XVI - Second Mission {Surprise in Secret Room} -

778 54 0
                                    

Kazuto Shirou

Disinilah gue. Dirumah Vall, duduk melingkar di gerdu taman dengan berbagai cemilan ditengah. Gue yakin kalo Vall nggak rela cemilannya dihabiskan. "Hasilnya..itu beneran."

Semua menatap horror ke gue. "Gue...nggak tau mau komentar apa." Sahut Zio.

"Gue juga." Sahut Vall-Zevan bersamaan. Mereka saling menatap, menatap bête maksudnya.

"Gue juga. Tapi, jaga-jaga aja. Jauhi dia."

"Vall, lo nggak boleh nguntit dia. Gue tau informasi ini bikin lo semakin kepo. Ya kan?" tanya Zio. Vall menatapnya bête.

"Kasih tau yang lain?" tanya Zevan. Kami mengangguk.

"Nggak akan semudah itu. Lo pada tau sendiri kalo Ryo-Julio-Julius mulai akrab sama dia" sahut Vall.

"Yeah, mereka akrab banget dikantin" lanjut Zevan.

"Coba aja. Nggak ada salahnya kan?"

Jadi itu rencana kami besok. Njir, gue heran, kenapa dia cari masalah lagi. Apa ngebunuh Tante Rin belum cukup? Sialan. Tangan gue gatel pengen ngebukin dia. Beraninya dia menganmbil semuanya dari gue.

Semua dari gue. Jangan-janga...Nggak, nggak mungkin Nisha juga diincar.

Gue langsung menelfon Chiza, menyuruhnya ngejagain Nisha. 'Yee,,nggak usah dibilangin gue juga bakalan jagain dia kali! Gue nggak mau kejadian itu keulang lagi. Betewe, kami selain lo pada ditambah Ken, dapet 'kesamaan' baru. Tas mereka sama-sama ditinggal dan HP yang nggak bisa dilacak. Antara HP mereka diancurin atau..'

"Mereka dibawa ke tempat nggak bersinyal" lanjut gue.

'Yep. Rencana besok, awasi Oscar, Vero, Febrio, Marco. Kemungkinan besar mereka korban selanjutnya. Bye. Oh, ya, kumpul di markas, jam 10.' Telfon terputus.

Gue ngasih tau apa yang Chiza kasih tau ke gue. Gue Cuma kasih tau sedikit. Yeah, karena mereka nguping. Dari awal sampe akhir. Dikira gue nggak tau apa? Tipe orang kepo macem Zio-Vall-Zevan nggak mungkin nggak nguping pembicaraan gue. Ditelfon maupun 4 mata. Gue udah hafal tabiat mereka. kadang gue sebel juga.

**************

Pagi-pagi buta, gue bangun. Dan gue nggak bisa tidur lagi. Jadi, gue putuskan mandi dan menyantroni kamar Zio. Gue pengen ganggu tidurnya. Haha.

Gue keluar rumah dengan kaos lengan pendek dan celana jeans selutut. Gue menaiki motor gue dan langsung menuju rumah Zio.

Seperti biasanya, gue langsung memarkirkan motor gue digarasi, disebelah motor pemilik rumah. Mobilnya nggak ada, berarti tante Ana yang gawol udah berangkat kerja. Bakalan sepi nih rumah.

Gue mengetuk pintu empat kali lalu terdengar suara langkah kaki. Eh, salah, suara orang kejar-kejaran. Udah pasti Xouza dan Feranda kejar-kejaran. Setelah sekian lama, pintu pun terbuka. Akhirnya, ya Tuhan.

"Eh, kak Kazu. Masuk aja kak" kata Xouza lalu masuk kedalam kearah dapur.

Gue langsung masuk, menaiki tangga lantai dua, dan nyelonong memasuki kamar Zio. Dan, yeah, pemandangan biasa. Buku berserakan, laptop dan HP dikolong meja, dan baju kotor bertebaran dimana-mana. Njir, keliatan kalau kamar ini nggak dibersihkan dari terakhir gue kesini.

Dan kesan gue tiap kali masuk kamar nih orang adalah 'Zio jorok banget'.

Sialnya, pemilik kamar sedang tidur nyenyak dengan sebagian tubuh (kaki) diatas sebagian lagi (kepala) dibawah. Tebakan gue bener kalo tadi malem dia insomnia. Hahaha. Gue langsung memfoto Zio. Udah banyak foto aibnya di HP gue. Dan gue yakin di HPnya ada foto aib gue.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang