15

1.8K 165 10
                                    

"Apa oppa masih mencintai Shinhye eonni ?"

Jonghyun terdiam, menatap gadis yang sedang mengaduk makanan didepannya. Ia tak mengerti kenapa gadis ini lagi-lagi menanyakan hal itu, padahal sebelumnya semalaman penuh mereka telah berbicara soal perasaan mereka masing-masing.

"Kenapa kau selalu menanyakannya ?"

"Aku merasa bersalah oppa" jawab Seungyeon bergetar.

"Aku benar-benar terasa hina karna telah menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian. Tapi dengan besar hati Shinhye eonni menolong ku dan membawa ku kesini. Aku benar-benar merasa bersalah" Seungyeon menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan yang bersandar pada meja lipat didepannya.

Sejak awal ia memang merasa bersalah pada Shinhye namun karna cintanya yang begitu besar pada Jonghyun, ia melupakan perasaan Shinhye dan memilih egonya untuk menang. Dan sekarang, dia semakin merasa bersalah karna pertolongan yang Shinhye berikan kepadanya.

Jonghyun menarik tangan mungil itu, menggengamnya dengan erat kemudian mengecup punggung tangannya begitu lama, mungkin untuk menyalurkan rasa cintanya.
"Sayang, aku yang memilihmu, aku yang meninggalkan Shinhye hanya untuk bersama mu, ini bukan salah mu dan tidak ada yang salah dalam hal ini"

Seungyeon menatap mata dengan iris coklat itu tidak percaya, laki-laki itu bilang jika tidak ada yang salah ? Ia, ah~ mereka lebih tepatnya, mereka menghancurkan perasaan Shinhye dengan kejamnya, bermain api dibelakang Shinhye, mereka memang tidak tau apa yang terjadi pada Shinhye saat wanita itu mengetahui semuanya, namun Seungyeon yakin jika Shinhye sangat kecewa dan merasakan sakit yang amat dalam namun Jonghyun bilang tidak ada yang salah ? Apa laki-laki ini tidak mempunyai perasaan lagi ?

"Oppa~ Shinhye eonni pasti saat itu sangat shock dengan semua yang terjadi dibelakangnya, ia mengetahui hubungan kita dari orang lain, dan dia menemukan kita bersama di kamar apartemen oppa. Kita menyakitinya" ucap Seungyeon disela isakannya yang semakin keras.

Jonghyun menangkup wajah gadisnya, menatap bola mata coklat pekat itu dengan penuh kelembutan, ia menyematkan senyum manisnya membuat Seungyeon kini lebih tenang
"Pertemuan kita, pertemuan ku dengan Shinhye semua merupakan rencana Tuhan. Perasaan yang kita miliki juga karna atas izin Tuhan, lalu bagaimana mungkin aku harus menyesali semua rencana Tuhan ? Ini memang bukan keingin kita ataupun orang lain, tapi keinginan Tuhan. Tuhan memberikan perasaan suka dan cinta pada seluruh umatnya, memberikan kesempatan untuk manusia merasakan segala macam bentuk cinta, kasih sayang dan juga sakit agar kita bisa memilih siapa yang pantas dari sekian banyak orang. Dan begitu juga dengan ku, aku memilih mu, karna perasaan cinta yang begitu kuat dan rasa nyaman yang selalu aku dapatkan dari mu"

"Oppa...."

"Seungyeon-ah, jika kau merasa bersalah dengan Shinhye, kita hanya perlu datang padanya meminta maaf. Tapi jika kau meminta ku kembali pada Shinhye aku benar-benar tidak bisa, karna perasaan ini bukan untuknya lagi. Dan juga aku akan meninggalkan mu jika kau merasa terus terbebani dengan hubungan kita. Tapi, biarkan aku tetap bisa melihat anak ku, aku ingin selalu berada disamping anak ku. Pikirkan lah baik-baik, aku pergi"

Seungyeon tak mampu lagi berkata apa-apa, ia hanya terus terisak kecil dengan segala macam ucapan Jonghyun yang berputar dipikirannya. Jonghyun tersenyum tipis mengecup kening Seungyeon sebentar lalu pergi meninggal Seungyeon sendiri. Mungkin dengan begitu Seungyeon lebih bisa berpikir tenang.

***

Tan terus menunduk hormat pada karyawan yang berlalu lalang didepannya, menatapnya aneh seolah-olah ia seperti makhluk astral yang turun kebumi. Tapi ia tak meperdulikan pandangan mereka, ia hanya akan fokus pada pekerjaannya dan tidak akan membuat onar apapun.

My Beloved BratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang