Garuda memukul kajon satu kali dan Joni memetik gitar satu kali secara bersamaan untuk mengakhiri lagu yang dibawakan.
"Welcome yang baru datang!" Satya menyapa riang saat dua orang remaja masuk ke dalam café. "Oke, malam makin larut, jiwa makin hanyut, tapi rindu tak menciut, asik!"
Beberapa yang mendengar terkekeh melihat Satya sok puitis.
Garuda mendekatkan bibirnya ke mic, "Buset, dah, ni, anak! Bukannya tiap hari ketemu di sekolah, ya?"
"Asiknya yang peluk-pelukan gegara kangen!" Joni menambahkan, tertawa.
Satya menggaruk telinganya kagok. "Oke, oke, daripada dua manusia jomblo ini membabi buta—eh, paan!" Satya ditoyor Garuda. "... siapa yang mau volunteer nyanyi di depan?"
Mereka bertiga menunggu, tapi malah bising yang mengisi suasana café muda-mudi ini. Satya lantas tersenyum, memberitahu teman-temannya untuk membawakan lagu selagi menunggu siapa yang mau sukarela menyanyi di depan.
Mereka membawakan lagu closer milik The Chainsmokers secara syahdu, diawali Joni memetik gitar, Satya menyenandungkan, lalu Garuda memukul kajon berirama. Mereka sengaja membawakan lagu yang anak-anak muda tahu. Maka, café yang khusus untuk tongkrongan remaja dan pemuda-pemudi ini jadi penuh dengan suara lantunan akustik, diikuti beberapa anak yang ikut menyanyi.
Beberapa saat setelahnya, Kevin bersama Fando masuk ke café. Satya yang melihat langsung melambaikan tangan ke sohib-sohibnya. Lalu menunjuk meja terdekat dengan panggung akustik.
Closer usai, Satya lagi-lagi menawari seseorang untuk menyanyi di depan diiringi Joni dan Garuda. Satya menghela napas lega saat ada seorang cewek mengangkat tangan dan segera maju ke depan.
"Silakan." Satya berdiri dari bangkunya, hendak duduk bersama tiga teman lainnya.
"Eh, ditemenin Mas-nya, dong!"
Satya mengerjap lalu berbalik arah. Kecewa karena gagal beristirahat. "Harus?"
Cewek itu mengangguk yakin. "Harus!"
Satya mengusap tengkuk. "Kenapa?"
"Mas-nya cogan, sih!"
"Woo!!" Joni bersorak, diikuti Garuda. Cewek itu tertawa, tetap tersipu.
"Jangan, Neng, cakep dukun ini!" cerocos Fando.
Garuda memukul-mukul kajon. "Jangan, Neng, doi nggak doyan cewek!"
Cewek itu langsung terperanjat memandangi Satya tidak percaya. "Eh, bener, Mas?"
Satya menggeleng panik. "Eh, tu setan jangan dipercaya!"
"Lah, siapa yang setan? Orang bener!" Garuda membela diri. "Dasar cowok nggak peka!"
Tawa membahana seantero café, terlebih empat orang yang jadi teringat dengan teater kantin. Lagi-lagi hal itu diungkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Night Stuffs
Teen FictionBiar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan mataha...