh" kataku sambil mengeluarkan hp dan bersiap memfotonya. Cekrek. Jadi inget iklan di tv. Ganteng dikit cekrek, ganteng banyak cekrek, ganteng buanget cekrek cekrek upload. Tapi kali ini kata 'ganteng' diganti 'keren'.
"Kamu tau ngga? Kalau kamu, kamu senyum, kamu jadi kelihatan cantik?" Bisiknya tiba-tiba. Lebih seperti pernyataan dibanding pertanyaan.
"Hah?" Tanyaku.
"Apa?" tanyanya balik dengan tampang biasa.
"Makasih"
"Hah?
Kayaknya dia ngga sadar waktu ngomong itu. "Ngga pa-pa." Aku berdiri, meregangkan tanganku. "Pulang yuk, udah hampir jam setengah 6 nih" ajakku.
"Oke. Tapi gue males pulang. Sebenernya gue keluar tanpa ijin"
HAH!? "HAH!? Ngga apa nih?"
"Gampang, nanti motornya gue matiin jauh dari rumah trus gue manjat, masuk ke kamar. Beres kan?" Katanya santai. Hahaha. Lalu kami pulang

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang