SMA Neira Jakarta pagi ini sangat ramai. Hari ini adalah tahun ajaran baru bagi para siswa. Banyak anak – anak berpakaian SMP dengan menggunakan atribut berwarna-warni berkumpul di tengah lapangan. Pertanda bahwa mereka akan mengikuti MPLS atau yang lebih dikenal dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Sebuah mobil sedan BMW hitam metalic berhenti di depan pagar sekolah.
"Neng bunga, pak Ari turunin disini gapapa beneran?"
"Gapapa kok pak, lagian kalau masuk ke parkiran macet. Lama banget, nanti Rose telat lagi. Makasi ya pak, Rose sekolah dulu. Bye."
Pak Ari turun dari mobil membukakan pintu untuk Rose. Perempuan yang sekarang menginjak kelas 11 SMA di SMA Neira ini.
"Nanti mau di jemput jam berapa, neng?" Tanya pak Ari.
"Nanti Rose hubungi lagi, pak." Rose menunduk pelan ke supirnya. Dan langsung melangkah dengan tenang memasuki gerbang sekolah yang ramai.
"Ckckck, non Bunga teh, orang bule. Tapi kalem pisan euy kaya orang Jawa. " pak Ari salut sendiri melihat kekaleman Rose, anak majikannya.
Maklum saja, ibu Rose orang Semarang, sedangkan ayahnya adalah warga Negara asli dari New York.
Sesampainya di dalam sekolah, Rose berjalan kearah kumpulan siswa – siswi senior SMA Neira yang sedang berkumpul di depan mading. Karena di maing bertuliskan "Pembagian kelas XI dan XII SMA Neira."
SMA Neira selalu menetapkan kelas acak setiap tahun kenaikan kelas. Rose berjinjit-jinjit sedikit agar ia dapat melihat namanya di mading bertuliskan KELAS XI IPS.
Tahun lalu Rose sudah masuk ke kelas jurusan IPS. Jadi tahun ini Rose juga harus melanjutkan di jurusan IPS lagi. Rose melihat namanya di daftar kelas XI Social Grade two.
"Berarti kelas nya di lantai dua." Setelah aksi berdesak-desakan di papan mading, Rose berjalan menaiki tangga lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, tidak sulit mencari kelasnya, karena setelah menaiki tangga melewati kelas XI Social Grade One, sampingnya adalah kelasnya. Sebelum masuk kelas, Rose melihat keadaan sekolah dari balkon lantai dua, ia melihat anak-anak berseragam putih biru, putih abu-abu jadi satu di lapangan itu. Seperti semut yang berpencar-pencar mencari gula.
Setelah cukup lama Rose di balkon, ia langsung masuk ke kelas. Tanpa banyak pilihan menentukan tempat duduk, Rose langsung memilih tempat duduk di depan. Alasannya? Rose malas duduk di tengah, apalagi di belakang. Konsentrasi-nya akan buyar. Karena mentang-mentang di belakang, jadi banyak anak yang usil, ramai, dan tidak memerhatikan pelajaran.
Berbeda sekali dengan Rose, murid yang berprestasi, bahkan ranking satu pararel kelas X jurusan Social tahun lalu.
Setelah duduk di kursi paling depan, karena waktu masih tiga puluh menit lagi sebelum bel masuk, Rose membuka novel-nya yang belum sempat ia selesaikan tadi malam. Sudah memasuki bab-bab terakhir cerita. Tentunya yang paling seru bagi Rose.
"Rose bule cantikku!!!! Kita sekelas lagi?!" suara bersemangat itu mengejutkan Rose dan pastinya teman-teman sekelas.
Yang dilihat Rose pertama kali adalah Dhana, Ardhana Himawan. Teman sekelasnya dulu, yang rajin menggoda cewek-cewek SMA Neira. Rambutnya yang agak berantakan, baju juga tidak rapih membuat Rose heran melihat anak ini dari tahun lalu, yang sekolah dengan peraturan seenak jidatnya sendiri.
Rose menarik napas untuk menghadapi cowok di depannya ini, tapi seperti biasa. Bau maskulin yang fresh selalu tercium dari badan Dhana. Walaupun penampilan berantakan, tapi wangi tetap nomor satu.
Rose tersenyum tipis, "Hai Dhana, ketemu lagi."
"Aduh, Rose, did you not miss me? Kita udah nggak ketemu berapa minggu, sih? Duh, kangen deh gue sama lo." Goda Dhana.
Rose hanya menatap Dhana dengan wajah datar.
"Heh semprul! Baru masuk kelas, belom perkenalan. Udah genit aja lo. Sini cepet!" seorang cowo putih bermata sipit memanggil Dhana dari belakang, membuatnya menoleh.
"Woy, Koko Stephen. Elo disini juga? Bahagia gue ya ampun, Phen." Dhana terlihat sumringah. "Eh Rose, gue duduk belakang, ya? Ngeri duduk depan, kaya kandang kucing garong. Take care ya duduk di depan." Dhana mengedipkan sebelah matanya, genit-genit buaya darat.
Lagi-lagi, Rose cuma tersenyum tipis.
Belum ada lima menit Rose membaca novelnya, tiba-tiba ada tangan yang langsung nyelonong menutup novelnya.
"Rose Courtney, kan?"
Hal pertama yang pasti Rose lakukan. Menatapnya dan Rose menjawab dengan anggukan.
"Gue duduk di sebelah lo boleh, 'kan?" Belum di ijinkan, cewek yang menutup novelnya secara tidak sopan tadi juga langsung duduk.
"Hai, nama gue Kiandra Jazmin. Panggil aja Jazmin, okay?"
"Okay." Rose menjawab pelan.
"Omg! Kamu cute banget sih, Rose. Kalem banget." Jazmin langsung heboh sendiri mendengar suara Rose yang lembut dan imut.
"Emang suara Rose imut tauk," Tiba-tiba Dhana udah nyelonong aja ikut bergabung.
"What?! Ardhana? Kok elo sekelas sama gue sih? Dih, mimpi apa gu semalam ya Tuhan!" Jazmin heboh lagi.
"Yaelah, yang mimpi kan elo Min. Ya yang tau mimpi nya juga elo lah, gimana sih?" Stephen menimpali.
Rose hanya diam saja melihat perdebatan kecil teman sebangku-nya yang super heboh, Stephen, dan si genit Ardhana. Bahkan saat bel berbunyi pun mereka masih berdebat.
Brakk! Pintu kelas terbuka secara tiba-tiba, terlihat cowok yang ngos-ngosan mengatur napas-nya sambil memegang gagang pintu kelas dengan kuat seakan takut tubuhnya merosot. Beberapa tetes keringat juga terlihat ada di dahinya.
Kelas menjadi hening, menatap lelaki itu.
"Gurunya belum dateng, kan?" ucapan cowok itu langsung membuat semua anak laki-laki di kelas langsung tertawa dan seluruh anak perempuan di kelas berteriak histeris kegirangan seperti melihat seorang superstar di depan pintu.
Kecuali Rose, dia hanya menatap aneh ke cowok itu. Setelah memastikan tidak ada guru, cowok itu masuk kelas dengan santainya.
"Woy, dasar artis bego! Kebiasaan sih lo telat. Kelayapan mulu." Ardhana langsung merangkul cowok itu, terlihat akrab. Cowok itu hanya tertawa cengengesan.
Dan mata coklat cowok itu bertemu dengan tatapan datar Rose, yang malah membuat cowok itu ter-intimidasi entah karena apa. Cowok itu hanya cuek dan tidak memperdulikan tatapan Rose lagi.
---
Rose Courtney
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSES
Teen FictionNamanya Rose Courtney, yap! nama bule selalu terkenal ribet dan melilit lidah orang indonesia, tapi sifat Rose tidak seribet namanya. Orangnya simple, tidak banyak bicara, many lot's of secret, beauty like her name, beauty like a rose flowers, dan s...