Jeri mengemudikan pelan mobil sedannya. Dia menyusuri setiap jalan pedesaan sambil menengok ke kiri kanannya. Sesekali ia akan mengecek kebenaran alamat yang tertulis di kertas yang sedang digenggamnya.
Dia akan mengejar Helennya dan meminta maaf. Masih untung jika Helen masih mau memberikan kesempatan kedua. Lena sudah melepaskannya. Dan Jeri hanya berharap agar Helen mau memaafkannya
Tidak sulit bagi Jeri menemukan tempat Helen. Terutama saat dia sudah tahu dimana Helen selma ini menyembunyikan dirinya.
Beruntung Jeri mendapat pencerahan dari seorang teman lamanya yang bekerja di bidang logistik sebuah perusahaan makanan ringan. Entah keberuntungan apa yang membuat temannya ini menceritakan isu penyakit hewan yang membuat perusahaannya ketar ketir. Disini Jeri tahu bahwa salah satu peternakan yang menyuplai daging ke perusahaan itu adalah milik Dewi.
Menurut Jeri, itu adalah keberuntungan terbesarnya. Dan Jeri berharap hal itu juga terjadi dengan peruntungan cintanya.
Dengan alamat yang ia dapat, Jeri memantapkan hatinya untuk segera memulai perjalannya. Jeri yakin, bahwa hatinyalah yang akan membawanya kepada Helen. Selain itu, Jeri juga ingin memenuhi janjinya kepada Lena untuk membawa Helen kembali.
Dan dia mencari Helen bukan hanya untuk memenuhi permintaan Lena melainkan dia tidak ingin Helen menyesal jikat terlambat.
Jeri merutuki pikirannya. Jeri berusaha menahan pikiran buruknya. Tetapi, perasaannya tetap tidak enak. Ia hanya tidak ingin terlambat.
Jeri sudah tiba di sebuah desa yang jauhnya sekitar tiga jam dari pintu tol. Desa ini masih bersih dan udaranya masih segar. Banyak tanah kosong yang ditumbuhi oleh rerumputan hijau. Beberapa kali Jeri melihat sapi yang sedang menikmati rumput tersebut.
Jeri terus melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan setiap rumah maupun bangunan yang Jeri pastikan adalah peternakan adalah milik Dewi.
Dua kali Jeri bertanya pada orang yang lewat. Dengan petunjuk dari mereka, akhirnya Jeri sampai ke sebuah jalan lurus yang panjang.
Sudah hampir dua puluh menitan Jeri menyusuri jalan lurus di pedesaan itu hingga Jeri melihat sebuah bangunan persegi dengan atap seng abu-abu yang cukup besar. Tidak ada palang yang menginformasikan nama dari peternakan tersebut. Jeri belum memastikan apa benar itu adalah tempat Helen tinggal namun hatinya yakin. Mungkin ini yang disebut telepati?
Jeri mengemudikan mobilnya memasuki perkarangan bangunan itu. Ketika ia memarkirkan mobilnya, Jeri melihat seorang bapak tua sedang menyapu halaman itu dari dedaunan kering. Jeri langsung turun dari mobil dan berjalan menghampiri bapak tua itu.
"Permisi..." mendengar suara Jeri, Bapak itu langsung menghentikan kegiatannya.
"Iya, ada yang bisa saya bantu, Dek?"
"Apa benar pemilik dari peternakan ini bernama Dewi?"
"Iya, benar. Ada perlu apa ya?" Hati Jeri menjerit senang. Benar, jadi begini yang diebut telepati?
"Bisa saya bertemu dengan Ibu Dewi sekarang?"
"Waduh, sayang sekali, barusan dia mengantar putrinya pergi. Ga tau lama apa tidak."
"Putrinya?"
"Iya. Si Helen." Hati jeri bersalto ria ketika mendengar nama perempuan yang dicintainya
"Kalau begitu saya tunggu saja. Terimakasih Pak."
"Tunggu di dalam saja, Dek. Bisa saya buatkan minum sekalian."
"Ah, tidak perlu repot, Pak. Saya tunggu di mobil saja." Bapak tersebut mengangguk dan kembali fokus pada pekerjaannya menyapu halaman.
Jeri hendak menunggu di mobil saja ketika ia melihat sesosok wanita paruh baya memasuki halaman peternakan ini. Wanita yang Jeri lihat beberapa waktu lalu ketika Helen masih di rawat di rumah sakit. Wanita yang Jeri lihat sedang adu argumen dengan Mama Helen.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
ChickLitHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...