Dulu, saat masih dibangku sekolah, Helen selalu melampiaskan kekesalannya terhadap fisiknya. Jika ia sedang marah, ia akan bangun saat hari masih gelap dan dingin, lalu ia akan berlari. Berlaŕi yang jauh tanpa arah hingga ia melupakan rasa sakit hatinya.
Dan kini, ia tidak bisa melakukan itu semua. Bahkan, untuk berdiri saja dia harus menopang pada sesuatu. Dan ini membuat ia menderita. Terutama setelah menguping perbincangan kedua orang tuanya.
*
Dewi baru saja mengatakan keinginannya untuk pulang setelah ia lama tidak bersua dengan Helen. Helen mengajak Dewi untuk mengobrol di kamarnya yang sekarang sudah di pindahkan di lantai satu agar Helen tidak perlu naik tangga.
Tidak lama kemudian, Dewi pamit. Tentu saja Helen sedih mengingat sudah lama Helen tidak bertemu Dewi. Tapi Dewi memang terlihat buru-buru dan tidak nyaman. Akhirnya Helen mengijinkan Dewi pergi meskipun Helen merasa tidak rela.
Helen mengantar Dewi ke pintu depan. Tetapi Helen tidak melihat tanda-tanda bahwa Rudi akan menjemput Dewi.
"Ma, mana Rudi? Katanya tadi Rudi bakalan jemput?"
Dewi terlihat kikuk. Helen jadi merasa ada yang aneh.
"Ma? Rudinya aja belum dateng kok. Ayo masuk lagi!"
"Mmm..... tadi Rudi bilang mama langsung ke kantornya aja."
"Mama yakin tau jalan? Kota ini besar, loh"
Dewi tersenyum. "Mama sudah hapal, kok. Kamu baik-baik ya. Mama harus segera pergi." Dewi mengacak rambut Helen. Walau hati Helen tidak rela, tapi dia tetap tidak bisa memaksa kehendak Dewi yang kebelet untuk pergi dari rumah itu.
Setelah pintu pagar tertutup, Helen memutar roda kursinya dan berniat untuk menghabisi sisa sorenya di kamar. Dan ketika ia melewati kamar orang tuanya, ia mendengar jika mereka berdua sedang berargumentasi.
"Mamanya Helen itu aku! Gimana aku mau suka dengan dia jika Helen saja lebih sayang dengan dia. Bahkan ketika wanita itu kuancam untuk tidak mengunjungi Helen, lihat!! Dia tetap datang kan!"
Leonard berdehem kecil "itu wajar saja terjadi. Wanita itu terlihat sangat mengasihi Helen. Ia memberikan apa yang selama ini Helen cari."
"Maksud kamu apa?" Nada suara Kiara meninggi. "Cuma aku mamanya Helen. Aku hanya takut Helen melupakan tempat dimana seharusnya dia berada. Aku takut kedatangan perempuan itu membuat Helen pergi lagi. Aku hanya takut."
"Tapi, dia yang telah menampung Helen Selama 5 tahun ini. dia yang selalu ada sejak Helen pergi dari sini. Dia yang menanggung semua kesedihan Helen. Dia menganggap Helen sebagai putrinya sendiri. Dia menjadikan Helen seorang putri disaat Helen malah merasa terabaikan di tempat seharusnya ia berada. Seharusnya, kita mengucapkan terimakasih padanya"
"Aku tidak peduli. Aku tidak akan mengatakan terimakasih. Hati seorang ibu mana yang tidak robek ketika putrinya lebih menyayangi wanita lain? Lagipula, aku tidak ingin Helen pergi lagi."
"Jadi kamu sendiri sadar kalau posisimu sudah tergantikan oleh wanita itu?"
"......."
Melihat istrinya yang tidak mampu menjawab, Leonard menghela nafasnya panjang "seandainya dirimu telah memikirkan ini sejak dulu, tentu kamu tidak akan egois. Helen juga pantas untuk mendapatkan kasih sayang."
"Aku begini justru karena terlalu menyayangi mereka. Aku tidak mau kehilangan mereka berdua. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku malah kehilangan salah satu dari mereka. Aku tidak ingin jika aku harus kehilangan mereka berdua di waktu yang bersamaan. Aku hanya... aku....."

KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
ChickLitHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...