Satya : Gue baliknya entaran
Satya : Lo baliknya dijmpt kan?
Dua pesan muncul berselang dua detik. Tiara pura-pura memperhatikan gurunya yang masih mengajar di depan, padahal jari-jari tanganya sibuk mengetik untuk membalas pesan.
Tiara : Lo kemana? Kok gue nggak ngeliat lo di sekolah?
Tiara menunduk sejenak melihat deretan kalimat di ponselnya. Ia langsung menggeleng, menghapus semua lalu mengganti kalimat.
Tiara : Oke nggak apa. Gue bisa dijemput papa.
Tiara mendapat balasan cepat.
Satya : Tiati jgn kena culik.
Tiara dibuat tersenyum karena satu pesan muncul lagi.
Satya : Eh gue jamin g ada yg sudi nyulik lo.
Bel pulang berdering.
Tiara : Lo jg ati-ati, jgn kena begal.
Satya : Kalo gue dibegal, org yg begal jd pegal.
Tiara menggeleng geli. Anggita melirik Tiara yang senyum-senyum sendiri, lalu memutar bola mata lelah.
"Emang bener ya friendzone."
Tiara menoleh pada Anggita. "Tega banget, sih."
Anggita memutar bola mata lagi. Ia bergerak menyangklong tas punggungnya, masih di posisi duduk.
"Bukan tega, tapi berusaha nyadarin lo."
"Dih!" Tiara lantas mengaruk keningnya bingung. "Lo mau kemana, kok, udah bawa tas?"
Anggita berdecak. Jempol dan jari telunjuknya menggencet pipi Tiara, menarik wajah Tiara ke sekitar kelas yang sudah grusak-grusuk keluar kelas.
"Emang kapan bel bunyi?" tanya Tiara, wajahnya persis seperti ikan karena tangan Anggita yang masih menjepit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Night Stuffs
Fiksi RemajaBiar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan mataha...