XXVI - Second Mission {Illusion} -

753 61 3
                                    

Author POV

"Halo?"

"..."

"Bajingan lo! Beraninya cuma ngomong ditelfon! Pengecut!"

"..."

"Ap-!?"

"..."

Kazu melirik sahabatnya sekilas. "Oke. Gue terima. Lagian, gue juga udah keluar."

Sambungan pun terputus. Gue nggak sebodoh itu, kampret. Batin Kazu.

"Siapa?" tanya Zio.

"Orang."

"Oh, udah mulai maen rahasia-rahasiaan ya? Oh, teganya dikau."

Kazu memandangi sahabatnya lagi. "Halah, nyembunyiin perasaan lagi. Pengen gue mutilasi lama-lama. Sekali-kali, jadi orang tuh jujur dikit kek!"

"Hehe. Gue nggak mau berlarut dalam kesedihan lama-lama. Kalo Tuhan udah ngambil dia, ya..gue bisa apa? Mau nggak mau gue harus rela waloupun sakitnya nyelekit gini. Kayak ditusuk pake Elucidator, Dark Repulser, dan Excaliber-nya Kirito di Sword Art Online. Terus lukanya disiram sama larutan garem-jeruk nipis ples air panas. Perih bro."

Zio menarik nafas. "Gue yakin kalo ini pasti rencana Tuhan yang paling indah. Gue juga nggak punya hak buat menggagalkan rencana-Nya. Gue bisa apa lagi?"

Dirangkulnya sahabatnya itu, lalu menepuk-nepuk punggungnya tanpa tenaga. Alhasil, Zio menenggelamkan kepalanya di bahu sahabatnya itu lalu menangis dalam diam.

Hei, bukannya dia banci, ya. Semua manusia juga pasti pernah menangis dan harus nangis. Tak terkecuali cowok. Kalo tidak pernah menangis, tidak manusiawi namanya.

Meangis bukannya mencerminkan kalau mereka cengeng. Apalagi penakut. Bukan, bukan.

Menangis hanya untuk melepaskan beban. Ah, ralat, untuk meringankan beban dan tekanan biar plong. Iya, beban, beban perasaan dan tekanan batin. (apaan lah, tekanan batin segala.)

Kalian semua, cowok maupun cewek, pasti tau rasanya nahan perasaan sekuat tenaga tuh kayak gimana. Nyesek bro. sakit.

Kayak lagu itu lho... Sakitnya tuh disinii..diiidalam hatikuu~ (Eak, Author malah nyanyi. Lupakan. Betewe, suara author bagus lho :v Sanggup membuat dunia bergetar. Iya, bergetar, gegara gempa. haha). Ish, back to topic.

"Udah dong, nangisnya! Seragam gue kena ingus lo nih!" bentak Kazu.

Zio mengangkat kepalanya lalu menoyor Kazu. "Sialan lo! Ngerusak suasana!"

Hening.

Zio yang tadi menangis dalam diam gulung tikar menjadi melamun. Lama. Sampai jam tangan Kazu menunjukkan pukul 06.14 pagi. Prok-prok-prok. Rekor mereka begadang. Iya, begadang seharian.

Wah, mereka tidak mendengarkan nasihat Bang Haji. Yang itu lho.. Begadang jangan begadaaang~ kalau tak ada gunanya~

Cih, author ngelantur lagi. Lupain. Back to topic.

"ZI, menurut insting gue.." Kazu tanpak menimbang-nimbang kata-katanya. Bingung menyusun kalimat. Padahal nilai bahasa Indonesianya cukup tinggi. "lo nggak boleh nyerah dulu. Gue ngerasa ada yang ketinggalan. Ganjil."

Zio menatap sahabatnya itu dengan pandangan heran. "Maksud lo?"

Kazu menghela nafas. "Ya..kayak ada yang ketinggalan. Ada yang nganjel. Lo masih inget kalo si psikopat itu lebih suka menikmati dari pada cepet-cepet? Dia juga jago bikin video kayak gitu. Inget kerjaannya dulu?"

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang