XXIX - Hello

881 56 4
                                    

Achazio Lukas

Gue meninggalkan Zevan dan pasangan couple ke ruang inap Vall. Gue lagi males dan nggak selera makan.

Ting..

Gue langsung keluar dari lift dan berjalan kekamar inap Vall. Tiba-tiba, gue denger suara teriakan dan isak. Gue nggak tau itu dari kamar inap yang mana, pokoknya gue langsung lari ke tempat tujuan gue sejak tadi. Insting gue bilang itu dari sana.

Dan saat gue buka pintunya, gue ngeliat Vall duduk. Duduk dengan kepala yang ditenggelamkan di tekukan kakinya dan kedua tangan yang memegangi kepalanya. Vall nangis disertai teriakan.

Gue langsung melepas dan melempar tas gue kesegala arah dan langsung menhampiri Vall.

"Pergi!! Jangan dekati gue!! Gue benci lo!! Gue nggak mau ngerasain sakit lagi!! Gue nggak mau mati!!" kalimat dari bibir Vall bikin gue berhenti sejenak.

Vall trauma dan dia ngira gue si psikopat.

Gue berjalan perlahan dan Vall semakin histeris. Dia mulai melempari gue dengan segala benda yang ada disekitarnya. Sampai salah satu pisau yang ada dimeja deket kasurnya aja dia lempar. Untung gue bisa ngehindar, kalo nggak? Bisa-bisa gue menghuni kamar sebelah. Gue menarik nafas dan melanjutkan langkah gue.

Siapa sih yang naruh pisau di situ? Gila apa? Mana nggak Cuma 1 tapi ada 2. Cih, gue bakalan ngintrogasi semua orang yang jagain Vall sebelum gue kesini.

Vall berhenti menangis dan terisak. Dia tertawa. Kenceng banget kek mbak kunti. oke, gue merinding.

Dia duduk tegak dan tangan kanannya memutar-mutar sesuatu. Pisau, pisau (selain yang dia lempar ke gue) yang tadi ada di meja deket kasurnya. Kapan Vall ngambilnya coba? Vall mengarahkan pisau itu ke telapak tangannya.

Dengan cepat gue ambil pisau itu dan melemparnya ke segala arah.

"Vall..."

Setelah gue mengucapkan kata-kata itu, Vall kembali menekuk kakinya dan menenggelamkan kepalanya disana. Tangannya juga memegangi kepalanya lagi. Dia nangis dan histeris lagi.

Tangan gue menyentuh lengannya. Vall semakin meringkuk. Itu bikin hati gue teriris. Oke, gue mulai melankonis. Lupakan.

Tangan gue berpindah ke puncak kepalanya, mengelusnya pelan. Gue mendekat kearahnya lalu membisikkan sesuatu di telinganya. "Vall, ini gue, Zio. Lo tenang aja, dia nggak bakalan bisa kesini."

Alhasil, Vall mulai agak tenang. YESS!! GUE BERHASIL!! Tapi tetep nangis sih. Yang penting udah nggak histeris.

"Zi..o...gu..gue takut. Banget. Gue takut mereka kembali lagi. Gue lemah banget ya?"

Gue tersenyum. "Takut itu wajar Vall. Gue juga pernah takut, semua orang pernah takut. Sekarang lo nggak perlu takut lagi. Mereka udah nggak ada, mereka di rsj. Dan, lo nggak lemah. Lo kuat. Lo cewek terkuat yang pernah gue temui. Lagian, disini kan ada gue. Gue bakalan terus ada disisi lo kok. Kalo lo perlu bantuan atau mau curhat, bilang ke gue aja. Oke?"

Vall mendongak menatap gue. Matanya sembab ples merah dan bibirnya masih pucet. "Beneran?"

Suer deh, Vall ngomong gitu dengan wajah polosnya bikin dia imut kuadrat. Sumpah, ini keajaiban dunia ke 8. Vall imut banget. Coba gue bawa hape sekarang, udah gue foto. Sayangnya hape gue di tas.

Gue membingkai wajahnya dan menghapus airmatanya dengan kedua ibujari gue. "Beneran. Gue janji."

Vall tersenyum. Itu bikin dia tambah imut. Gue nggak kuat liatnya.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang