"Jimin-ah.." gumamku seraya menutup buku majalah lalu membaringkan tubuhku menghadap ke arahnya."Waeyo?" sahutnya sambil tetap fokus memainkan game di gadget-nya itu.
Aku terdiam seketika. Entah kenapa aku rindu sekali pada Hye Bi, yeoja itu pasti sudah mencari-cari di mana Eomma dan Appa-nya.
"Tak terasa ya, HyeBi sudah besar." ucapku sambil merebahkan kepalaku di perut Jimin.
"Kau berjanjikan, akan mengajak HyeBi liburan bersama? Pasti dia sedih karena merindukan Eomma dan Appa-nya yang sibuk." rayuku padanya sambil sedikit memajukan bibirku.
"Ya, aku berjanji, sayang. Ku akui semenjak kita bertengkar hebat, aku belum pernah menyentuh HyeBi. Ayah macam apa aku ini," ucap Jimin seraya mengelus-elus rambut dan wajahku.
Aku menghela nafas pelan, "Jika ku ceritakan padanya betapa hebatnya kau, mungkin dia tidak akan percaya. Butuh berribu-ribu lembaran kertas jika aku menceritakan semua tentangmu," ucapku dengan tenang.
Jimin menaruh ponselnya dan mulai mengelus-elus rambutku yang berhamburan di perutnya.
Terkadang aku berfikir, mengapa dahulu kami selalu memilih berpisah untuk menjadi jalan keluar dari setiap permasalahan kami? Hingga aku lupa, aku sudah memikiki buah hati yang kurang kasih sayang dariku dan Jimin.
Lalu, aku pun kembali berfikir, mengapa aku bisa menikah dengan lelaki yang menjadi sorotan dunia? Dia salah satu member dari boyband ternama, dan dengan mudahnya aku meluluhkan hatinya.
Dan aku pernah berfikir untuk menjadikan Jeon Jungkook sebagai pengganti dari seorang Park Jimin-yang notabene nya dia adalah suamiku. Dengan mudahnya aku melupakan Jimin dan mencari lelaki baru untuk menggantikannya.
Mengapa aku sebodoh itu?
Apakah aku buta? Atau aku tuli?
Sehingga aku tak bisa melihat sisi terbaik dari seorang lelaki yang telah menjadi milikku ini? Dan hingga aku tak pernah mendengar perkataan suamiku? Juga aku selalu menghiraukan perkataan sahabat-sahabatku, di mana mereka memberikan jalan terbaik untukku. Tetapi aku tak pernah merespon bahkan aku tak pernah menyadarinya.
"Jimin-ah.. Kau berjanjikan untuk mempertahankan keluarga kecil ini?" gumamku pelan sambil memainkan tali yang menggantung di hoodie-nya.
Jimin terlihat menelan salivanya perlahan, "Aku tak perlu mengatakan jawaban dari pertanyaanmu itukan, Kyle-ah?" jawabnya santai disertai senyum simpulnya.
Seketika aku bangkit dari perut Jimin dan memasang wajah murung, "Eoh? Apa maksudmu? Kau senang ya, jika aku selalu meragukanmu?!" tukasku ketus seraya melipatkan kedua lenganku di dada.
Jimin menolehkan kepalaku hingga menghadap ke wajahnya, and it is so close..
"Yang aku tahu, kau tidak pernah mempedulikan perkataanku. Kau memilih untuk melihat perbuatanku, apa aku salah?" ucapnya sambil menyelipkan rambutku ke telingaku dengan jari indahnya.
Aku terdiam. Entahlah. Mengapa bisa aku melupakan hal itu?
"Kau harus yakin padaku, Kyle-ah, harus! Aku yang mati-matian mencoba untuk mencintaimu, karena inilah caraku untuk membuatmu percaya." ucap Jimin lagi, kini ujung matanya basah seperti ada butiran kristal yang ingin keluar.
Ia menangis, begitupun denganku yang ikut menangis. Bahkan, aku sendiri tak percaya jika ini bukan sebuah mimpi. Mimpi di mana aku bisa mendapatkan seorang suami yang sangat mencintaiku, yang aku kira dia akan sibuk dengan semua jadwal manggungnya tetapi.. Semua ini di luar kendali dan akal sehatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage Jimin - pjm
FanfictionAnnyeong! This is fanfiction Park Jimin from Bangtan Boys a.k.a BTS Must read this fanfiction! Don't forget to comment and vote, please Cast : - Park Jimin as Jimin - Kyle Hwan as Kyle Hwan - Kim Dong Hwan as Kyle's Mom - Park Hyeun-sik as Jimin's...