X - Problem {Black Aura} -

1.1K 63 0
                                    

Aprilia Vallery

1 jam pelajaran sebelum istirahat, kugunakan bercerita ria dengan Clarisa-Chan. Eh, Zevan juga ikutan sih. Ya, dia dateng jam 8. Untung gurunya Clarisa-chan, kalau Bu Killer? Dia udah mati duluan kali. Iya mati, mati digorok Bu Killer.

Istirahat berbunyi, semuanya langsung berhamburan keluar kelas. Eh, ngga semuanya sih, hanya Dareen dan Ken (Ketua dan Wakil) yang membantu Clarisa-chan, dan Julio, Ryo, Julius yang kekantin 2 (di lantai teratas gedung kelas).

"Misi!" Sialan tuh cewek. Dateng-dateng pake bentak segala. Emangnya ini kelas emaknya? "Ada yang namanya Viena!?"

"Na, na, dipanggil tuh" kata Nisha membangunkan Viena yang tidur.

"What? Siapa?" tanya Viena sambil mengucek matanya.

"Nggak tau. Samperin aja. Kali aja penting" sahut Chiza yang sibuk dengan HPnya.

Viena melangkah kepintu kelas. Dia memiringkan kepalanya "Siapa ya?"

Plak..

Satu tamparan mendarat dengan mulusnya di pipi mulus Viena. Aku melangkah mendekat. Bukan hanya aku, tapi yang lain juga.

"APA-APAAN SIH LO? HAH?" Teriak Viena sambil menarik dasi penampar.

Salah satu temannya bersiap menendang Viena. Dengan cepat aku menangkap kakinya dan menariknya. Alhasil dia jatuh duduk. Chiza menampar orang yang menampar Viena tadi.

"Heh! Kalian nggak tau diri ya! Gue anak pemilik sekolah ini! Murid buangan macam kalian bukan apa-apa. Dan, Viena, kalau lo berani deketin Rhaska lagi, say good bye." Dan cewek yang ngomong tadi melayangkan tamparan ke pipi Viena. Tapi segera ditahan oleh Shera.

Aku menatap tajam ketiga cewek itu. Tangan Viena yang tadinya menarik dasi cewek didepannya-segera beralih menarik dasi cewek yang ngomong tadi.

"Heh, denger ya, bukan gue yang deketin si Raska-Raska, but, dia yang ngedeketin gue dengan alasan bikin lo cemburu and mutusin dia. Dengan begitu dia bisa bebas" Viena melepaskan tarikannya. "Gue udah bilang semuanya. And satu lagi, jangan cari perkara dengan kami yang kata elo pada, murid buangan okay? Karena kalian memilih musuh yang salah."

Mereka memberi tatapan sinis pada kami lalu pergi dengan tenang. "Thanks guys, udah bantuin gue. "

"Ya, inilah gunanya sahabat" sahut Nisha.

"Sori ya Viena, aku nggak bisa bantu tadi" kata Nisha.

"Nggak apa kok."

Aku, Zio, Kazu, Zevan, Shera memilih ngantin karena perut kami sudah ngga tahan lagi. Dan yang lain? Memilih ngegosip di kelas. Biasa, tukang gosip.

Takut? Pasti lah. Aura-aura keparat ini ngeganggu banget. bikin aku dan si Zevan ngga bias tenang. Tapi mau gimana lagi, perut kami terus memberontak.

Rasa takutku ngga separah tadi. Bias dikatakan aku sudah agak sedikit terbiasa. Tapi yah, kalian tau lah, kalau jadi aku. Coba bayangkan, disaat kamu pengen rileks tapi ngga bias karena ada sesuatu (aura) yang berbahaya disekitarmu dan kamu pengen pake banget mencari sumbernya lalu menghajar si biang kerok sampai auranya ngga memancar lagi. Tapi kamu ngga bias karena terlalu takut.

Setres? Pasti. Kampret banget kan?

Nasibku kurang baik hari ini. Zevan juga. Eh, si Zevan mah tiap hari nasibnya kurang baik. Buruk malah.

Kami suit yang kalah beli makan. Dan yang kalah Zio dan Kazu. Heran kenapa mereka selalu bersama gitu. Padahal aku pengen berdu...

Hah!? Aku ngomong apa barusan!? Ngga..ngga. Huh, pikiranku ngelantur kemana-mana. Pasti karena aura-aura keparat ini.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang