"Ma, aku akan pergi besok pagi." Helen memeluk tubuh Ibu Dewi yang menyuruhnya untuk memanggilnya mama. Dan Helen langsung menyetujuinya karena itulah yang Helen cari selama ini. Kasih sayang yang tulus. Seorang yang melihat Helen apa adanya.
Dewi yang sedang menghitug jumlah penjualan telur ayam dengan kalkulator dan buku besarnya langsung menghentikan aktivitasnya setelah mendengar nada keraguan dalam suara Helen. Lima tahun tinggal berdua, membuat mereka saling mengenal satu sama lain meski mereka tidak memiliki ikatan darah. Mereka sudah memiliki ikatan batin yang kuat.
"Kenapa kamu ragu? Biasanya, kamu akan semangat bercerita tentang kasus-kasus yang kamu hadapi."
"Aku akan pergi ke kota asalku"
"Lalu?"
"Tempatnya berada sangat dekat dari rumah ku dulu."
Dewi menghela nafas. Ia tau saat seperti ini akan juga. Saat dimana Helen harus kembali ke tempat asalnya.
"Pergilah. Mama tahu kamu pergi untuk memberantas kejahatan" Dewi mengelus punggung tangan Helen. "Cepat atau lambat, siap atau tidak siap, kamu memang harus mengunjungi keluargamu."
Semenjak kematian suami dan dua anaknya dalam kecelakaan lima tahun yang lalu, Helen merupakan anugrah. Ia tahu bahwa Helen tidak memiliki tempat tinggal. Dan sejak awal Dewi bertemu denganya di rumah sakit, Dewi langsung menyukainya. Dan dengan senang hati ia meminta Helen untuk tinggal dengannya. Membantunya mengurus peternakan yang ditinggalkan mendiang suaminya. Agar Helen menemaninya hidupnya yang kini hanya tinggal sendiri.
Meski Dewi sedih karena Helen sering meninggalkannya, namun ia tetap mendukung penuh pilihan Helen. Sejak tiba di kota itu, hari saat kecelakaan. Dewi tahu bahwa Helen merupakan gadis polos yang sedang melarikan diri. Dewi juga tau bagaimana rasa tersisihkan Helen sebelum ia memutuskan untuk pergi dari kehidupan lamanya.
Keputusan Helen untuk menggeluti bidang pekerjaan ini dimulai dengan kedatangan adik sepupu Dewi yang merupakan kepala rahasia inteligen Negara dan merupakan seorang pengajar di sebuah sekolah inteligen yang letaknya memang tersembunyi dari kota namun tidak terlalu jauh dari peternakan Dewi.
Melihat kondisi fisik dan tubuh gesit Helen, Hengki, sepupu Dewi, langsung tertarik dan menawarkan Helen untuk mendaftarkan dirinya di sekolah inteligen tu. Dengan bantuannya, Helen berhasil masuk sekolah inteligen Negara.
Hengki bahkan bersedia menjadi walinya untuk menandatangi seluruh berkas persyaratan. Dengan identitas asli yang harus dirahasiakan, Helen tentu senang hati untuk mendaftar. Ia dapat melanjutkan pendidikannya tanpa takut akan terlacak oleh keluarganya.
Setelah lulus, Helen menjadi asisten Hengki hingga akhirnya ia di rekrut menjadi tim yang melacak jaringan gelap narkotika. Kemampuan Helen dalam menyamar juga sangat baik sehingga ia sering diturunkan untuk langsung bermain di lapangan.
Paginya, Dewi membantu Helen mengemas barang-barangnya.
Dentuman music rock menemani Helen yang sedang menyetir mobil dengan kecepatan tingkat dewa menyusuri jalan tol. Sesekali ia mengetukan jari-jari lentiknya dan turut menyanyikan lagu-lagu tersebut.
Keberangkatannya dibekali oleh Dewi segelas susu sapi segar yang langsung di beli dari salah satu peternakan susu dikampungnya dan roti isi tuna pedas.
Helen terus asyik menghentakan kakinya dan jarinya memukul stir sambil menyenandungkan lirik lagu rock itu. Ia teringat percakapan dangan Dewi pagi ini.
"Cepat atau lambat, kamu harus segera kembali. Mama yakin orang tua bahkan saudara kembarmu itu sangat merindukanmu. Mungkin dari kasus ini Tuhan ingin mengetuk hatimu agar tergerak dan terbuka kembali saat kamu kembali menyusuri jalan yang selalu kamu lewati menuju rumahmu."
Helen hanya diam. Ia merindukan keluarganya. Namun, ia belum siap. Ia belum siap jika ia kembali, keluarganya akan kembali menolaknya.
Rumah Keluarga Helen berada di dekat perumahan dinas anggota pertahanan dan keamanan Negara. Hanya berbeda kompleks. Dan sangat dekat dengan tempat tinggal Helen selama beberapa minggu ini.
Kali ini, Helen menginap disalah satu rumah kecil yang disediakan oleh Negara untuk orang-orang seperti Helen. Jika Helen menginap dihotel, tentu akan membahayakan Helen. Karena akan membongkar identitas. Selain itu, bisa menjadi target black market bagi para terdakwa.
Untuk mencapai tempat menginapnya hari ini, Helen harus melewati jalan perumahannya dulu. Jalan yang sejak kecil selalu dilewatinya.
Helen sudah hapal pada jalan ini. lima tahun tidak banyak mengubah kondisinya.
Ketika sampai di depan kompleks perumahannya, ia memberhentikan mobilnya secara mendadak di depan jalan masuk menuju rumahnya. Bahkan tubuhnya ikut terdorong kedepan seiring dengan mobil berhenti
Rumahnya berada tepat di ujung jalan ini. Helen mengamati jalan itu dan jatuhlah setetes air mata. Ia teringat oleh banyak memori. Ia mengingat bagaimana dulu ia dan Lena berjalan melalui jalan itu sepulang sekolah sambil bercanda gurau.
Mungkin sekarang Lena sudah menjadi gadis cantik dan anggun dengan profesi idaman semua orang.
Mendadak Helen mengingat Jeri. Cowo yang ia taksir sejak umur 10 tahun. Bagaimana kabarnya? Bagaimana keadaanya? Pasti dia sudah sangat tampan sekarang. Pasti banyak wanita yang mengejarnya. Apakah Jeri malah berhubungan dengan Lena? Berpikir seperti itu malah membuat hati Helen berdarah. Banyak kemungkinan yang terjadi dalam 5 tahun.
Dahulu, Helen mengira Jeri adalah satu-satunya yang tersisa dan masih peduli terhadapnya. Yang masih peduli tanpa embel-embel bahwa ia adalah kembaran Lena.
Saat orang tua Helen sangat membanggakan Lena dan semua teman-teman sekolahnya menyanjung Lena, hanya Jeri yang menjadi teman sekaligus sahabatnya. Hanya Jeri yang menjadi tempatnya bersandar. Namun semua sama saja. Tetapi, Jeripun menyukai Lena. Ia membela Lena dan membuat hati Helen semakin tertusuk.
Tanpa disadarinya, Helen memundurkan mobilnya dan berbelok memasuki jalan yang menuju rumahnya. Ketika ia berbelok, ia dapat melihat bangunan rumahnya. Bangunan tingkat dua bercat kuning cerah yang dipadu dengan warna coklat kayu.
Dulu, rumah ini berwarna krem pastel. Rumah ini sekarang tampak lebih hidup dibandingkan dulu sebelum Helen pergi.
Nafas Helen menggebu dan cengkramannya pada setir mobil membuat ruas-ruas jarinya memutih.
Helen menghentikan mobilnya sekitar jarak dua puluh meter dari rumah itu. Rumah yang menjadi tempat bernaungnya sejak kecil.
Tidak ada tanda kehidupan dirumah itu. Tentu saja jalanan itu juga masih sepi. Hari ini hari sabtu dan jam masih menunjukan waktu sebelum pukul enam pagi. Tentu semua orang masih menikmati alam mimpi.
Helen mengamati rumah itu selama lima belas menit. Ia mencoba mereka apa yang ada dalam rumah itu. Apa yang mama papanya lakukan. Apa yang Lena lakukan. Ia hanya mencoba menebak.
Setelah cukup puas, ia memutar balikan mobilnya. Setelah menahan nafasnya, akhirnya ia berhasil menghembuskan keras nadasnya meski dadanya masih terasa sesak.
Rumah inapnya hanya terdiri sebuah kamar yang cukup nyaman dan dapur kecil. Kompleks perumahan Lena berasa sekitar 5km dari kompleks perumahan Helen.
Kompleks itu merupakan area perumahan dari petinggi negara. Selain itu, kompleks itu merupakan markas dan asrama bagi pelatihan miter. Sudah pasti, kompleks itu aman
Ketika sampai, Helen langsung menghempaskan tubuhnya ditempat tidur. Ia bahkan masih membiarkan seluruh tas keperluannya dimobil. Ia ingin segera beristirahat dan melupakan seluruh masa lalunya.
Helen mengambil laptopnya dan membaca kembali detail rencana untuk penangkapan Koh Dirmo. Kali ia dan timnya tidak boleh gagal. Koh Dirmo sudah cukup meresahkan masyarakat.
Helen mengambil handphonenya yan berada dikantung jeansnya dan memencet dial nomor Rudi, kepala tim yang juga merupakan anak Hengki pada kasus kali ini.
Credit : Wherever U Will Go by The Calling
KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
ChickLitHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...