Helen sedang menikmati makan malam bersama orang tuanya dan adik kembarnya tanpa nafsu. Ia hanya duduk lemas sambil sesekali memasukan makanannya ke dalam mulut. Entah mengapa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya pun terasa hambar.
Meja makan itu berbentuk persegi panjang yang terdiri dari 6 kursi terasa hampa bagi Helen. Ada empat kursi yang saling berhadapan dan dua kursi yang menghiasi ujung meja. Dua kursi di bagian ujung meja itu kosong. Kiara duduk bersebelahan dengan dengan Helen dan leonard duduk bersebelahan dengan Lena.
Helen duduk berhadapan dengan Lena. Mereka berdua sama-sama menunduk, pura-pura menikmati makanan mereka. Menghindari kontak mata dengan berfokus hanya pada piring masing-masing di hadapan mereka.
Mereka melakukan akting mereka dengan baik, seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruang makan yang memiliki kesan minimalis itu.
Untung saja, Leonard dan Kiara tidak menyadari atmosfer ketegangan di antara kedua anaknya. Mereka hanya menikmati makan malam mereka dengan santai tanpa tahu suasana sedingin es diantara kedua anaknua.
--
Tadi siang, ketika Helen menanyakan pada Lena tentang apa yang selama ini diderita Lena, apa yang selama ini Lena dan keluarganya sembunyikan darinya, Lena hanya menatapnya dengan tajam.
Atmosfer seketika berubah. Yang sedari tadi Lena menyambutnya ramah, kini berubah menjadi dingin.
Lena hanya menatap Helen tajam lalu langsung beranjak meninggalkan Helen yang masih terpaku berdiri di kamarnya dengan bingung. Helen sempat mendengar pintu kamar Lena yang dibanting. Helen yakin, Lena akan mengunci dirinya di kamar seharian.
Bukan suatu pertanda baik.
Helen berniat untuk mengejar Lena.
Ia melangkah pelan menuju kamar Lena yang tertutup rapat. Tangan Helen mengepal di udara siap untuk mengetuk pintu kamar Lena.Keinginan untuk mengetuk pintu terhenti sejenak karena Keraguan mendadak melanda hatinya yang bingung dengan perubahan sikap Lena yang berubah mendadak seperti ini. Tapi Helen tahu, memang ada yang Lena sembunyikan. Helen langsung mengabaikan keraguannya dan mengetuk pintu kamar Lena dengan tiga ketukan pelan.
"Lennn,,," Helen memanggilnya dengan lembut. "buka pintunya! Kenapa kamu begitu?" Kata Helen.
Tidak ada jawaban. Helen mengetuk pintu kamar Lena sekali lagi.
"Len, please!"
Lena membuka sedikit pintu kamarnya. Dia hanya menunjukan setengah wajahnya dari balik pintu.
"Kenapa selama ini kamu buta, Helen? Apa kamu tidak menyadarinya?" Suara Lena terdengar sumbang. Sepertinya Lena sedang menahan tangisnya.
"Maksud kamu?" Helen mulai merasa ada getaran dari suaranya. Entah kenapa, perasaannya berubah menjadi tidak enak.
"Kenapa kamu bisa sebuta ini, Helen? Kamu hanya berambisi bagaimana menjadi anak kesayangan mama dan papa. Tapi asal kamu tahu, kamu punya mimpi-mimpi yang aku ingin dari dulu. Dan kamu, dengan mudah mendapatkannya. Kamu tidak sadar, bahwa kamulah yang menyakitiku."
"Maksud kamu?"
Lena tidak menjawab. Ia menatap Helen beberapa detik sebelum ia menutup pintu itu dengan keras tepat beberapa centi di depan wajah Helen.
Helen tahu bahwa tidak ada gunanya ia memaksa Lena untuk memberitahu segalanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
Helen merebahkan dirinya di tempat tidur. Kamar itu adalah tempat favoritnya untuk bersembunyi dari kecemburuannya terhadap Lena. Sungguh, kamar ini tidak berubah sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEL...LENA
Genç Kız EdebiyatıHEL...LENA Lima tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya. Ia bosan merasa asing didalam keluarganya. Ia bosan dicemoohkan dipergaulannya Ia bosan selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang cantik dan anggun Lima tahun...