XIX - Second Mission {Not Him, But They} -

710 63 0
                                    

Aryo Gunawan

STRESS. Satu kata itu yang menggambarkan gue sekarang. Gila! Si Zero kampret diculik lagi! Padahal sedari tadi gue bersama 3 curut nguntit dia, dari rumah sampe sekolah. Kami sampe ngebelain parkir di mall sebelah. Dia markir motornya di sana. Eh, ralat, enggak Cuma gue dan 3 curut, tapi juga anak-anak sekelas.

Gue heran, kapan tuh anak ngilang.

Masa ditoilet? Kalo ditoilet, emang toilet mana? Toilet kelas 8, 7, 9? Nggak-nggak-nggak. Nggak mungkin, soalnya disitu sudah ada Zevan, Ken, Dareen. Yeah, kemungkinan itu juga terpikirkan, jadi, kita jagain masing-masing toilet. Njir, nggak ada keren-kerennya. Mana, katanya si Zevan, tuh toilet bauk bangkai lagi. Bangkai tikus maksudnya. Heran gue.

Dan, yeah, kami kewalahan. Kami mencari mereka keseluruh sekolah. Nisha-Kak Clarisa meriksa rekaman CCTV. Gue nyari ke semua tempat yang bisa dijadiin tempat persembunyian. Tempat yang bisa nyembunyiin 29 orang. Menurut gue nih, ya, gedung ekstra lama dan gudang SMA.

Gue meriksa gudang SMA. Gue yakin nih tempat dijadiin tempat persembunyian. Masih inget asumsi gue dan 3 curut kan? Zero kerja sama dengan Ashara. Gue yakin banget. apalagi kemarin gue liat si Ashara keluyuran gaje di wilayah SMP sedangkan dia SMA. Jarang anak SMA yang keluyuran di wilayah SMP, kecuali anak-anak yang numpang ngerokok di belakang gedung kelas atau pojokan kantin.

Gue lari kesana-kemari kayak Heli-guk-guk-guk. Apalagi Yayang. Dia mirip cheetah kelaperan nyari makan.

Sampe di lokasi, gue buka dengan santai. Nggak dikunci. Dan yang bener aja, hasilnya nihil! Gue nggak tau lagi mau nyari dimana.

Kampret lah cuk.

**************

Gue dan 3 curut melanjutkan rencana kita hari ini. Ke rumahnya Elang, sekalian jenguk gitu. Tapi, kata 'jenguk' Cuma alasan. Biar diijinin masuk. kali aja bonyoknya galak. Kata si Vall, si Elang nggak masuk. sakit. Dan itu bikin Vall cs. semakin curiga. Padahal Elang baik gitu dibilang brengsek bajingan. Zero dan Ashara yang jahat dibilang biasa aja. Heran gue.

Serah mereka lah. Dan kita disini mau buktiin kalo Elang nggak salah.

Kita berhenti di rumah bergaya jepang. Gue dapet alamat nih rumah dari (lagi-lagi) Vall. Akhir-akhir ini, kita lumayan deket. Kita tukeran info. Dibalik tampangnya yang tertutup, ternyata dia asik juga. Kadang cerewet, kadang ngelamun. Kadang diem, kadang nggak bisa diem.

BTT. Blok J nomer 13. Julius menekan bel rumah. Di atasnya ada tulisan [Shirou]. Rumah keluarga Shirou. Njir, perasaan gue nggak enak. Gue ngerasa pernah liat tulisan nama 'Shirou' disekolah. Tapi, gue lupa.

Setelah sekian lama, ada ibu-ibu yang bukain pintu gerbang. Kami masuk dan duduk di ruang tamu. Bagus juga nih rumah. Gaya tradisional Indonesia di hiasi dengan furniture dan taman model jepang.

Ibu-ibu tadi naruh minuman di meja dan 4 cake. Njir, ngiler gue. Berhubung ini jam 3 dan gue belum makan, gue langsung ngambil tuh kue dan memasukkannya ke dalam perut. Beristirahatlah disana, cake.

Lagi enak enaknya makan, ada tante cantik duduk di sofa depan kami. "Temennya Elang ya?" Oh, nyokapnya toh. Kirain..

"Iya, tan. Elangnya ada?" Julius angkat bicara.

Gue ngelirik Si Yayang. Njir, dia lagi konsen baca pikirannya nyokapnya Elang. Keliatan banget dari posisinya. Duduknya lebih tegak, matanya fokus ke matanya nyokapnya Elang. Belum apa-apa udah baca pikiran orang tuh anak.

"Oh, ada. Elang masih di kamarnya, sebentar ya..." katanya. "Bik, tolong panggilin Elang. Ada temennya. Tante pergi dulu ya." Lanjutnya lalu pergi ke keluar. Nggak lama ada suara mobil pergi.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang