*flashback*
Hari ini merupakan hari pemberitahuan kelulusan. Helen dan Lena lulus. Nilai mereka bagaikan air dan api. Disaat Lena menduduki peringkat terbaik disekolahnya, Helen masuk kedalam jajaran 20 terbawah. Bukan yang terbawah namun mendekati akhir.
Hal ini membuat kedua orang tua mereka sangat bangga akan prestasi Lena dan mengacuhkan Helen.
Helen sangat sedih akan kegagalannya. Tapi dia tahu dan sadar diri. Selama SMA, ia begitu larut dalam kesedihannya hingga ia tidak peduli dengan prestasinya di sekolah yang menurun drastis. Helen tahu, semua orang akan membandingkan dirinya yang gagal dengan Lena yang berhasil membuat kedua orang tua mereka bangga.
Meski bodoh dalam prestasi akademik, bukan berarti Helen adalah wanita yang gagal. Kelebihannya ada pada fisiknya. Dia banyak menjuarai perlombaan basket hingga ke tingkat nasional.
Hidup Helen semasa SMA sangat bebas. Sejak SMA Helen terbiasa keluar masuk klub hanya untuk menyingkirkan rasa tersisihnya. Tentu tidak ada yang melarangnya untuk berbuat seperti itu. Kedua orang tuanya tidak peduli.
Meski begitu, ia selalu bisa menjaga dirinya dengan baik. Berbanding terbalik dengan Lena yang bahkan jam 5 sore saja sudah harus ada dirumah. Jika sudah melebihi jam 5, Lena harus melapor kepada mama kemana ia pergi dan dengan siapa.
Belakangan setelah lulus, ketika mereka berdua sibuk mencari universitas untuk mwlanjukat studi, Lena sering pergi dengan kedua orang tuanya. Helen tidak tau kemana keluarganya pergi. Ketika dia bertanya kepada Mbok Asih, pembantu rumah tangga keluarga itu, ia hanya menggangkat bahunya dan berkata tidak tahu dengan sinis. Helen jadi gerah. Selalu seperti ini. diacuhkan.
Keesokan paginya, Helen terbangun oleh bunyi ketokan dikamarnya. Dengan terpaksa dan bermuka jelek, Helen membukakan pintu dan melihat Lena yang sudah tampil cantik dengan gaun berwarna biru muda. Rambut ikal Lena membuatnya terlihat cantik. Tidak seperti rambut Helen yang sangat lurus dan lepek.
Lena melambaikan tangannya didepan muka Helen yang masih mengantuk agar Helen dapat berfokus. Helen hanya menguap lebar.
"Halo kakak kembarku tersayang, Aku boleh masuk kan?" Helen kembali menguap dan membuka lebar pintu kamarnya yang bernuansa abu-abu pucat dan membiarkan Lena masuk ke kamarnya.
"Huh, aku pingin punya piala sebanyak kamu, Hel" Lena melihat koleksi piala Helen yang didapat Helen karena bertanding basket sambil mendengus penuh rasa ingin.
"Aku selalu kalah duluan kalau ikut lomba. Lomba pengetahuan, seni. Apalagi olahraga. Udah tepar duluan aku"
Lena memajukan bibirnya. Helen hanya mendengus geli melihat rajukan saudaranya itu.
"Yampun Lenaaaa... kamu aja kemarin sudah jadi juara tigkat angkatan kan pas kelulusan. Udah membuat semua orang bangga. Ga kaya aku yang nilainya mendekati ekor" Helen merendah.
Lena menghiraukan perkataan Helen sambil terus membaca tulisan yang tertera di piala-piala itu.
Setelah puas melihat-lihat, Lena langsung mendekati Helen yang masih tiduran di kasurnya. Lena mendekatkan bibirnya ke telinga Helen dan mengutarakan keinginannya. Helen yang mendengar rencana keinginan Lena langsung membelalakan matanya.
Lena menariknya kedalam bahaya!
"Apa kamu serius?. Kalau papa mama tau aku bisa habis bawa kamu ketempat itu Lena. Lagian tempat kaya gitu ga cocok untuk anak baik kaya kamu."
Helen mencoba untuk membujuk Lena yang terus mengajak Helen untuk menemaninya.
"Serius Helen. Aku udah memastikan kalau mama sama papa menghadiri acara lelang itu sampe larut. Please, Hel, aku juga ingin ngerasain kehidupan remaja kaya kamu. Aku juga ingin bebas. Kamu taukan mama sama papa itu gimana kalau ngelarang aku. Please Hel. Sekali aja buat aku merasakan indahnya kehidupan remaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
ChickLitHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...