#ANOTHER HURRICANE

26.1K 1.6K 20
                                        

Pagi hari, Helen adalah orang pertama yang bangun pagi. Semuanya masih tertidur lelap. Helen menatap Zoe yang masih tertidur lelap di sebelahnya. Meskipun ada bencana, Zoe tetap akan tertidur lelap. Dia tipikal orang yang sangat sulit untuk bangun pagi.

Semalam, Rudi memberi mereka pengarahan mengenai penyergapan kelompok radikal itu. Sepanjang malam Helen tidak tenang, namun Rudi selalu menenangkannya dan berkata bahwa mereka terpantau tidak akan melakukan penyerangan.

Helen menyempatkan diri bersyukur ketika bangun dengan keadaan bernafas. Semalam, dia benar-benar cemas. Perasaannya sungguh tidak enak.

Helen bangkit dari tempat tidur. Di bawah tempat tidur, Sam tidur dengan beralaskan tikar. Selalu begitu. Mereka akan bergantian untuk tidur di kasur. Sementara Rudi tertidur di depan layar komputer. Semalam suntuk dia mengawasi informasi dari pusat agar keamanan mereka tetap terjaga. Ketika melihat punggung Rudi dari balik pintu kamar, Helen mengambil selimut tipis yang semalam ia pakai, lalu ia membawanya dan menyelimuti tubuh Rudi.

Setelah itu, Helen ingin memasak mie untuk semuanya. Dia merasa senang karena kemungkinan ini adalah hari terakhirnya berada disini.

Ketika Helen mengambil persedian mie di kardus, tiba-tiba..................

DUAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRRR

TERDENGAR SUARA TEMBAKAN

Helen yang terkaget langsung menjatuhkan bungkusan mie yang dipegangnya. Rudi yang tertidur di kursi langsung terlonjak kaget. Zoe dan dua pria lainnya juga langsung berlari keluar kamar.

"Ada apa?" Tanya mereka, kepanikan mulai melanda.

Helen yang sudah panik mulai berlari cepat ke kamar di mana mereka meletakan seluruh persediaan senjata mereka dan langsung menyiapkan senjata berjenis Thompson M1921 Submachine Gun, sebuah senjata yang didesain khusus untuk menembak dari jarak yang jauh.

Helen keluar kamar, dia melempar dua senjata lain ke arah Zoe. Sementara Rudi masih sibuk mengetikan sesuatu di komputernya.

"Ada tiga orang bersenjata. Mereka berkeliaran di dekat di sini." Kata Sam yang masih sempat-sempatnya mengintip dari balik tirai.

"Pasukan masih dalam perjalanan...." kata Rudi. Helen melemparkan tiga senjata ke tangan Rudi dan Rudi menangkapnya tepat sasaran. Lalu dia memasukan peluru ke dalam senjata itu sambil berkata, "lebih baik kita menahan mereka sebelum mereka menjatuhkan korban yang lebih banyak lagi." Dan dengan begitu, Rudi sudah berjalan keluar. Diikuti oleh Helen dan teman-temannya.

Ketika Helen keluar dari pintu rumah, ia melihat keadaan di bibir pantai itu sudah sangat kacau balau. Beberapa warga sudah lari pontang-panting. Mereka lari kearah yang tidak jelas, sehingga beberapa dari mereka malah terjatuh. Tiga orang bermasker hitam itu masih terus berjalan dengan santainya mengelilingi bibir pantai dengan senjata yang siap tembak di genggaman mereka.

Helen mengendap-ngendap di balik barel-barel yang berisi ikan tangkapan nelayan. Dia sudah tidak melihat teman-temannya. Pasti teman-temannya juga sudah menyusun tak-tiknya sendiri. Helen mengamati sekitar. Ada seorang pria, yang sepertinya adalah warga sipil tergeletak di atas pasir. Bajunya berlumur oleh darah. Sepertinya ia terkena tembakan peluru yang tadi.

Helen terus berjalan sembari mengikuti kemana arah jalan seorang pria bermasker yang memegang senjata AS50 Sniper Rifle hingga Kini ia bersembunyi di balik sebuah kapal kosong yang diparkirkan tepat di bibir pantai. Ia mengamati kotak hitam yang ada di pinggang pria bermasker hitam itu. Itu adalah bom bunuh diri.

Helen mendengar suara tembakan. Helen melirik kearah pria bermasker hitam yang dari tadi di awasinya. Kali ini dia menembak seorang pria muda tepat dilututnya hingga pria itu jatuh tersungkur di atas pasir.

HEL...LENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang