Dentingan piano yang Rose mainkan telah selesai. Rose dan Gavin telah menyelesaikan latihan untuk performance mereka di pensi yang akan datang 2 hari lagi.
"Rose." Panggil Gavin.
"Hm?"
"Lo belum ngasih hadiah loh ke gue." Gavin menagih janji Rose. "Ituloh, gara-gara gue dapet nilai bagus waktu ulangan Geografi. Elo belum ngasih hadiahnya sampai sekarang."
"Oh iya!" Rose menganggukkan kepalanya. Ingat dengan hal itu. "Kamu mau hadiah apa nih?"
"Temenin gue ke birthday party nya Natasha Arumi yuk?"
Deg!
Wajah Rose langsung berubah masam. Oh, dia tidak ingin berhubungan lagi dengan Natasha Arumi.
"Gaada yang lain?" Tanya Rose.
"Gak ah. Itu aja. Kan gue udah bilang, gue bakalan ngajak lo ke acara-acara yang gue datengin. Katanya lo ga pernah dateng ke acara begituan. Makannya ikut gue aja yuk!"
"Pasti ada wartawan atau paparazzi lagi. Aku takut, Vin." Rose menunduk, mengingat kejadiannya tentang para paparazzi dan wartawan yang heboh pada saat pesta pertunangan Kak Ghea.
"Gaada kok! Tenang aja, Arumi netapin kalau birthday party nya itu privasi. Tanpa ngundang media." Ucap Gavin meyakinkan.
"Tapi-"
"Udah yuk balik, lo harus dandan yang cantik ya. Nanti malem jam 8 gue jemput di apartemen lo." Gavin bangkit dari duduknya lalu mengambil tas sekolahnya."Tapi lo apa adanya aja gue udah suka kok."
Gavin terkikik geli setelah mengatakan hal itu. Tapi kemudian wajah Gavin berubah menjadi bete lagi. Rose malah melamun, tidak menanggapi gombalannya tadi.
Rose menggigit bibir bawahnya, merasa ragu. Tapi tidak enak juga mau menolak permintaan Gavin. Itukan sebagai hadiah Gavin.
"Yaudah deh." Jawab Rose akhirnya.
Rose lalu ikut berdiri dan mengambil tas nya. Lalu mereka berdua keluar dari ruang music dan berjalan kearah lapangan parkir bersama.
*****
Dentuman music dj memenuhi ruangan yang di pijak Rose kali ini. Rose mengedarkan pandangannya. Konsep pesta kali ini berbeda 100% dari pesta pertunangan kemarin. Yaiyalah, namanya juga birthday party.
Para tamu undangan di ballroom hotel ini mayoritas memakai baju berwarna putih. Mengikuti dress code yang Arumi tentukan. Lalu banyak sekali balon-balon berwarna pink dan putih yang menjadi dominasi warna ruangan ini. Juga ada menara cupcake dengan butter cream pink yang menara itu sama tinggi nya dengan Rose.
Lalu ada panggung kecil bernuansa sangat girly, dan ada hiasan tentang miniature camera, make up, boneka unicorn, dan sebagai nya. Panggung serta konsep ruangan ini sangat menggambarkan Arumi sekali. Arumi yang girly juga fashionable dan juga Arumi yang menggeluti dunia entertaint.
Gavin merangkul Rose tanpa sungkan, "Yuk ngucapin selamat ulang tahun dulu buat Natasha."
"Kamu kalau manggil Arumi itu jadi Natasha?" Rose sedikit mendongak ke samping untuk menatap wajah Gavin. Karena tinggi Rose dan Gavin yang berbeda beberapa centimeter.
"Iya." Sahut Gavin agak keras, karena dentuman music dj yang sangat keras pula.
"Nath!" Gavin memanggil Arumi yang sedang berbicara dengan teman-temannya.
Gavin lalu melepas rangkulan tangannya dari Rose, dan langsung memeluk tubuh Arumi yang terbalut gaun putih.
Rose melihat Gavin yang memeluk Arumi, dan Arumi membalas pelukan itu dengan riang. Lalu Gavin membisikkan sesuatu ke telinga Arumi. Membuat Arumi tersenyum dan tertawa setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSES
Teen FictionNamanya Rose Courtney, yap! nama bule selalu terkenal ribet dan melilit lidah orang indonesia, tapi sifat Rose tidak seribet namanya. Orangnya simple, tidak banyak bicara, many lot's of secret, beauty like her name, beauty like a rose flowers, dan s...