Chapter 2

1.3K 241 6
                                    

" ... KAPAN JEMPUT GUE? ... gak bisa? ... yaudah gue bareng Mike aja ... ketemu disana jam empat ... ok." Aku menutup telepon dari Luke. Kami akan menonton pertandingan tim basket antar sekolah hari ini.

Dan tak mungkin kulewatkan karena Luke ikut bermain tahun ini dan juga Liam, kakak kelas yang ku kagumi sejak lama. Yah walaupun dia kabarnya sudah memiliki pacar, Shopia yang ketua tim cheerleaders disekolah kami. Perfect sudah mereka berdua. Cowonya ketua tim basket dan cewenya kapten cheers. Kurang apa lagi coba? Gaada.

"Tadi tuh siapa Jem?" Tanya Mike saat diperjalanan menuju stadion basket.

"Ooh si idiot itu?" Kataku malas.

"Yang tadi bukain pintu buat gue?"

"Calum, temen bang Harry-eh maksud gue adek nya temen bang Harry." Jelasku.

"Ooh." Hanya itu sajalah tanggapan Mike, yah syukurlah lagian aku juga lagi malas untuk menceritakan lebih detailnya apa lagi kejadian yang memalukan itu. Lantas aku pun menggeleng-geleng agar pikiran itu hilang dari otakku.

"Kenapa lo?" Tanya Mike yang melihatku bergeleng-geleng.

"Ah-agak pusing nih gue." Kuakui bahwa gue sebenarnya pusing, pusing memikirkan hal yang memalukan itu.

"Yaudah gue anter pulang aja lo gausah nonton."

"Eleh lebay lo Mike! Gue gapapa kali, lagian gue mau nonton Liam main sapa tau pusingnya ilang, yakan?" Kataku sambil tertawa sementar lagu Flay Away in the background.

-

"Liat deh Mike!" Kataku sambil menunjuk kearah Shopia yang sedang loncat-loncat memberi semangat pada tim basket sekolah kita yang jelas sekali bahwa dia sedang memberi semangat pada Liam yang sedang menyerang kepada tim lawan.

"Apaan?" Mencari arah yang kutunjukkan.

"Itu si Shopia." Ujarku berbisik.

"Mana?

Ooh itu, emang kenapa gitu?" Tanya Mike yang tak mengerti maksudku.

"Centil banget sih."

"Siapa?" Tanya Mike gak nyambung.

"Ya Shopia lah siapa lagi." Ujarku kesal.

"Yee malah sewot ke gue apaan coba. Emang kenapa kalo dia centil? Dia cantik kok." Kini Mike mulai meledekku.

"Iya emang dia mah perfect." Ucapku dengan nada menyindir.

"Nah itu lo tahu." Mike ketawa.

"YEAYYYYY!!! GOAL!!" Teriak Mike kencang disebelahku.

"Apaan sih lo pikir ini bola apa goal goal segala." Protesku melirik tajam kearahnya.

"Yeee suka-suka dong lagian jagoan gue tuh yang cetak poin barusan." Ucap Mike bangga.

Aku tertawa mendengar perkataan Mike barusan, jagoan gue. What the...

"Kenapa lo?"

"Luke jagoan lo??" Tanyaku tak percaya.

Mike melihatku dengan tatapan bingung. "Iyalah dia temen gue!"

"Lo anggep dia temen sementara dia hampir buat lo mati ketawa."Ledekku.

"Itu tandanya kasih sayang." Celetuknya bergurau.

"Yah semoga jadi sayang beneran." Aku mengaminin perkataan Mike sambil bergurau.

"Gila lo Jem!"

"Thankyou." Ucapku sambil tertawa.

"Is gila beneran lo! nonton tuh pertandingannya dan jangan ganggu gue lagi berisik lo Jem." Kini Mike benar-benar menonton pertandingannya dengan serius.

"Huh gak asik lo."

"Bodo."

Pertandingannya sangat memuaskan dan tim sekolah kami bermain sangat bagus dan penuh dengan strategis yang cantik. Tak heran jika dibabak terakhir Liam berhasil mencetak poin untuk tim jadi poin kami lebih unggul dibandingkan dengan lawan.

Dan pertandingan ini dimenangkan oleh sekolah kami yah walaupun ini baru babak penyisihan tapi aku merasa senang.

Aku melihat segerombolan cewe-cewe cheers langsung bubar dan menghampiri anak-anak cowo dilapangan sambil bersorak-sorak.

Aku bisa melihat dari bangku penonton bahwa Shopia menghampiri Liam, yah tentu saja. Dan tiba-tiba Mike menggandeng tanganku untuk bangkit dari kursi.

"Kita harus selfie bareng Luke! Ayo cepat!" Ajaknya tak sabaran.

Akupun langsung mengikuti Mike dari belakang lalu memasuki lapangan dan menghampiri Luke.

"Hey! Congratulation bro!" Mike memeluk Luke seperti bokapnya yang sangat bangga pada putranya, yah kira-kira seperti itulah.

"Yey!! Thanks bro!" Sambil menepuk-nepuk punggung Mike.

"Selamat Luke!! Kita menang!!!" Kataku semangat.

"Yah thanks Jem." Ucap Luke yang kini bergantian memelukku dengan erat. walaupun badannya basah karena keringat tapi aroma tubuhnya masih bisa dikenali bahwa ini adalah bau tubuhnya Luke. Dia memiliki aroma yang berbeda, yang berartian baik, aromanya enak dicium.

"Kita harus merayakannya!" Sahut Mike semangat.

"Pesta dirumah Mr. Hans malam ini." Luke memeberi tahu Mike dan melirik kearahku.

"Maksud gue kita bertiga." Jelas Mike.

"Ooh ok atur aja tempatnya gue gak bakal protes." Ucap Luke.

"Luke Mr. Hans manggil lo tuh." Sahutku melihat sosok Mr. Hans dibelakang Luke.

Luke menengok kearah belakang sesaat lalu kembali pada kami. "Hey gue cabut dulu, pokoknya atur aja tempat dan semuanya ok?" Ucap Luke sambil berlari kecil kearah Mr. Hans sang pelatih tim basket.

"Ok."

years » hoodWhere stories live. Discover now