VII - Kazuto Shirou -

1.2K 72 0
                                    

Gue masuk kerumah tanpa salam lalu masuk kekamar. Yeah, gue tau kalo gue anak kuarang ajar. Tapi, siapa juga yang mau jawab salam gue, secara gue anak 'transparan'? Kampret emang. Tapi asik juga. Itu artinya gue punya kebebasan 24 jam.

Kamar gue ada di paling belakang rumah ini dengan beranda menghadap ke beranda kamarnya Zio dan menghadap ke jalan blog belakang. Kalau si Karen ngga ada dikamar, berarti dia kerja. Dan itu artinya gue harus nebeng makan dirumah sebelah. Mengenaskan ya? Emang. dan jangan sekali-kali ngasihani gue atau gue hajar. Ada yang tanya kemana BoNyok gue? Kalau nggak ada ya udah. Sekian maturnuwun, terima kasih.

Nyokap gue nganggep gue transparan sejak pada jaman dahulu kala. Dimana gue masih culun-culunnya, ya, walaupun si Zio bilang sekarang gue masih culun. Padahal cogan kece gaol gini lho. Plak, back to topic.

Berawal dari kasus pembunuhan dengan korbannya tante gue yang kecenya tak terhingga, alm. Rin, yang berjarak 3 tahun denganku. Dan pelakunya, siapa lagi kalau bukan si psikopat itu? Bukannya gue nuduh tanpa sebab, gue melihat pembunuhan itu dari awal sampai akhir dengan mata kepala sendiri dan memvideokan. Videonya masih ada sampai sekarang kalau mau liat, sediakan kantong muntah sebanyak mungkin dan dijamin kalian pasti nggak bisa tidur 1 bulan kedepan.

Gue melihat cara membunuhnya yang sadis. Dia menyayat-nyayat dengan ganas pake pisau dapur. Anggota tubuhnya dipotong-ptotong jadi beberapa bagian. Dan kepalanya terputus dari leher.

Gue nyesel banget. kenapa gue dulu pengecut, lemah, penakut banget dan nggak bisa nyelametin alm. tante Rin.

Dan setelah melakukan semua itu, si psikopat meminum darahnya. si Karen juga hampir jadi targetnya, ya, karena dia juga ngelihat. Untung gue bikin pinsan tu si psikopat. Mengingat itu, gue pengen bunuh sekarang juga si psikopat itu. Sialnya, dia ada di Jepang sana sama bokap.

Dan sialnya lagi, BoNyok gue nggak percaya sama gue dan malah ngganggep gue dan si Karen 'transparan'. Kadang gue mikir, gue dan si Karen anak kandung atau angkat. BoNyok gue malah belain si psikopat. Kenapa? Karena BoNyok gue ngangkat dia jadi anak kesayangan dan yakin kalau si psikopat anak teladan.

Kadang perasaan benci itu melayang-layang dipikiran gue bak burung terbang bebas waktu gue bengong. Dulu mah gue takut banget sampe nggak bisa tidur 1 bulan. Sekarang mah gue udah move on. Tapi gue tetep inget sama alm. Tante Rin dan semua keusilannya yang dilimpahkan ke gue dibantu si Karen.

Yang masih gue pertanyakan sampai sekarang, gimana cara dia menyingkirkan mayatnya dan membersihkan TKP tanpa ada bukti yang tertinggal? Beneran, gue nggak bohong. TKP tersebut bersih kinclong tanpa ada noda darah sedikitpun. Polisi yang gue, Zio, dan si Karen panggil aja nggak bisa nemuin bukti-bukti terjadinya pembunuhan. Yeah, gue memanggil polisi setelahnya dibantu Zio. Gue nggak sebodoh itu membiarkan si psikopat gila berkeliaran dirumahku. Jadi, satu-satunya bukti adalah rekaman yang gue rekam. Sialnya, para polisi melepas kasus ini beberapa bulan setelahnya.

Kampret sekampret kampretnya si psikopat itu!!

Oke, cukup flashbacknya dan gue mau ganti baju dulu.

Setelah ganti baju, gue naik kepagar pembatas beranda lalu melompat keberanda kamar Zio tanpa suara bak maling prefesioal. Nggak cocok banget sama penampilan gue yang katanya alim. Alim-alim menyesatkan, gitu kata si Zio.

Gue langsung turun keruang makan, menyapa tante Ana, lalu duduk disebelah Zio yang ternyata udah pulang. Zio menyemburkan minumannya sampai kena tanganku. "Sialan lo Zi. Liat tangan gue sampe kotor gini!" Tapi, si sialan Zio tidak meperdulikan dan tetap memelototi Hpnya.

"Kaz, lo tau siapa dia? Itu lho yang disebelahnya Vall" tanyanya. Gue hanya mengangkat bahu. "Yee...gue serius!" gue memperhatikan layar Hp yang memunculkan foto yang dikirim Shera. Vall duduk berdua dengan cowok entah siapa. Cowok itu merangkul Vall dan Vall memandangnya jijik.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang