Chapter 5

1.1K 198 16
                                    

Akhirnya bell pulang sekolah pun berbunyi juga. Seketika murid-murid langsung bubar keluar sekolah dan sebagainya. Sementara aku berdiri didepan gerbang sambil menunggu kedatangan Calum.

Seperti yang bokap bilang, berangkat dan pulang harus bareng. Yah disinilah gue sekarang, nunggu kehadirannya sambil memainkan handphoneku.

Tak lama setelah itu, akhirnya Calum datang juga sambil menggendong tas dipundak sebelah kirinya.

"Lo kemana aja sih? Lama banget." Ucapku sedikit kesal karena menunggunya cukup lama.

Calum tak menghiraukan perkataanku, sama sekali tidak yang ada dia malah asik dengan handphone nya.

Aku beranjak pergi berjalan menuju bus stop sedangkan Calum mengikutiku dari belakang.

Tak begitu lama menunggu sampai akhirnya bus pun datang, dengan cepat aku naik dan duduk dikursi barisan paling belakang, kali ini dekat jendela.

Aku sempat melirik kearah Calum, dia memilih untuk duduk dibarisan tengah, dipinggir jendela sambil mengenakan headset dikedua telinganya.

Sepanjang perjalanan pulang kami tak banyak bicara hanya saja saat kami berdua turun dari bus dan sekarang kami harus berjalan kaki lagi untuk sampai kerumah.

Tidak terbayang akan seperti ini untuk setahun kedepan. Harus naik bus dan berjalan kaki bersama cowo ini, huh yang benar saja. Benar-benar menyebalkan.

Aku bisa melihat Calum yang berjalan didepanku, dia mengambil sebatang rokok dari sakunya lalu menyelipkan dibibirnya dan membakar ujung rokok itu.

Melihatnya merokok rasanya seperti tidak adil, dan membuatku kesal karena asap rokoknya membuatku batuk tak tahan.

"Kenapa sih harus ngerokok? Huh?" Tanyaku penasaran dan jengkel sambil menyamai langkah sehingga aku berada disampingnya.

Calum menghembuskan asap rokoknya sebelum menjawab, dia tersenyum menyeringai. "Trus kenapa juga lo yang penasaran? Lo pengen juga?" Calum hendak mengambil bungkus rokok dari saku kemejanya, tapi terhenti olehku.

"Apaan sih." Kataku menolak. "Gue cuma mau ngingetin aja, lo ini masih muda sayang kali kalo cuma habis karena rokok." Kataku serius.

Lagi-lagi Calum hanya smirking.

"Halah gak bakalan nyambung gue ngobrol sama lo." Ucapku mendengus.

"Yaudah diem aja." Sahut Calum santai sambil menyemburkan asap rokok dari mulutnya.

"Ye suka-suka gue lah." Balasku nyolot.

"Yaudah."

-

Sesampainya dirumah aku baru ingat bahwa isi kulkas kosong. Mana bang Harry lagi pelatihan, bokap lembur, trus siapa yang belanja, pikirku.

Ah atau gue minta bantuan Mike aja kali yah, siapa tahu dia mau tuh nganterin gue belanja. Dari pada harus belanja sendiri kan gak asik banget.

"Gue mau belanja dulu, lo tunggu rumah." Kataku pada Calum yang sedang menonton tv. "Dan gak usah macem-macem, gue gak bakal lama kok." Tambahku.

Calum menoleh kearahku. "Eh gue ikut." Sahut Calum seraya bangkit dari sofa.

"E-ikut? Gak usah lo tunggu rumah aja lagian gue perginya sama Mike."

"Ada yang mau gue beli."

"Yaudah bilang aja nanti gue beliin." Kataku tak mau kalah.

"Gak yakin gue."

"Hah?" Reflek karena tak mengerti apa maksudnya.

"Gue ikut." Ucapnya datar dan pasti.

years » hoodWhere stories live. Discover now