Sudah dua hari Helen mengurung dirinya di rumah inapnya. Ia enggan keluar. Lagipula, ia juga tidak memiliki alasan untuj keluar dari rumah inapnya. Untuk sarapan ia akan membeli bubur ayam yang lewat dan untuk makan siang ia akan membeli apapun yang lewat di depan rumah. Entah itu ketoprak, soto, mie ayam. Apapun. Ketika dia merasa lapar, dia akan membeli makanan.
Helen juga terus mengawasi arus pemberitaan di sosial media. Selama pemberitaan masih dalam batas wajar, Helen akan membiarkannya. Tetapi jika sudah merugikan pihak lain, Helen tidak segan untuk langsung memblokir laman itu.
Sudah ada tiga laman blog yang di blokir oleh Helen. Oknum-oknum yang membuat berita tidak seperti seharusnya dan malah menyebarkan fitnah akan langsung di berantas. Ini juga sebagai bagian dari tanggung jawab dalam pekerjaannya. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Kemarin, ia mendapat email jika semua barang bukti sudah diproses di kepolisian. Namun, Helen dan timnya masih diminta untuk terus mencari jaringan penyelendupan narkoba. Dan dua hari ini, Helen terus berselancar dalam dunia maya untuk mengetahui dimana saja pasar gelap itu berlangsung dengan menggunakan GPS.
Dua hari selalu berada dalam ruangan, membuat Helen merasa jenuh. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan. Mungkin ia juga bisa bernostalgia.
Helen membenahi diri setelah selama dua hari ini ia selalu memakai baju yang sama. Helen mengambil baju dalam kopernya yang ia biarkan menganga di sebelah tempat tidur.
Ia mengenakan kaos bergambar bendera italia tanpa lengan dan jeans. Tidak lupa make up tipi yang ia poleskan di wajahnya.
Tidak lupa ia mengambil topi di kopernya dan kaca mata hitam agar orang tidak mudah mengenalinya. Ya, selalu seperti itu. Kemanapun ia pergi, ia tidak boleh meluoakan atribut pelengkapnya.
Helen melangkahkan kakinya nenuju jalan raya. Ia tidak asing dengan suasana disini meski keadaannya sedikit berubah menjadi lebih padat dari lima tahun yang lalu.
Helen memilih untuk mengisi perutnya dengan bubur ayam yang berada di pinggir jalan. Setelah puas makan, Helen memutuskan untuk kembali berjalan-jalan sebentar.
Ia terus melangkahkan kakinya tanpa arah. Ia akan tersenyum jika melewati tempat-tempat yang memiliki mengingatkannya pada masa lalu. Ada yang membuatnya sedih, ada yang membuatnya merasa geli. Perasaanya menjadi nano-nano.
Tanpa disadarinya, Helen melangkahkan kakinya kesebuah taman. Taman yang dulu menjadi tempar favoritnya untuk menyendiri.
Dulu, taman ini gersang dan tidak terawat. Sering dijadikan sebagai area mesum para ABG saat malam minggu. Kini, taman itu sudah disulap menjadi taman keluarga dengan berbagai macam arena permainan.
Beberapa keluarga terlihat tertawa bahagia di taman itu. Sesuatu yang sangat dirindukan oleh Helen.
Kolam ditengah taman itu yang tidak berubah. Terpojok dan terlupakan Airnya masih hijau seperti dulu. Kolam yang selalu menjadi tempatnya untuk melampiaskan kesendiriannya.
Dulu, papa dan mama selalu mengajak dirinya dan Lena ke tempat ini. Meski pinggir kolam ini memiloki kesan yang terpojok dan kotor, namun mereka senang menghabiskan quality time mereka disana. Kolam itu memiliki daya tarik tersendiri.
Helen lupa kapan orang tuanya mulai berubah. Helen merindukan suasana dimana ia masih dapat mengemis kasih dari papa mamanya. Tempat inilah satu-satunya saksi yang menyaksikan keharmonisan keluarganya. Sebelum orang t7anya mulai merubah sikap mereka terhadap Helen. Karena itu, helen seringkali menyendiri ditaman ini.
Seperti dahulu, tepi kolam itu selalu sepi. Kolam itu memang kumuh hingga tidak banyak menarik perhatian. Jarang ada orang yang mau berlama-lama di dekat kolam itu. Padahal, kolam iti jika dibenahi sedikit saja akan menjadi tempat bersantai yang sangat nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
ChickLitHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...