Haloo.. aku mau mengucapkan banyak terimakasih untuk semua vote dan komentar yang kalian berikan
Terutama kalian yang selalu setia menunggu lanjutan cerita ini
With love, Tania.
Helen melihat mobil jeep Rudi memasuki halaman rumahnya dari jendela kamarnya. Helen tersenyum tipis.Tangan Helen mencengkram erat pegangan pada kursi rodanya. Sebentar lagi, dia akan kembali meninggalkan rumah ini. bedanya, jika lima tahun yang lalu dia meninggalkan dengan kepala yang tertunduk, kini ia akan pergi dengan kepercayaan diri yang tinggi.
Hari ini, Helen mendengar kabar dari orang tuanya bahwa Lena sudah boleh kembali pulang ke rumah ini. perawatan intensif Lena akan dilakukan di rumah saja. Dan yang Helen dengar, Lena sudah sulit untuk bangun dari tempat tidur.
Apa keputusan ku untuk pergi lagi itu benar?
Helen menggeleng kepalanya pelan. Entah mengapa keyakinan hatinya mengatakan bahwa bukan di sini tempatnya. Sekali lagi dia meyakinkan dirinya bahwa Lena juga akan membaik.
Helen melihat Rudi turun dari jeepnya dengan tergesa-gesa dan membanting pintu. Benar. Kemarin, ia menelpon Rudi dan meminta bantuannya. Helen selalu tahu bahwa Rudi akan selalu menolongnya sesibuk apapun dia. Rudi akan selalu datang untuk membantunya. Dan Rudi selalu datang tepat pada waktunya.
Butuh waktu sekitar semenit sampai akhirnya Rudi membuka pintu kamar Helen dengan sebuah bantingan keras. Helen tetap tidak bergeming. Tatapannya terus berfokus pada pemandangan di luar jendela kamarnya.
Rudi jadi miris melihat Helen yang seperti hidup namun berjiwa kosong. Ini membuatnya jadi teringat pada Helen yang lama. Dengan pelan Rudi melangkahkan kakinya mendekati Helen yang tetap tidak bergeming.
"Aku tahu kamu akan datang" Helen mengeluarkan suaranya yang terdengar parau.
"Apa keputusanmu sudah bulat? Kenapa kamu mau meninggalkan keluargamu? Lagipula percuma saja pergi. Mereka sudah tahu di mana selama ini kamu bersembunyi"
"Aku hanya ingin pergi ke tempat di mana seharusnya aku berada. Aku tidak peduli mereka tahu apa tidak. Karena keyakinanku mengatakan bukan di sini tempatku untuk pulang."
Rudi kembali terdiam. Dia dapat merasakan ada campuran emosi dalam nada bicara Helen. Keraguan, amarah, kesedihan, harapan, bahkan rasa cinta.
Rudi dapat merasakan keraguan yang sangat besar dalam diri Helen meski Helen menyangkalnya. Rudi hanya membiarkannya. Dia tahu bahwa yang terbaik untuk dilakukan saat ini adalah menuruti semua permintaan Helen.
Rudi memutarbalikan kursi roda Helen. Tatapan Helen benar-benar kosong. Bahkan, untuk menggerakan bola matanya pun sepertinya sangat sulit untuk Helen lakukan. Rudi menghembuskan nafasnya kasar. Dia mendorong kursi roda Helen dengan pelan
"Baiklah jika itu maumu. Aku akan membantu. Berharap saja kamu masih memiliki waktu yang banyak?"
Dan Helen bingung memikirkan makna dari perkataan Rudi. Waktu yang banyak?
Helen merasakan sakit dalam hatinya. Kenapa hatiku sakit? Kenapa aku mulai ragu? Hati Helen berkecamuk. Keraguan mulai menyeruak ke dalam rongga dadanya. Aku tidak boleh ragu. Aku harus melakukan ini agar keluargaku sadar dengan kesalahan mereka selama ini. ini demi kebaikan mereka juga.
Rudi terus mendorong kursi roda Helen dengan pelan. Baru saja mereka keluar dari kamar Helen, suara klakson mobil terdengar dari arah luar.
DEG!
Helen terlonjak kaget mendengar suara klakson itu. Dia tidak asing dengan suara klakson itu. dia pernah mendengarnya. Dia tersadar jika itu adalah bunyi klakson dari mobil Jeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
Genç Kız EdebiyatıHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...