First Stuff

1.4K 50 7
                                    

Kuapan kantuk menjangkiti tiap siswa di kelas dua belas IPS 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuapan kantuk menjangkiti tiap siswa di kelas dua belas IPS 4. Saling tular-menular. Dimulai dari Satya, menuju Garuda teman sebangkunya, menuju meja seberang, seberangnya lagi, seberangnya lagi, sampai bangku paling depan.

Bedanya, setelah menguap, siswa siswi di barisan depan masih sanggup membuka mata, hampir melotot menahan kantuk. Masih sanggup menahan diri untuk terus mengikuti pembelajaran bahasa Jepang yang ditulis dengan huruf hiragana di papan tulis putih.

Sedangkan yang ada di barisan belakang, sudah punya dunianya sendiri tanpa repot-repot melototi huruf yang bukan romaji itu. Salah satunya Satya Amando. Cowok itu sudah menjadikan gulungan jaketnya sebagai bantal tidur.

Semalaman suntuk Satya bermain game baru di laptopnya. Need for Speed Black Edition. Satya beli game itu dengan uang hasil nge-band bersama teman-temannya. Tidak seberapa, sih, tapi cukuplah untuk beli game dan belanja cemilan tengah malam.

Satya Amando suka main game, tapi bukan termasuk golongan gamer sejati. Hanya sekedar menghilangkan rasa sendiri. Mungkin memang terlalu seru game semalam. Sampai-sampai dirinya bermimpi dikejar polisi, lolos untuk cooling down. Saat tertera tulisan menang, Satya merasa ada yang tidak beres dengan suara game di lap—

Buk!

"Buset, dah!"

Satya membuka mata keget, mengusap kepalanya yang kena tampol spidol.

Satu kelas tertawa. Akhirnya ada hiburan yang membuat cair suasana kelas, meminimalisir rasa bosan anak-anak yang kelewatan. Terlebih Garuda yang puas sekali tertawa. Dialah alasan di balik tertampolnya Satya. Barusan ia mengangkat tangan dan menunjuk Satya yang tertidur.

"Jangan karena kamu beberapa kali menyumbang piala kejuaraan band untuk sekolah, kamu bisa mengabaikan pelajaran akademik ya!" Ibu guru bertampang lumayan di depan sana berkata pedas. "Mau saya kurangi nilai kamu yang memang sudah kurang itu?"

Lumayan keji maksudnya.

Satya menggaruk jidatnya bingung. Matanya melirik Garuda sambil mengedikkan dagunya. "Jepang-nya maaf apa?"

"Ohayou gozaimasu."

"Itu selamat tidur, pe'a!"

Satya menabok kepala teman sebangkunya itu secara terang-terangan di depan gurunya. Garuda tertawa puas.

"Itu selamat pagi, Satya!" jerit guru 'lumayan' itu dari depan. Gemas.

Satya mengerjap bingung. Satu kelas tertawa lagi. Sampai ada yang terpingkal melihat Satya berusaha menutupi wajahnya dengan tangan.

"Pinter amat, dah, gue!" gumamnya.

Satu kelas makin riuh tertawa. Apalagi Garuda. Gumaman Satya keras juga ternyata.

"Elo, mah, temen deket macem apa coba?!" Ia menabok Garuda lagi.

Di sela tawa, Garuda membalas. "Ya elah, sedeket-deketnya gue sama lo, gue selalu jadi yang kedua."

Late Night StuffsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang