23 - Pernyataan

23.3K 1K 30
                                    

"Bisa gak Vin?" Tanya Rose kepada Gavin yang sedang menatap soal Geografi di hadapannya.

"Argh! Gue nyerah! Gue nyerah!" Gavin menumpukkan kepalanya di meja. "Susah banget! Gue gabisa lah."

"Nih, coba di baca ulang soalnya; Pada tahun 2010 jumlah penduduk di kota "A" sebesar 8.384.000 jiwa, sedangkan luas kota tersebut adalah 426.000 km². Berapakah kepadatan penduduk aritmatik kota "A" pada tahun 2010? Berapa Vin?"

"Berapa sih? 24?" Gavin mengetuk-ngetukkan ujung bolpen di dahinya.

"20, Gavin..." Rose menuliskan jawaban 20 pada soal esai yang ada di hadapan Gavin. Itu adalah latihan soal sebelum ulangan dari guru Geografi mereka sebelum ulangan besok. "Yuk, ngerjain soal berikutnya."

"Coba deh elo nerangin ke gue beberapa? Gue masih ga paham."

"Yaudah, coba ya soal yang ini?" Rose mulai ke soal berikutnya, kembali membacakan soal baru. "Jumlah penduduk suatu daerah tahun 2008 sebanyak 19.000 jiwa, dengan jumlah kelahiran 1360 jiwa dan jumlah kematian 850 jiwa. Maka....."

Gavin menghela nafas ringan sambil memperhatikan Rose yang masih mencoba menerangkannya, tetapi malah ia jadi larut dengan soal esai geografi itu sendiri. Seperti biasa, mereka tinggal berdua di kelas. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, hari ini mereka pulang awal. Karena ada rapat guru, tapi tugas Rose sebagai guru private Gavin belum berakhir.

Entahlah, Gavin tidak tahu kenapa Rose bisa dengan ikhlas menuruti kemauan bu Anggia seperti ini. Tapi Gavin senang. Bisa berduaan dengan Rose seperti ini lebih lama. Apalagi bisa memandangi bulu mata lentik milik Rose, rambut coklat keemasannya yang tergerai hampir menutupi wajahnya saat menunduk. Membuat Gavin susah payah menahan tangannya untuk menyampirkan rambut itu ke belakang teling Rose, agar tidak menutupi wajah gadis itu. Apalagi saat melihat bibir tipis pink milik Rose yang selalu bergerak menjelaskan soal-soal geografi ini.

Gavin menopangkan kepalanya pada satu tangan kananya yang berada di atas meja, sambil kepalanya mengarah kearah Rose yang masih menjelaskan. Membuat pandangan Gavin sedikit buram. Kepala Gavin sedikit terantuk, tapi kemudian Gavin mengerjapkan matanya untuk memfokuskan kembali pengelihatannya. agar tidak mengantuk lagi, tapi usaha nya sia-sia. Suara Rose makin lama makin terdengar meredup, kelopak matanya terasa berat, suara Rose tentang geografi malah bagaikan nyanyian nina bobo bagi Gavin. Membuat Gavin memejamkan matanya, dan terlelap...

*****

Gavin membuka matanya perlahan, kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia kembali duduk dengan tegak setelah tadi tertidur di meja, membuat punggungnya pegal. Lalu Gavin merenggakan oto-otot nya sambil sedikit menguap.

"Udah gak ngantuk kan Vin?" Suara di sebelah Gavin membuat ia berjengit terkejut.

"Eh? Belum pulang lo?" Tanya Gavin kepada Rose. ternyata gadis itu masih saja duduk di samping nya dari tadi ia tidur. "Gue tidur nya lama ya?" Gavin melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan angka 4.

Rose menggeleng, kemudian menunjukkan novel yang ia pegang kearah Gavin. "Aku baca novel. Nungguin kamu bangun."

"Lo nungguin gue?" Ujung bibir Gavin tertarik keatas, senang mendengar ucapan Rose.

'Nungguin gue? Berarti dia peduli dong sama gue? Anjir, baper lagi kan gue sama dia.' Batin Gavin.

"Nanti kalau aku tinggal, terus kamu tidur sendirian, terus kelasnya di kunci sama security gimana? Tadi ada security yang udah mampir kesini waktu kamu tidur. Mau ngunciin pintu nya. Untung ada aku, kalau gak ada aku mungkin kamu udah ke kunci disini."

ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang