Satya di hadapkan pada situasi yang membuat amarahnya mencapai ubun-ubun, membara dengan cepat. Sekian tahun lamanya, ia membendung dan menahan agar tidak bocor bendungan yang sudah ia bangun dua tahun lamanya.
Satya tidak tahu apakah ini waktu yang tepat, atau malah memang sudah ditakdirkan. Satya baru saja tahu berita lewat menguping Tiara beserta ketiga temannya di sekolah tadi yang membuat jantungnya melorot ke perut, lalu orang yang berkaitan dengan berita itu baru saja keluar dari mobil setelah parkir.
Satya tidak mendapati ada orang di tempat parkir teratas di sebuah supermarket, ia hanya melihat cctv terpasang. Masa bodohlah, karena di detik ini, Satya tidak bisa menahan geramnya lagi. Kakinya melangkah cepat menghampiri cowok yang baru saja menutup pintu mobilnya.
Setelah sekian lama tidak ia lakukan. Ini pertama kalinya setelah dua tahun ia bersumpah tidak akan pernah memukul seseorang karena amarah. Serangan Satya telak sekali. Satu kali memukul di punggung, membuat orang yang diserang menarik napas panjang akibat sesak sedetik yang ia rasa.
"Lo udah apain aja Tiara?"
Darren memegang dadanya. "Why are you doing this?"
Dalam sekali gerak, Satya mencengkeram kerah kemeja yang Darren kenakan. Mata Satya membinarkan kemarahan. "You've kissed her, haven't you?"
"How did you know that?"
Pupil mata Satya melebar, dicengkeramnya makin erat kerah kemeja Darren meski tubuh cowok itu lebih besar darinya.
"Anjing lo!"
Dengan begitu, Darren mendorong Satya dengan keras, lalu memutar balikkan tubuhnya. Punggung Satya membentur mobil Darren, membuat posisi mereka berbalik. Kini, gantian Darren mencengkeram kerah seragam Satya. Darren meneliti Satya, masih mengenakan seragam lengkap juga tas sekolah.
"You love her, don't you? It's lust not love, asshole!" Satya berteriak geram.
"Lust?"
Darren menyeringai, lalu melepas kerah baju Satya dengan cara mendorong cowok itu. Satya merintih merasakan semua udara di rongga dadanya menguap saat punggungnya menghantam keras mobil Darren. Darren nampak biasa saja bahkan setelah dikatai Satya, ia malah membenarkan lengan kemejanya yang kusut. Namun, sedetik kemudian matanya berubah tajam dan serius memandangi Satya yang menumpukan kedua tangannya di lutut.
"Itu hanya sebuah ciuman."
"Hanya sebuah ciuman, ndasmu!"
"Tiara sudah bertunangan dengan saya, saya berhak apapun atas Tiara!"
Satya mengumpat kasar, lalu dilanjutkan, "it's an engagement not marriage!"
Satya melesat cepat menubruk Darren hingga cowok blasteran itu terjatuh. Ia menjatuhkan diri di atas Darren lalu memukul wajahnya sekali. Darren meringis sakit, tapi cepat terkendali sehingga ia mendorong Satya yang lebih kecil darinya lalu memberi dua kali pukulan pada wajah Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Night Stuffs
JugendliteraturBiar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan mataha...