Kemeja putih berdasi di balik jas hitam, celana kain, sepatu pantofel mengilap, dan rambut berpomade rapi. Satya berkali-kali berdecak untuk acara makan malam ber-table manner bersama ayahnya di sebuah restoran mewah. Satya tidak terbiasa dengan pakaian formal seperti ini.
"Penting banget, ya, pakaian kayak gini?" tanya Satya sinis pada ayahnya.
"Udah nurut saja!"
Satya memutar bola matanya malas. Dengan cepat ia memilih menu makan, ayahnya mengikuti apa yang dipilih anaknya dan menambahkan satu porsi lagi. Lukas, ayah Satya bilang akan ada tamu spesial malam ini sehingga mereka harus mengenakan pakaian serapi ini di tempat semewah ini.
"Siapa? Pak Jokowi atau Pak Obama?" tanya Satya sarkastik.
Lukas berdecak. "Kamu ngelawak atau apa?"
"Berenang."
Lukas lagi-lagi berdecak. Lalu, mereka diam satu sama lain, memperhatikan orang-orang yang masuk dari pintu dan orang-orang yang menyudahi makan malam mereka.
Satya mengetuk-ngetuk kakinya, bosan menunggu. Kemudian, segera bersyukurlah Satya mendengar bunyi pesan yang masuk ke ponselnya. Cepat-cepat ia merogoh kantung celana kainnya.
Pesan dari Tiara.
Tiara : Jadi nggk?
Satya melirik jam di ponselnya. Sembilan belas lebih delapan belas menit.
Satya : Nelat.
Tiara : Keburu malem. Gue butuh lo bgt nih.
Satya : Knp? Ngidam pisang?
Tiara : HAHA LO LUCU BGT SATYA SUMPAH GUE NGAKAK!!!
Satya tersenyum.
Satya : NGAKAK AJA SAPA TAU KLUAR LWT MULUT.
Tiara membalas dua menit kemudian.
Tiara : BURU!
Satya : Burung?
Tiara : Satya, Plissss
Satya : Burung gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Night Stuffs
Teen FictionBiar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan mataha...