Chapter 20

798 158 8
                                    

One Call Away - Charlie Puth

-

HANDPHONE KU BERGETAR diatas perut, ternyata ada pesan masuk dari grup.

Penguin : Jangan lupa, nonton gua tanding. Jangan telat. Oh iya, ajak Calum juga.

Aku menghela napas dan menyingkirkan handphone ke sofa, lalu kembali menonton tv.

Tapi, tak lama setelah itu, handphone ku bergetar lagi, kali ini dari Mike.

kitten : Gua jemput jam setengah empat, ya? Jangan lupa ajak Calum juga, oke?

Lagi-lagi, mengatakan hal yang sama, yaitu memintaku untuk mengajak Calum sekalian. Terlintas dipikiran ku, apakah kedua idiot itu lebih nyaman dengan Calum dibandingkan aku?

Akhir-akhir ini mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama tanpa sepengetahuan ku. Tapi, aku tak mau ambil pusing, mungkin mereka memang cocok.

Dan tiba-tiba Calum ikut bergabung diruang tv, duduk disofa sambil meluruskan kaki nya keatas meja. Sungguh sopan, pikirku sarkastik.

"Lo mau ikut nonton pertandingan basket, gak?" Tanyaku tanpa melepaskan pandangan dari layar tv.

"Gua ada janji." Jawabnya datar.

"Sama siapa?" Tanyaku spontan, menoleh padanya.

"Lo gak perlu tau." Smirking jerk nya muncul lagi.

"Gak penting juga buat gue, yee." Balasku mencibir.

"Trus, lo mau nonton basket sama siapa?"

Aku tersenyum palsu. "Lo gak perlu tau."

Calum tertawa yang membuat matanya tenggelam. "Ngopi kata-kata gua, mbak?"

Memutar bola mataku, malas untuk menanggapinya.

"Palingan juga, sama si rambut gila itu, ya kan?"

"His name is Michael." Semburku.

Hening sesaat.

"Gua bakal pulang malem." Ucapnya seraya berdiri.

Ia mengenakan kemeja hitam denim, jeans hitam dan sepatu converse. Mengapa penampilannya rapi?

"Pergi kemana?"

"Kaya nyokap gua aja." Balasnya tertawa.

Aku memasang muka malas. "Kalo Bokap gue nanya, trus gue harus jawab apa, stupid." Kataku sarkastik.

"Ya, bilang aja, gua pergi kerumah temen sampe malem. Beres, kan?" Ucapnya santai dan songong.

Temen?

Sepengetahuanku, ia hanya dekat dengan beberapa temanku tapi sudah pasti mereka akan menyaksikan pertandingan basket sore ini. Atau mungkin...

Emma.

Mungkin Calum pergi kerumah Emma. Dari mana cowok itu bisa kenal dengan Emma, Kakak kelas kami. Banyak pertanyaan yang berputar-putar diatas kepalaku saat ini hingga suara Calum dapat menyadarkan ku pada kenyataan.

"Jaga rumah ya, Hailey." Ucapnya seraya pergi keluar rumah.

Dasar...

-

Pertandingan basket berakhir sekitar tiga puluh menit yang lalu, tapi aku masih menunggu kedatangan Bang Harry untuk menjemputku, karena Mike harus menjemput Nyokap nya. Sementara Luke, sudah pasti ia pulang dengan rombongan tim basketnya. So, aku harus sabar menunggu Bang Harry yang lemot nya melebihi siput.

Tiba-tiba handphone ku bergetar.

Curly Bro : Abang gak bisa jemput lo sekarang. Tapi, gua udah suruh Calum buat kesana. Jangan masang muka bete gitu dong adek cantik ... (emot ketawa)

Aku menghela napas, lalu membalasnya.

Jangan pasang muka monyet gitu dong Abang Idiot... (emot monkey) : Me

menunggu kedatangan Calum, membuatku lapar. Aku baru ingat bahwa aku telah melewatkan makan siang dan sekarang sudah hampir malam.

Aku duduk dibangku dekat pohon. Sesekali menengok sekitaran, berharap menemukan sosok yang akan menjemputku.

Tiba-tiba mobil range rover putih berhenti didepanku, kaca depan nya terbuka dan ....

"Buruan naik." Pinta Calum datar.

Aku pun membuka pintu dan duduk dikursi penumpang.

"Lo nyolong mobil nya siapa?" Tanya ku asal sekaligus curiga disisi lain.

Calum menjalankan mobil nya dengan halus menyusuri jalanan yang mulai gelap.

Smirking jerk nya muncul sebelum ia berbicara. "Nyolong dari parkiran Mall." Lalu tertawa.

"Gue gak mau masuk penjara." Aku menanggapinya serius.

"You don't have to worry, Honey," ucapnya mempermainkan kata terakhirnya yang sempat membuatku berhenti bernapas. "Kita bakal masuk penjara bareng-bareng, kok." Tambahnya menggoda.

"Bajingan." Ceplosku.

"Apa?"

"Lo, bajingan." Ulangku lebih menekankan kata-kata nya.

Sementara itu Calum hanya tertawa yang lagi-lagi membuat mata teduh nya tenggelam.

Dasar....

-

Saat sampai didepan rumah, aku turun dari mobil tapi tidak bagi Calum.

Cowok itu memberikan sekotak pizza padaku yang sebelumnya kami sempat mampir ke restoran Itali.

"Lo gak turun?" Tanyaku heran, masih berdiri.

"Urusan gua belom selesai." Jawabnya singkat.

"Kan udah gua bilang, gua bakal pulang malem, Hailey." Tangannya menepuk-nepuk setir mobil.

"Gue masih curiga sama lo," ceplosku sambil menyipitkan mata.

Calum mendengus. "Apa lagi sih?" Nadanya terdengar seperti tak ikhlas.

"Ini sebenernya mobil siapa sih?" Menepuk kaca spionnya.

Calum tertawa. "Apa urusannya sama lo, huh?"

"Ish, gue gak rela kalo naik mobil bekas colongan, sorry." Kataku sarkastik.

Calum tertawa lebih keras.

Aku menatapnya muak. Tapi, mendengar suara tawa nya saja mampu menembus tembok kemuakkanku terhadapnya.

"Udah ah, gua mau cabut." Tukasnya.

Aku memasang muka bete, bercampur aduk dengan kesal, karena cowok ini tak menjawab pertanyaanku.

"Jangan cemberut mulu, nanti manis nya ilang loh." Ish, dia malah meledekku. Fuck.

"Fuck you," bisikku.

"Anytime Hailey," cengiran jahilnya muncul. "I'm just next door."

"In your dreams."

"Tell me, Hailey. Are you a bad girl in bed?" Cengirannya masih terpampang nyata.

Sejurus itu, mobilnya melaju menjauhi halaman rumahku.

Aku memutar bola mataku sambil mendengus. "I don't know, why don't you try to find out?" Ucapku asal, lalu masuk kedalam rumah karena sudah tak sabar untuk melahap pizza ini.

-

a/n: test... test... ekhemm!

Gue cuma mau bilang THANKYOUUUU :D akhirnya cerita gue ada yg bener-bener baca wkwkwk

Gue jadi semangat buat updatenya ehehe

Hope you enjoy this one (:

-t

years » hoodWhere stories live. Discover now