XXV - Second Mission {Good Bye} -

746 57 3
                                    

Warning! Untuk yang nggak kuat sama adegan sadis dan anak dibawah umur 13, author saranin lewatin aja, oke?

Thanks and happy read ^^

**************

NoName: Udah lewat tengah malam. Waktunya sudah habis. Kami sudah nggak sabar.

Ja, kalian sudah tau apa yang akan terjadi sama Aprilia Vallery kan?

Say good bye to Aprilia Vallery! Hahaha!

-Red-

Aprilia Vallery

Nggak perlu kujelaskan lagi apa yang kurasakan. Intinya, lebih parah dari terakhir kali aku jelaskan.

Perutku mual dan perih, seakan isinya berebut untuk keluar. Padahal juga nggak ada isinya.

Kepalaku pusing.

Aku ingin menangis, tapi air mataku udah kering.

Aku ingin nutup mata, tapi nggak bisa.

Semua itu bercampur jadi satu sampai aku mulai terbiasa.

Kan kampret.

Aku terduduk lemas, menonton pertunjukan mengerikan buatan mereka.

Yah, pertunjukan yang mengerikan banget. Nggak heran kalo reaksiku kayak gini kan?

Secara nggak langsung, mereka juga menyiksaku. Kalo Zero siksaan fisik, aku siksaan batin.

Bayangkan kalo kalian ngeliat orang dibantai dengan kejam dan nggak berperikemanusiaan didepan mata? Histeris, histeris lo.

Aku sih Cuma nangis. Iya, nangis. Sampe mata kering. Juga sambil teriak. Tapi nggak banter banget. masih banteran teriakannya Zero. Ngeliat dia kayak gitu aja udah bikin aku ngerasain sakitnya. Ugh, aku nggak bisa bayangin kalo aku jadi dia.

Pingsan duluan paling.

Pertunjukan didepan mataku lebih mengerikan dari pada adegan pembantaian di film horror-thriller yang biasa aku dan Zevan tonton malem-malem. Lebih serem dari adegan pembantaian di novel-novel.

Kalau lihat langsung, feelnya lebih terasa. Sangat menjijikkan dan (seperti yang aku tadi bilang) kayak ngerasain sakitnya juga.

Ngeliat ini bikin aku takut. Dan ini pertama kalinya aku takut segininya. Sekalinya takut, ya..Cuma kalo aku hampir kehilangan kendali emosi.

Baru pertama kali aku takut karena hal lain.

Anggap aku sombong atau apalah. Tapi mau gimana lagi, emang itu kenyataannya.

ZRASSH..(Suer, author nggak tau suara darah muncrat. Kalo pake 'crot' kan ga lucu.)

ARRGGHH..

BUGH..

PRANG...

JLEP...

SRET...

Suara teriakan, pukulan, tendangan, sayatan, sampai pecahan kaca memenuhi ruangan—gudang ini. Sudah bisa bayangin apa yang aku liat nggak? Belum?

Zero—yang betewe, udah shirtless—didudukkan dikursi kayu yang senderannya sengaja dipotong. Kedua tangan dan kakinya diikat. Dia terus meronta, berusaha melepaskan ikatannya.

Aku? aku duduk disofa dengan kedua tangan diikat kebelakang dan kaki yang juga diikat. Jangan lupa, ngiketnya pake senar dan mereka ngiket aku pas di pergelangan tanganku yang luka. Mana ngiketnya kenceng banget.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang