Sudah empat hari ini Gavin nggak masuk sekolah. Rose mulai duduk sendiri di barisan depan sudah selama empat hari setelah Gavin izin karena sakit. Keadaan kelas tanpa Alvaro Gavin ternyata banyak perbedaan. Apalagi pada diri Rose, nggak ada Gavin, maka nggak ada cowok yang selalu ngerecokin dia waktu ulangan Cuma buat minjem bolpoin atau minta jawaban, nggak ada yang minta tolong Rose buat ngajarin ngerjain pr, bahkan nggak ada sapaan "Morning Rosey," Yang selalu terlontar dari mulut Gavin.
Bahkan Three Muskentirs yang suka ribut luar biasa menjadi ribut biasa saja. karena kurang Gavin sebagai personil nya. Udah kaya boyband aja jadinya. Bahkan cewe-cewe di kelas yang biasanya ngecengin Gavin, atau kepo-kepo lihat apa yang Gavin lakuin sama Rose waktu di tengah-tengah pelajaran, sekarang malah nggak peduli lagi. Ya, karena nggak ada Gavin.
Pernah sewaktu Rose habis ngejenguk Gavin, Reyna—salah satu teman cewe di kelas Gavin dan Rose Tanya gini,
"Gavin gimana keadaannya?" Tanya Reyna.
"Ya, gitu. Dia masih lemes."
"Yah... padahal Gavinnators kan kangen banget lihat Gavin di sekolah."
Rose tersenyum kecil menanggapi ucapan Reyna. "Gavin seneng dong di jenguk sama kamu." Celetuk Reyna lagi, membuat Rose tersentak.
"Kok bisa? Gavin biasa aja kok." Jawab Rose.
"Ah masa sih??" Reyna melirik Rose menggoda, "Bukannya kalian udah pacaran ya? Gavin pasti seneng dong di jengukin sama pacarnya."
Pacar?
Kok bisa ya mereka mikir begitu, batin Rose.
"Rose Courtney?" Suara melengking itu mengembalikkan Rose dari dunia lamunannya. Rose menatap lurus ke wanita paruh baya yang ada di depannya. "Kamu neglamunin apa?" Lanjut wanita itu, Guru bahasa Indonesia kelas Rose.
"Eng... Saya-" Ucapan Rose terhenti karena pintu kelas yang terbuka dengan sekali hentaka n yang keras, membuat seisi ruang kelas menatap terkejut ke orang yang membuka pintu itu.
"GAVIN!!!!" Teriak seisi kelas, tanpa memperdulikan guru yang ada di hadapan mereka
*****
Bel tanda istirahat berbunyi nyaring, memanggil murid-murid yang kelaparan untuk berbondong-bondong menuju kantin.
"Bro, kantin yuk!"
"Vin, ayo ke kantin!"
"Gavin.. duh, gue kangen banget sama lo. Buruan kita ke kantin."
Ajakan terakhir dari teman lelaki Gavin membuat Gavin meliriknya dengan sinis.
"Dih, lo jahat banget sama gue Vin. Boro-boro kemarin gue jengukin." Itu ucapan Ardhana. Kaya biasa, Ardhana selalu bergaya lebhay.
"Gue bawa bekal di buatin sama kak Ghea, gue gak boleh makan sembarangan dulu. Lo aja duluan ke kantin." Jawab Gavin. Membuat Ardhana terbahak.
"Wow, Alvaro Gavin bawa bekal? Di buatin Ghea apa di buatin fans lo?"
"Bacot lu," Gavin menjitak kepala Ardhana, membuat Ardhana bersungut marah lalu akhirnya keluar kantin. Kalau nggak di jitak dulu, Ardhana pasti masih stay sama Gavin. Eak, bahasanya stay...
Dan, akhirnya.. jeng-jeng, eng-ing-eng, tinggalah Gavin dan Rose berdua di kelas.
Rose nya sih masih diam, dari tadi pertama Gavin masuk ke kelas waktu jam 9 pagi, sampai sekarang Rose masih diam. Gavin emang gak sengaja sih telatnya, sebenernya Gavin baru di cabut selang infuse nya kemarin. Terus masih di suruh dokter istirahat lagi 3 hari. Ya Gavin bakalan milih masuk sekolah sekarang. Gimana mau gak masuk? Hatinya Gavin ini loh, udah kangen banget sama eneng bule Rose tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSES
Teen FictionNamanya Rose Courtney, yap! nama bule selalu terkenal ribet dan melilit lidah orang indonesia, tapi sifat Rose tidak seribet namanya. Orangnya simple, tidak banyak bicara, many lot's of secret, beauty like her name, beauty like a rose flowers, dan s...