Tentang Bintang, Bulan, dan Matahari. Tentang Bintang terpecah yang terlalu redup bagi Bulan, dan Matahari yang membiarkan dirinya mati agar Bulan berpendar.
Ada sebuah cerita tentang bagaimana Bintang sangat mencintai Bulan dan bagaimana Bulan sangat mencintai Bintang. Satu Bulan tanpa cahaya dan satu Bintang besar yang temaram berada dalam kegelapan waktu. Di dalam gelap, Bintang selalu memeluk Bulan untuk berbagi cahaya.
Oleh karena cintanya, Bintang selalu berbisik mesra; "aku mencintaimu". Bulan tersenyum, membentuk sabit. Oleh karena cintanya, Bintang selalu berucap mesra; "kamu membuatku utuh." Bulan mengangguk, menjadi purnama utuh.
Kala itu, tanpa keduanya sadari, sesuatu yang membawa cahaya besar datang. Matahari. Matahari tidak mampu membendung perasaannya melihat kecantikan Bulan. Tentu saja ia tahu betapa besar cinta Bintang pada Bulan dan cinta Bulan pada Bintang. Matahari sedih, tetapi ia tidak berputus asa.
Dengan sorot besar yang ia miliki, ia mengembangkan cahayanya menjelajah bumi. Terangnya menghalangi Bintang yang memeluk Bulan. Masa itu, Bintang menghilang karena kerlipnya yang redup tersisih oleh cahaya Matahari.
Matahari datang, membawa cahaya, memisahkan Bintang dan Bulan. Bulan selalu ada di sisi Matahari saat langit berwarna biru. Bumi bersorak karena ia dapat melihat keindahan tubuhnya sendiri terselimuti daratan dan lautan.
Namun, Bintang yang tidak nampak saat langit berwarna biru merasa rapuh tanpa Bulan. Ia terpecah di lagit. Menjadi renik-renik kecil tanpa seorangpun tahu. Bulan yang pucat berkata pada Matahari yang megah bahwa ia merindukan Bintang. Satu kali, Matahari memberi kesempatan pada Bulan untuk berjumpa kembali dengan Bintang. Matahari mengalitkan cahayanya.
Di dalam gelap, Bulan tidak berjumpa dengan Bintang. Ia hanya melihat gemerlap kecil-kecil di langit. Bulan bertanya sendu; "Bintang dimanakah kamu?" Suara terdengar menyatu, berbisik mesra di telinga bulan; "Aku di sini, bulan."
Terdengar suara pilu tangis Bintang. Ia menangis tidak bisa lagi memeluk Bulan. Bintang menangis sehingga potongan dirinya kerap kali jatuh. Bulan serta menangis mengetahui tidak akan ada lagi yang memeluknya dalam gelap. Ia tidak akan pernah bisa bercahaya lagi.
Matahari melihat bagaimana pudarnya Bulan saat Matahari bersinar. Tanpa cahaya dan hanya kemuraman. Pula melihat bagaimana sedihnya Bintang hingga tidak bisa menyentuh bulan saat matahari bersinar. Matahari mencintai Bulan, tapi tidak ingin melihat Bulan bersedih.
Bumi berkata bahwa Bulan tetap bisa bersama Matahari dan Bulan bisa tetap bersama Bintang. Matahari bisa bersama Bulan saat Matahari melebarkan cahayanya, sebutlah itu siang. Dan Bintang bisa bersama Bulan saat Matahari mempersempit cahayanya, sebutlah itu malam.
Namun, Bintang tidak mampu lagi berbagi cahaya dengan Bulan. Cahayanya terlalu redup untuk berbagi dan tubuhnya terlalu renik untuk memeluk Bulan. Maka Matahari memberi secuil cahayanya bagi Bulan bersinar.
Matahari melesapkan lautan menjadi gegana hingga akhirnya turun rintikan, sebagai tanda tangisan Matahari.
Hinggalah sekarang. Kisah antara Bintang, Bulan, dan Matahari. Matahari membiarkan dirinya mati setiap malam, hanya untuk membuat Bulan bersinar ... bersama Bintang.
***
Jujur aja mikir bikin cerita ini tu puyeng yakiin. Ngehubungin ini-itu sampe padu dan bisa terkait sama apa yang dilihat sehari-hari, meski dalam cerita ini 'Bulan, Bintang, dan Matahari' seolah-olah hidup.
Cerita ini ... bonus cerita yang menjadi bagian cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Night Stuffs
Teen FictionBiar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan mataha...