Chapter 33

677 158 10
                                    

Flashlight - Jessie J

-

CALUM MEMBAWAKU kembali ke apartemen Zayn setelah perdebatan hebat yang terjadi diantara kami berdua.

Perdebatan tentang kekacauan ini tentu saja. Yang kuingat dari kata-katanya ialah bahwa kenyataannya, cowok itu tidak akan meminta maaf, karna ia sendiri tak melakukannya secara sengaja.

Yah, seperti yang sudah kuduga. Cowok seperti dia memang terlalu gengsi untuk mengucapkan kata maaf.

Tapi, sekali lagi, cowok itu tetap memaksaku untuk menyelesaikannya. Ia akan tetap menunggu hingga Zayn pulang.

Dengan terpaksa akupun mengiyakannya, karena kau tahu? Tatapan matanya saat berbicara padaku benar-benar mengerikan, bahkan aku sendiri tak sadar bahwa ia masih manusia.

Tapi tetap saja, aku tak bisa berkutik. Mati kutu.

Dan untuk kedua kalinya, aku melihat cowok itu marah. Serius.

Marah?

Padaku? Yang benar saja ... gadis batinku tertawa hambar. Yang seharusnya marah disini adalah aku, bukan dia.

Sekitar pukul lima sore akhirnya Zayn pulang dari kampus. Aku tak mengira bahwa sampai selama ini akan menunggunya, tapi, tetap, aku tak bisa memprotes. Sialan.

"Selesai." Ucap Zayn sambil menghela napas. Nampak jelas diwajahnya bahwa ia kelelahan.

Aku jadi tak enak hati, mengganggunya disaat ia membutuhkan istirahat dari kepenatan kampus. Sementara kedatanganku hanya merepotkannya, hanya untuk sebuah sketsa transportasi amfibi sialan.

Karena hari semakin gelap kami langsung berpamitan pada Zayn dan tak lupa berterima kasih atas bantuannya.

Kami berjalan pulang dalam diam. Sangat menggangguku. Aku tak suka dengan suasana awkward semacam ini.

Tiba-tiba Calum menghentikan bus nya dibelokan halte, lalu dia mengisyaratkanku untuk mengikutinya untuk turun.

"Kenapa ngeberentiin bus nya disini?" Tanyaku bingung.

"Kita kesekolah." Jawabnya singkat.

Aku terperanjat heran dan yang keluar dari mulutku adalah suara tawa yang benar-benar hambar.

Calum menengok.

"What the actual fuck are you doing?" Bentakku.

"Just follow me!" Ajaknya, "come on." Mengisyaratkan ku untuk mengikutinya menuju gedung sekolah.

Sesampainya kami di halaman belakang sekolah, aku melihat kesekeliling, sepi dan sunyi. Ditambah awan yang berganti menjadi kegelapan, menandakan malam telah tiba. Sialan.

"Kita pulang aja." Tukasku.

Rahang cowok itu menegas. "Setelah ngumpulin tugas lo."

Aku terdiam.

Otakku terlalu capek untuk memahami kata-katanya.

Aku melirik lagi kedalam gedung yang sama sekali tak ada penerangan. Yang terlihat hanya jendela-jendela hitam. Membuat lututku goyah.

"You've got nothing to fear, with me." Ucap nya meyakinkan ku, mata teduh nya menusuk marik mataku bahkan dikegelapan pun aku melihatnya.

Calum menggandengku berjalan menuju kantor Mrs. Rosi. Yang dimaksudkan dengan bergandengan tangan disini berarti secara harfiah, karena Calum benar-benar menggandeng tanganku. Menggandeng tangan kananku, sementara tangan yang lain untuk menggenggam kertas sketsa.

Seketika itu, gadis batinku langsung menari balet, tapi ada yang beda kali ini, ia menari yang hanya ditemani oleh sebuah sorotan lampu dari atasnya. Menari dengan anggun seolah-olah aku sedang disebuah pertunjukan besar.

Ini sungguh aneh, tangannya begitu hangat yang menularkan pada darahku. Ini pertama kali nya ia menggandeng tanganku, ini pertama kalinya. Dan yang kutakuti sekarang adalah ....

Aku langsung tersadar dari lamunanku saat Calum berbisik. "You okay?"

Dengan pertanyaan seperti itu saja membuat pipiku memanas. Sial. Tapi untungnya suasana disini gelap. Aku hanya mengeratkan genggaman kami yang seolah-olah berarti "yeah, i'm okay."

-

a/n :

Bhak!!

Gue berhasil bikin lo lo pada baper gak siih? Wkwk (pls jgn kacangin gue -_-)

Semoga ini jadi moodboaster ya :D

-istri calum

years » hoodWhere stories live. Discover now