IX - The First Day {New Teacher, My Best Friends} -

1K 69 0
                                    

Aprilia Vallery

Senin ini aku udah boleh sekolah, ralat, disuruh sekolah. Sebenernya aku masih pengen males-malesan dirumah.

Aneh, kemarin aku pengen ke sekolah tapi ngga boleh. Sekarang pengen dirumah malah disuruh sekolah.

Huh, terserah deh. Gue ngga peduli.

Aku menemani Zevan ke ruang Kepsek. Sungguh, tuh anak kayak anak kecil aja, ke ruang kepsek mintan temenin padahal udah bolak-balik ruang BK.

Yaa, masih ingat kan kalau aku bilang dia badboy? Tawuran, berantem, bolos, ngusilin guru, cari perkara, gonta-ganti pacar sudah biasa baginya. Kalau bolos, berantem, aku juga sih. Tapi aku belum terlibat tawuran.

Lha, Zevan? Sering banget ngelakuin semua itu sampe ngga naik kelas 1 kali dan D.O 2 kali. Dia emang pinter, tapi kelakuannya itu lho...ngerti kan? Ngga? Yaudah.

Oke, BTT (Back To Topic).

Aku mengantar Zevan ke ruang Kepsek. Dan selama bicara dengan kepsek, Zevan cukup sopan. Tumben banget ya? Aku aja heran.

Seperti yang sudah dijelaskan, Zevan masuk kelas 8K. Soal seluk-beluk 8K sudah kujelaskan kemarin. Tapi, dia ngga ngerti-ngerti dan baru ngerti 5 abad kemudian (5 jam). Pinter-pinter-lola-p'ak lagi. Sampe pegel nih mulut.

Aku masuk kekelas. "Pagi semuaaa!!!" teriakku. Semua langsung memandangku.

1 detik, hening.

2 detik, semua taget. Barengan lagi. Lucu ngeliatnya.

3 detik..."VAAAALLLLL!!!" Aku menutup telingaku.

"Vall, lo nggak bilang kalo masuk sekarang!?"

"Vall!! Sudah sembuh!?"

"Cepet banget Vall."

"Gue kangen Vaallll!! Mana nggak boleh kerumah lo lagi sama BoNyok lo!" Kalau yang ini, sudah dipastikan Zio yang ngomong.

"Hahaha...gue udah sembuh doong! Betewe, ada anak baru nih" aku menoleh ke Zevan. Dia langsung perkenalan. Semua pandangan beralih pada Zevan dan aku menggunakan kesempatan ini untuk duduk.

Ya, aku bohong kalau lukaku sembuh. Masa luka segitu banyaknya sembuh dalam waktu singkat? Berapa sudah sembuh tapi ada yang belum sama sekali.

Karena kejadian itu aku sadar akan 2 hal. Satu, ternyata jiwa berantem sudah melekat padaku. Dua, ternyata aku kuat juga. Bwahaha.

"Oh ya Vall, gue lupa bilang. Tapi ngga apa sih, anggep surprise" kata teman sebangkuku, Zio.

"Kelamaan lo. Apa?" aku berdiri, mau mengembalikan novel ke Nisha yang sempat aku pinjam.

"Hari ini mulai UTS. Jadwalnya emteka sama pepeka'en." Novel ditanganku jatuh. Aku melongo memandang Zio.

"Dan kalian ngga bilang!? Astagaaaaa!! Mending gue ngga masuk tadi!" teriakku taget.

"Hah!? Vall lo kok nggak bilang!? Pokoknya kalo nilai gue jelek, lo tanggung jawab!" bisik Zevan ditelingaku.

"Enak aja! Gue aja ngga tau!" Aku memang sudah mempelajari pelajaran SMP waktu aku belajar bisnis di Jepang 3 tahun lalu (ceritanya panjang, males nyeritain). Tapi tetep aja aku harus belajar lagi kan?

"Oh, ya Vall. Kami bikin permainan, yang nilainya paling rendah, traktir sekelas" Kata Ryo.

"Dan Semuanya harus ikut walaupun belum belajar. Termasuk elo dan Zevan" kata Dareen.

"Huh, sialan kalian!" gerutuku, mengembalikan novelnya Nisha, dan kembali ketempat.

Bel pun berbunyi dan aku belum sempat membuka buku sama sekali.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang