Chapter 27

742 151 4
                                    

I Can't Remember - 5SOS

-

SINAR MATAHARI MASUK dari cela-cela jendela kamar.

Aku mengucek mataku perlahan, menguap lebar. Rasanya tak pernah tidur senyenyak ini.

Tapi, aku baru tahu bahwa tidur terlalu nyenyak dapat mengakibatkan kepala menjadi sakit. Setidaknya, inilah yang aku rasakan sekarang.

Kepalaku terasa berat. Tapi, disisi lain, aku merasa puas tidur.

Aku mengecek handphone untuk melihat jam, ternyata sudah siang.

Aku bangkit dari kasur dan mengikat asal rambutku. Dan menguap lagi.

Rasanya aku sudah puas tidur, tapi mengapa masih juga menguap?

Aku turun kebawah untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Perutku terasa kosong dan cacing diperut sudah demo untuk diberi asupan yang bergizi. Dan juga sebuah obat.

Aku berjalan lunglai kedapur dan seketika beku ditempat saat melihat shirtless guy yang berdiri membelakangiku.

Calum menengok padaku yang masih melongo ditempat. Cowok itu meluncurkan cengiran khasnya.

"What?" Kataku.

Calum malah balik badan, melanjutkan acara masaknya.

Wait,

Masak? Seriously?

Aku mengambil botol mineral dan duduk dibarstool.

Sementara sudah Calum duduk dihadapanku sambil membawa sepiring omelete.

Tapi, lagi-lagi Calum tertawa.

Dasar aneh ...

"What is so funny?" Kataku bingung yang melihatnya tertawa tak jelas.

"Nothing." Ucapnya sambil menggoyangkan bahu, tapi mulutnya masih tersenyum.

"Calum, stop!"

"Stop what?"

"Stop being so annoying." Kataku malas.

Calum memotong omelete nya, melirikku jahil dan memberikan garpunya padaku.

Aku menerima garpunya dan melahap omelete yang ia buat.

Ternyata enak juga masakannya, pikirku.

"I really like your hair like this."

Aku berhenti mengunyah sesaat, melirik pada cowok didepanku dengan penuh harap menemukan maksud ucapannya, tapi aku tak berhasil dan langsung melanjutkan mengunyah lagi.

Mengapa menjadi gugup begini?

"Baju lo kemana? Ngapain sih shirtless?" Aku mengubah objek, dan yang ada malah terdengar gugup. Sial.

Calum tertawa sambil mengunyah omelete nya. "Kenapa?"

Aku mengangkat bahu mengisyaratkan entahlah.

"Did you like it?" Tanyanya sambil melirik kearah dadanya.

Apa-apaan sih ni anak.

Gadis batinku jingkrak-jingkrak sambil menari pom-pom seperti kapten cheers.

"What are you talking about?" Ucapku terlebih seperti bergumam, berpura-pura tak mengerti.

Cengiran Calum mengembang lagi. "You know what i mean."

Aku melahap omelete nya lagi, sekaligus menjadi alasan untuk tidak membalas ucapan Calum.

Ah, aku hampir lupa.

Aku memerlukan aspirin. Lalu, aku bangkit dan mengambil kotak obat dilaci.

"Kepala lo masih sakit?" Tanya Calum.

Aku menoleh kearahnya heran.

Dari mana ni anak bisa tahu kalo kepala gue sakit?

"Pas bangun tidur kepala gue nyut-nyutan," Kuakui yang sebenarnya, "mungkin, karna kelamaan tidur."

Aku mendapatkan obatnya, kembali duduk ditempatku tadi.

"Lo, gak inget?" Tanya Calum sangsi diraut wajahnya.

"Inget apaan?"

Calum tertawa cukup lama, membuatku bete dan penasaran.

"What is so funny, Calum Hood?" Tanyaku sarkastik.

Calum terengah-engah dan membuka mulut. "Party last night," jeda.

"What happened last night?" Mataku membelalak lebar, panik dan sedikit curiga.

Bodoh.

Bagaimana aku lupa dengan pesta tadi malam?

Aku sama sekali tak ingat, astaga ...

"Calum, tell me, what happened last night?" Tanyaku serius sambil mencekeram tangan Calum keras.

"Minum dulu obat lo." Ujarnya.

Aku merengut kesal.

"Kasih tau gue dulu!"

"Iya babe, tapi minum dulu ya obatnya." Jarang sekali nada bicaranya selembut ini, bahkan hampir tak pernah, tapi sekarang, seperti mantra yang tak bisa ku tolak.

Setelah meminum obatnya, aku langsung menagih cowok itu untuk menjelaskan, menjelaskan apa?

Entahlah ...

"Tell me." Kataku tak sabar.

"Sama sekali gak inget masa?"

Aku melihat langit-langit dapur, sementara pikiranku sibuk mencari memori semalam yang menumpuk didalam otakku.

Yang ku ingat hanya, duduk bersama Luke.

"I can't remember." Kataku datar. "Just tell me, now." Pintaku.

Calum tersenyum sebelum membuka mulut. "Lo mabuk tadi malem."

"What?!" Mulutku terjatuh kelantai. Kaget. Gak percaya.

Entah berapa kali kuakui bahwa matanya tenggelam setiap kali ia tertawa. Tapi, ia terlihat, manis.

Aku langsung menggelengkan kepala.

"Lo ikutan lomba minum beer." Jelasnya singkat.

"Gue gak mungkin mabuk, gue aja gak bisa minum." Aku mengelak karena aku tidak merasa melakukan itu.

"Nah, justru itu," jeda sesaat, "but, you really did."

Calum bangkit berjalan kearah kulkas, mengambil minuman kaleng.

Aku masih bingung, benar-benar tak ingat kejadiannya. Apa kah begitu besarnya reaksi yang ditimbulkan dari alkohol pada otakku?

"Trus, yang bawa pulang gue siapa?" Tanyaku penasaran.

Tidak mungkin kan, jika aku berjalan kaki dari rumah Emma ditengah malam begitu?

Calum meneguk minumannya, lalu membuka mulut. "Your hero."

"Gue nanya serius, kampret ish," kataku kesal, "gak mungkin kan, gue jalan kaki dalam keadaan mabuk sendirian? Ya, kan?!" Aku memastikan.

"Seandai nya aja itu terjadi." Gumamnya bergurau.

"Ish tai," aku merengut kesal.

years » hoodWhere stories live. Discover now