XXI - Second Mission {Last Victim} -

751 54 4
                                    

Aprilia Vallery

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh kolam renang. Secara nggak sengaja, pandanganku menangkap sebuah kertas yang agak kotor. Emang kotor sih, nggak pake 'agak'. Mungkin karena kena tanah yang becek. Dan karena rasa kepoku yang berlebihan, aku penasaran sama isinya.

Isisnya sanggup membuatku memelototkan mataku. Azek..temuan bagus! Bhuahahaha...! Kalian tahu, sifat kepo itu bagus banget. bodo amat sama kata orang.

Lupakan soal kembali kemarkas, aku mau mendekam disini untuk sementara. Yah, sekali-kali kugunakan otak jeniusku untuk berfikir. Oke, aku kelewat narsis.

Yah, seperti yang kalian tahu, aku nggak suka jika ada orang lain didekatku saat aku berfikir serius. Jadi aku memutuskan berdiri dipinggir kolam renang, memandangi selembar kertas yang kutemukan. Isinya...

[Buat spa aj yg nemuin ini. gelap, jorok, dingin, lembab. Banyak darah dimna-mna. Gw gak tau ini dimna. Jgn hbsin waktu klian buat nyari kmi. Krna, bntar lgi, kmi mati. Tlong jgain tmn-tmn gw yg trsisa!]

Tulisannya cakar ayam. Keliatan banget kalo dia nulis dengan terburu-buru. Aku salut sama siapa aja yang nulis ini. Ditengah ketakutan, masih sempet-sempetnya nulis ini.

Bentar, kalo dia nulis 'tolong jgain tmn-tmn gw yg trsisa', berarti dia nulis ini udah lama. Maksudnya, dari kemaren-kemaren.

Sial! Aku jadi kesel sendiri! Kenapa aku baru nemuin ini sekarang coba!? Pantes aja kertas ini kotor banget.

Aku memfoto kertas tadi lalu memasukkannya ke dalam kantong jaket. Tulisan dikertas itu menari-nari dikepalaku. Apalagi tulisan 'Banyak darah dimna-mna' dan 'bntar lgi, kmi mati'. Instingku bilang, mereka mati. Dibunuh. Dan itu udah pasti. Cih, dasar psikopat bajingan keparat!!! Kapan-kapan biar mereka yang kumutilasi.

Soal tempat, dikertas itu ada cirri-cirinya. 'Gelap, jorok, dingin, lembab.' Dikota ini banyak tempat seperti itu dan nggak mungkin diperiksa satu-satu. Cih, sia....

Tap! "Woy! Nglamun aja!!"

AAA...

Byuurrr...

Dug..kepalaku membentur sesuatu yang keras didasar kolam renang. kayaknya batangan besi gitu. Lagian, siapa sih yang naruh benda kayak gitu disini!?

Aww....aku meringis didalam air. Aku nggak bisa nafas. Air udah memasuki hidungku karena tadi aku sempat bernafas. Bukan menghirup udara, tapi air. Aku berusaha berenang kepermukaan.

Uhuk..uhuk..."RYO!! SIALAN LO!! GUE BISA MATI, NYET!!" teriakku setelah aku berhasil kepermukaan. Njir, kepalaku sakit, abis nyium lantai. Eh, besi deng. Mana hidungku rasanya aneh gegara kemasukan air.

Eh, bentar. HEPI GIMANA!!? Ada dikantongku!! Aku langsung naik dan mengrogoh isi kantongku. Kertasnya udah lembek, tulisannya udah nggak kebaca. Arrgghh..bukan itu yang penting. Tapi Hepi!!

Aku berhasil menemukan Hepi. Aku langsung menyalakannya dan....untungnya nggak kenapa-napa. Malangnya nasibmu, Hep.

Aku menatap bête oknum yang mengagetkanku sampe aku jatoh dan tenggelem. Siapa lagi kalo bukan Ryo? Makhuluk usil selain Zio. "Sialan lo!" dengusku. Dia hanya nyengir.

"Hahaha...sori. Lo sih, Nisha balik, lo malah ngilang! Zio sampe nyari kayak orang kesetanan tuh!" Lha, kok bisa nyambung ke Zio? "Betewe, gue baru tau kalo rambut lo ada birunya. Rambut lo bagus gitu sayang kalo ditutupin tudung jaket mulu!"

Aku mendengus. "Semerdeka lo, lah. Gue mau kekelas dulu. Ngambil baju di tas dan ganti baju. Lo ke markas dulu gih" kataku lalu berjalan menjauhi.

"Enak aja! Gue bisa digoreng Zio jadi manusia goreng tepung!" teriaknya lalu menyusulku. Bisa-bisanya dia mencoba ngelawak disaat seperti ini! "Betewe, tas lo udah di markas. Dan, lo nggak mungkin kekelas kan? Ngelewati kantin lho. Yakin?" Katanya sambil menaik-turunkan alisnya.

The Guardian SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang