#AND THE LAST

32.9K 1.6K 36
                                    


Haloo..

Setelah membaca ulang cerita ini yang versi lama, aku malah jadi mengubah ceritanya. Dan part ini adalah part yang paling banyak berubah jalan ceritanya.

Dan lagi, terimakasih untuk semua vote dan komen yang kalian berikan untuk cerita ini.

With ♥ , T.

Maafkan aku, Helen

***

"Lenaa......" Helen memanggil nama Lena yang sudah terbaring dengan sangat lemah dengan mata terpejam di rumah sakit dengan di dampingi orang tuanya. Helen memutar kursi rodanya untuk mendekati tempat tidur. Jeri sudah tidak terlihat. Jeri hanya membantu Helen untuk sampai ke depan kamar Lena. Setelah itu, dia pergi menghilang.

"Mah, Lena kenapa?" Helen bertanya kepada mamanya yang sedang dirangkul suaminya. Keduanya menatap sedih ke arah putrinya yang sedang terbaring lemah.

"Ouh, Helen." Kiara langsung mendatangi Helen yang masih terpaku di dekat daun pintu. Dipeluknya sebentar tubuh Helen. Lalu dengan lembut, dia mendorong kursi roda Helen mendekati tempat tidur Lena.

"Tadi pagi, Lena baru bangun tidur. Dia nekat bangun dari tempat tidur sendiri. Tidak lama kemudian, dia mimisan, badannya juga kejang-kejang. Kata dokter dia sedang berada di fase kritis."

Kiara menjelaskan panjang lebar kepada Helen. Helen mendengarkannya sambil terus menatap wajah pucat Lena. Meski begitu, Lena terlihat damai dalam tidurnya. Tidur yang amat mengerikan.

Helen menggenggam tangan Lena. Di sisi seberang tempat tidur, orangtuanya juga demikian. Mereka mendampingi Lena yang tertidur.

Tidak terasa, hari sudah gelap. Selama itu pula Helen tidak pernah melepaskan tangan Lena dalam genggamannya.

Tadi, seorang dokter datang untuk memanggil orang tuanya. Katanya ini berhubungan dengan operasi yang dilaksanakan besok. Helen tidak tahu operasi apa itu. Helen juga tidak terlalu mendengar penjelasan dokter itu saat berbincang dengan orang tuanya. Sekarang, kedua orang tuanya melanjutkan perbincangan mereka di ruang dokter tersebut.

Mata Helen terasa berat. Helen menyandarkan kepalanya di tempat tidur dan menjadikan tangannya yang masih terpaut dengan tangan Lena sebagai bantalannya. Helen sudah tidak kuat menahan kantuknya sehingg tidak lama kemudia dia tertidur.

"Helen??"

Ini hanya mimpi! Helen merasa ada seseorang yang memanggil namanya. Tetapi Helen enggan untuk bangun dari tidurnya.

"Helen!" Panggil suara itu lagi. Ini bukan mimpi. Helen memaksakan dirinya agar matanya mau terbuka.

"Lena?" Tanya Helen meyakinkan dirinya bahwa yang sedang dilihatnya ini benar-benar Lena yang sedang mengerjapkan matanya dan bukan mimpi.

"Kamu sudah di sini? Kalau begitu aku sudah tenang."

"Lena, kamu sudah bangun? Aku panggilkan dokter, ya! Kamu udah ngerasa baikan?" Tanya Helen. Tidak menggubris pernyataan Lena yang barusan mengatakan bahwa ia sudah tenang. Dengan susah payah Helen mencoba berdiri untuk menekan tombol yang berada di atas tempat tidur Lena membuat tempat tidur Lena bergetar karena usaha Helen.

"Udah Helen, tidak perlu. Aku cuma sebentar saja...." kata Lena, menghentikan usaha Helen untuk berdiri. Dengan tangan bergetar, Lena kembali menyuruh Helen untuk duduk di kursi rodanya. ".....kamu duduk saja lagi."

"Helen, Jeri mana?" Tanya Lena. Perasaan tidak enak dan bersalah tiba-tiba menyelimuti hati Helen.

"Hmm, aku tidak tahu." Jujur Helen. Lena menghela nafasnya panjang.

HEL...LENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang