Lelahnya menyelusuri jalanan di kota Seoul ini, hanya beberapa meter saja bisa terasa seperti beberapa kilometer jika keadaan macet seperti ini. Huh. Pas sekali, Jimin datang bersamaan denganku. Tetapi, mengapa ia bersama Jungkook? Aku makin tak mengerti.
Akupun turun dalam keadaan seadanya, ikatan rambutku sebagian terurai-urai sembarangan dan aku masih menggunakan mini dress yang benar-benar mini.Aku pun turun sambil memegang tas yang berisi baju ganti untuk Jimin. Dengan wajah polos beserta lelah, aku berjalan menuju pintu masuk tanpa melirik Jimin ataupun Jungkook yang parkir bersebelahan dengan mobilku.
Akupun membuka pintu, yap! Disambut dengan kondisi ruangan yang sepi. Akupun terus masuk mencari seseorang yang ada di ruangan latihan dan meeting room.
Aku dikagetkan oleh suara salah satu staff BTS yang berniat menyapaku dengan cara yang salah. Hey, ada apa denganmu? I-d-i-o-t yeah!
"Whoaa, Annyeong Kyle-ah. Dimana Jimin?" ucap staff laki-laki itu.
"Ah astaga! Kau ini. Oh iya, dimana PD-nim? Apa dia ada di sini? Aku hanya ingin bicara padanya, bisakah ia tidak mendadak untuk menghubungi kami? Saya selaku suami dari personil Bangtan Boys memprotes akan hal itu," ucapku panjang lebar dengan akhiran ngos-ngos-an. Bodohnya staff itu hanya terdiam dan menatap kuaneh.
Tiba-tiba saja Jimin masuk lalu ia menghampiriku dan mengecup keningku, ia merangkulku di depan staff bodoh itu diselingi dengan senyum aegyo-nya. Jungkook yang nampak kaget melihat hal itu, ia pun meminta izin untuk masuk dan berganti baju terlebih dahulu.
"Ah! Kau datang. Ayo bergegas, aku akan membantumu mengganti bajunya," ucapku seraya menarik tangan Jimin untuk masuk ke dalam ruang latihan.
.
.One! One! Two! Three! Yap! Hap! Power! Power! Hiya! Hiya!
Terdengar suara ricuhnya mereka berlatih dengan semangat. Peluh pun menetes tak terduga, tak terlihat lelah walaupun sebenarnya mereka lelah. Aku sangat salute dengan semangat bekerja mereka. Sesekali Jimin memberikan senyum aegyo-nya padaku.**
Hey! Yeobo! Bangun, ayo bangun. Aku akan mengantarmu pulang, aku menginap di dorm malam ini. Ayo, bangunlah.
Suara samar-samar yang mengejutkan membuat kuterbangun. Dan suara lembut itu adalah suara Jimin, tak terasa aku ketiduran ketika menyaksikan mereka berlatih.
"A-ah ne," ucapku dengan mata sedikit terbuka lalu Jimin mencoba menggendong kumenuju mobil. Diam-diam aku menilai dirinya, ia sangat perhatian padaku padahal sebelumnya aku hanya wanita cuek yang pada kenyataannya aku tak pernah mencoba untuk menaksir para lelaki.
**
Aku pun terbangun disambut oleh cahaya mentari yang menelusup masuk ke kamar kumelalui jendela. Embun pagi yang perlahan menghilang pun tak mengurangi kesejukan di pagi hari yang cerah ini.
Seoul sangat bersahabat!
Pagi ini cuaca sangat cerah, awan dan matahari bekerja sama untuk menyejukkan daerah ini.Aku melirik kanan dan kiri. Tak ada Jimin di sini, aku lupa ia menginap di dorm tadi malam. Menyebalkan. Aku pun mencoba bangkit dari kasur untuk membuka gorden yang letaknya tak jauh dari kasur. Namun, aku merasakan seperti berputar-berguncang-seperti gempa. Aku memegang kepala kudengan kedua tanganku, sakit pun terasa dari telinga hingga pusat kepala.
Kurasa seorang lelaki bertubuh tinggi dan erotis melihat kondisi kusaat ini karena seseorang dari kejauhan berlari menghampiriku. Ya, dia Jimin. Pria yang nampak khawatir itu segera melepaskan tanganku dari kepalaku. Ia merangkul dan membawa ku ke kasur.
"Aaaaah," ucapku merengek kesakitan.
"Kyle-ah apa yang kau rasakan? Sakit dibagian mana?" ucap Jimin dengan wajah cemasnya. Namun, aku pun tak menggubris omongan Jimin malah aku mendorong tubuh Jimin yang sedang jongkok di hadapanku. Dorongan kusangat kuat yang menyebabkan ia terpental begitu keras. Untungnya ia tak dalam masalah.
"Babe, ada apa denganmu?" ucap Jimin dengan bahasa inggris seadanya. Lelaki itu memang sering menggunakan bahasa inggris di hadapanku walaupun grammar nya banyak yang salah.
Aku menutup telingaku, dan aku menangis sejadi-jadinya. Ntahlah, aku terus menangis. Ada apa denganku sebenarnya, tetapi yang terus terpikirkan oleh ku adalah di saat sore itu tiba, seorang wanita menghampiri Jimin dan memeluknya. Mereka tampak akrab, hingga aku terlupakan.
"No! Go away from me. You betrayed me. You jerk! Kau mengkhianatiku. Aku sakit seperti ini karena kau!" teriakku meluapkan segala emosiku pada Jimin yang mungkin ia baru saja datang berniat menemuiku.
Jimin yang mendengarnya tepaku kaku dan terdiam dalam lamunannya seketika. Matanya merah berkaca-kaca. Apa yang salah dengan ucapanku? Mengapa ia terdiam?"Kyle-ah a-aaku menyayangimu! B-b-bbbagaimana bisa kau berkata k-kkasar padaku?" ucap Jimin dengan nada lembutnya
"K-kkyle-ah from the first I met you, I remain patient. I make you fall in love with me, and you know it is very difficult," ucap Jimin dengan nada yang semakin lama makin tinggi.
Aku terus menangis dan menutup telingaku, seketika aku memukuli kepalaku yang masih sangat sakit. Ntah ada apa di dalamnya kepalaku tambah sakit."No! Please, stop caring me. Aaaah! Go away! Please, aaaaaah huaa!" teriakku pada Jimin sambil berderai air mata dan kepalaku makin sakit, bahkan sangat sakit. Aku berteriak dan merintih kesakitan, aku yang tadi duduk di pinggir kasur sekarang terjatuh kaku.
Jimin yang melihat hal itupun mencoba menghampiriku dengan perlahan. Tetapi aku terus mencoba meberhentikan langkahnya.
Ini sulit. Sangat sulit. Ada apa dengan kusaat ini. Semua rasa sakit ini menumpuk, dari berbagai arah aku merasakan sebuah bola besar yang terbuat dari besi menghantam tubuhku dengan keras."No! Jimin-ah tolong menjauh," ucapku dengan nada pelan dan terus merintih kesakitan. Tanpa memikirkan suatu hal lain, Jimin pun dengan sekuat tenaga menggendong kulalu membawa ku ke rumah sakit. Dengan topangan yang sangat kuat padahal aku terus memberontak.
Sesekali aku memukuli tubuh Jimin dan memberontak. Namun, ia sangat kuat. Dan apa ini yang dinamakan cinta dan sayang pada seseorang? Apa yang aku katakan tadi pasti bisa melukai hatinya. Tetapi aku yang lebih tersakiti saat ini. Mana bisa Jimin bersenda gurau dengan wanita lain di saat pesta ulang tahunku.
"Jimin-ah, no! Please, go away, go away! Jimin-ah i hate you! Aaaaaah!" ucap kupada Jimin dengan racauan tak jelas tetapi tetap terdengar olehnya, diselingi dengan rintihan dari mulutku.
Jimin pun segera mengegaskan mobilnya menuju rumah sakit. Mengebut. Sangat mempercepat kecepatan mobilnya, apa ia khawatir padaku? Apa ia menyayangiku atau menyayangi wanita itu? Mana mungkin ia mencintaiku, takkan pernah mungkin karena ia telah menggoreskan luka di hatiku.
Hooopla! Yuhuuu, akhirnya author bisa nyempetin update niih. Gimana yaa kelanjutannya?
Btw, Kyle nya egois banget yeaa? Duh kasian tuh Jimin nya.
Ohiya, tolong dong aku mau kalian semua(para readers) kasih aku saran untuk jalan cerita berikutnya atau apapun dehyaa. Saran dan kritik kalian sangat membantu loh
Semakin banyak kritik positif/negatif makin banyak semangatku buat memperbaiki ff ini. Gada menggurui atau tidaknya ya, kalian bebas berpendapat dalam ff ku.
Makasih yaaaa yang udah mau baca, udah sampe berapa ribu reader aku syukur sekali. Semoga kalian gabosen^^ trs baca ff ini kelanjutannya smp mana yaaah.
Voting dan comment dong toloooongg ini sangat membantu karya tulisku^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage Jimin - pjm
FanfictionAnnyeong! This is fanfiction Park Jimin from Bangtan Boys a.k.a BTS Must read this fanfiction! Don't forget to comment and vote, please Cast : - Park Jimin as Jimin - Kyle Hwan as Kyle Hwan - Kim Dong Hwan as Kyle's Mom - Park Hyeun-sik as Jimin's...